cover landing

What Would A Doctor Do?

By mysticahime


Sejak Aria pindah ke Surabaya, Hera kehilangan sekutu yang kamarnya bisa ditumpangi kapan saja ia perlu. Dulu, setiap kali selesai video call dengan Mama di Surabaya, kamar Aria-lah yang dituju, bukan kamarnya. Kalaupun Aria sedang ada di rumah sakit untuk sif kerjanya, Hera diperkenankan masuk kamar. Aria tidak suka mengunci kamarnya, jadi Hera leluasa menganggap ruangan itu kamar ketiganya—setelah kamar aslinya dan kamar jaga di rumah sakit.

“Dor! Bengong aja lo!”

Wajah Jun yang semula semangat berubah kecewa melihat reaksi Hera tidak seperti yang diharapkannya. Alih-alih menjerit kaget, Hera malah melemparkan tatapan bosan pada laki-laki itu, seolah-olah sudah terlalu terbiasa dengan keusilan Jun. Orang sedang enak-enak bengong di balkon lantai dua mes, malah diganggu.

“Serius amat, Bu?” goda Jun, mengambil tempat di sisi kanan Hera. Kepalanya menunduk ke bawah, mendongak ke atas, dan terakhir memandang ke depan sebelum celingak-celinguk kiri dan kanan.

Kedua alis Hera terangkat. “Ngapain lo?”

“Nyari apa yang dilihat sama lo di sini. Nggak ada apa-apa, tuh.”

Tangan Hera memukul pelan bahu Jun. Tepat di bagian tulangnya. Menyahuti ‘aw’ kesakitan dari Jun, Hera mendengkus. “Gue nggak lagi lihatin apa-apa. Lebay lo, nggak sakit juga pukulan gue.”

“Sakit, woi. Lo mukulnya pakai tenaga dalam.” Mimik serius Jun membuat Hera tertawa. Akting yang meragukan. Payah. Namun, Jun turut tertawa. “Gitu dong, ketawa. Jangan serius-serius amat jadi orang. Lo kalau nggak lagi serius ya lagi marah. Kaku banget jadi manusia.”

Sekali lagi, pundak Jun jadi sasaran. “Gimana nggak marah, gue lagi serius berpikir, lo malah ngagetin gue.”

“Itu buat menunjukkan keberadaan gue di sini. Daripada lo kesambet setan di balkon.” Jun membela diri.

“Menunjukkan keberadaan tuh, ngucapin salam kek. Bilang selamat siang. Halo. Punten. Spada. Kalau di chat juga lo biasanya kirim huruf P dulu sebelum ngomong mau lo apa.” Biarpun menyebalkan, huruf P jadi sapaan wajib di mes para dokter Rumah Sakit Bagaskara Atmadja. Efek masa pendidikan mereka kebanyakan berada di era BBM, di mana ping!!! jadi sapaan untuk mencolek orang lain, huruf P sebenarnya bermakna sama.

“P for punten?” Mata Jun menyeringai jenaka. Andai saja kelakuannya tidak minus-minus amat, suka hati Hera mengatakan Jun adalah dokter paling ganteng seantero RSBA.

Sayang sekali, sejak kedatangan Tommy Gunawan yang lebih kalem dan beradab di tahun lalu, suster-suster di RSBA semua sepakat bahwa Dokter Tommy adalah kesayangan se-RSBA. Tommy tipe-tipe pretty boy kesukaan perempuan. Sudah ganteng, kalem, rajin jaga lagi! Jun yang akhirnya mendengar selentingan tersebut merasa terhina. Tidak terima gelar gantengnya diambil orang lain, semakin pecicilanlah dia. Kalau Jun sudah disatukan dengan Kevin Putra Rahadian, kawan sehidup-sematinya, kacau balau adalah sebutan yang tepat.

Kevin, sama seperti Jun dan Hera, adalah salah satu dokter umum yang tinggal di mes ini. RSBA menyediakan fasilitas mes untuk para dokter umum yang belum berkeluarga, terutama yang berasal dari luar kota. Kevin berasal dari kota Bandung, namun memilih tinggal di mes dengan alasan ingin belajar hidup mandiri. Kevin dan Jun punya jadwal saling tukar-menukar mobil mereka yang disimpan di mes.

Yang berumur paling tua—atau paling senior di sini adalah Andreas Sebastian Setiawan, biasa dipanggil Andre. Andre adalah dokter umum paling santai di RSBA, sering sekali mengoperkan jadwal jaganya pada teman-temannya yang lain. Sejak tahun lalu, Andre sibuk dengan usahanya membuka kafe yang bernama Coffee Grinder, join dengan temannya, Leo. Walau ayah Andre merupakan dokter bedah digestif sekaligus staf direksi RSBA, Andre tidak terlalu tertarik dengan karier kedokterannya. Di antara teman-teman yang lain, Andre terkenal ceroboh dan sering tidak sengaja merusak atau menghilangkan barang.

Anggota paling baru di mes adalah Julia Natasya. Julia baru bergabung di mes tahun lalu, tidak lama sebelum Aria pindah ke Surabaya. Dibandingkan dengan yang lain, Julia cenderung pendiam. Tidak banyak berkomentar, tidak membuat huru-hara, namun cenderung sigap mem-back up kalau ada yang perlu digantikan jadwal jaganya.

Sampai setahun yang lalu, Ariska Anandya Kusuma atau Nana juga tinggal di mes sebelum resign, menyusul Denaira Stephanie atau Aria yang pindah ke Surabaya karena diterima untuk program pendidikan spesialis anak. Aria adalah pacar Kevin. Ditinggal LDR membuat Kevin semakin nelangsa karena pada dasarnya Kevin itu bucin berat.

Hera sendiri baru mengenal Jun ketika bekerja di RSBA, di hari pertama mereka diminta perkenalan di morning report bersama jajaran manajemen dan direksi rumah sakit karena Jun selama ini tinggal di rumah orang tuanya. Singkatnya, yang ‘satu angkatan’ di sini adalah Hera, Aria, Jun, dan Kevin. Itu sebabnya mereka berempat lebih akrab dibanding yang lain. Setelah kepergian Aria, mereka bertiga jadi semacam trio berisik.

Berbeda dengan Aria, tentu saja Jun dan Kevin lebih sering jadi teman bertengkar Hera. Terutama sejak Jun pindah ke mes, bergabung dengan yang lain. Makin seringlah Hera dan Jun saling meledek dan mengganggu. Seolah-olah merusak ketenangan hidup yang lainnya merupakan tujuan mereka eksis di dunia ini.

Seperti sekarang.

“Tuh, bengong lagi kan lo.” Suara Jun memecah lamunan Hera. “Kebanyakan kerja dobel sif, jadilah gini. Eror.”

“Eror kan nama tengah lo,” ujar Hera tidak terima. “Nggak tahu ah, gue capek ngobrol sama lo. Gue mau tidur lagi aja.” Ditinggalkannya Jun di balkon.

Yang ditinggal hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Galak amat, sih….”[]