cover landing

The Duchess Secret

By writtenbywoman


Sejauh mata memandang ke arah lautan, Ellya hanya menyadari satu hal yang pasti untuk merenungkan kehidupan yang ia jalani. Ia benar-benar kesepian dan tak memiliki teman atau sahabat. 

Rumor-rumor buruk tentangnya sudah begitu banyak, sampai-sampai ia tak ingin ambil tindakan untuk sekadar klarifikasi hingga menjauhkan semua lady di Oddland untuk berteman dengannya.

"Ellya..." panggil Duke Forester, menyadarkan Ellya dari lamunannya.

"Papa? Bukankah sebaiknya Papa masuk? Angin malam lautan tidak baik untuk kesehatan."

Duke Forester berkacak pinggang mendengar jawaban Ellya, lantas mendekat ke arah anaknya untuk memastikan bahwa Ellya baik-baik saja.

"Apa ada hal yang kau pikirkan? Rumor-rumor yang tak beralasan itu apakah membuat dirimu tertekan?"

Ellya menggeleng, walaupun sedikit membenarkan kalau rumor yang beredar terkadang cukup menyakitkan hatinya. Ia melihat lagi ke arah lautan. Hari ini ia sedang berada di kapal yang akan membawanya ke negara tempat Duke Forester mengembangkan bisnis yang dia miliki.

Setelah hampir satu minggu berlayar, akhirnya besok dia bisa sampai di daratan Oddland. Apakah semuanya masih membahas rumor-rumor itu? pikirnya.

Duke Forester berniat meninggalkan Ellya sendiri agar putrinya bisa menikmati angin laut yang tenang. Selama ini, anak perempuannya itu tidak pernah mengeluh apa pun mengenai rumor-rumor jelek yang beredar. Ia takut jika rumor itu menyakiti mental Ellya.

"Papa harus kembali. Earl Limbley sudah menunggu untuk membahas bisnis yang Papa bicarakan waktu itu."

"Tempat minum dan hiburan itu?" tanya Ellya memastikan. Itu memang ide yang ia sampaikan enam bulan yang lalu setelah perdebatan yang panjang.

Duke mengangguk, lantas tersenyum. "Earl Limbley memegang kekuasaan daerah Kinston dan Papa pikir itu daerah yang strategis untuk daerah perbatasan dengan Emerlad."

Emerlad merupakan negara yang sebenarnya masih bisa dikatakan masuk wilayah Oddland. Akan tetapi, King Stephen—adik Kaisar—memilih untuk membuatnya berdiri sendiri.

Sepeninggalnya Duke Forester, Ellya menyusun strategi agar bisa lebih berkembang dan juga berbisnis. Umurnya sudah sembilan belas tahun.

Banyak orang yang menjelekkan dirinya karena belum menikah. Ia pikir, kenapa semua orang harus menikah? Lalu, apakah ia akan terus-menerus menjadi bahan gosip para lady? Ia tak memasuki akademi umumnya karena ayahnya memerintahkan orang untuk mengajarinya secara privat.

Hal itu memang menguntungkan karena Ellya tak perlu bersusah-payah bersosialisasi dan bisa berada dalam kamarnya lebih lama. Ellya Forester dalam keluarganya sering disebut Putri Tidur karena selama perjalanan—meski jalanan terjal sekalipun, Ellya bisa tetap terlelap tanpa merasa terganggu sama sekali.

Angin malam kian menusuk kulit hingga ke tulangnya. Dress yang Lein—maid-nya—bantu kenakan tak cukup untuk menangkal dinginnya angin laut.

Ia segera kembali menuju kamarnya. Kapal yang ia gunakan berukuran sangat besar. Kemungkinan, ukurannya bisa sampai dua puluh rumah berjejer. Tingginya mungkin setara lima rumah bertingkat.

Kapal-kapal besar ini memang digunakan untuk urusan antarkawasan bahkan negara di benua lain. Biaya yang dikeluarkan tentunya juga tidak sedikit, sehingga hanya para bangsawan saja yang biasanya menggunakan kapal ini.

"Ah, My Lady, saya mohon maaf." Seseorang tak sengaja menabrak Ellya yang hendak menuruni tangga.

Ellya sedikit limbung dan tak begitu tahu siapa orang itu. Yang pasti, itu suara laki-laki. Setelah Ellya melihat ke arah laki-laki itu, persis seperti dugaannya, ia tak pernah mengenalnya.

"Tidak apa, lain kali hati-hati." Ellya segera berlalu sebelum suhu dingin menyerang dan menyebabkan alerginya kambuh.

Tanpa Ellya sadari, laki-laki itu adalah Duke Ellington. Dia sedang bertugas untuk mengawasi bagian perdagangan melalui kapal yang kerap kali berbeda dari laporan yang ia terima.

"Lucas, apakah kau mengenal lady tadi?" tanya Duke Ellington kepada tangan kanannya yang kini sedang berdiri di belakang tubuhnya.

"Tidak, Duke, tetapi ada yang mengatakan jika lady tadi dekat dengan Duke Forester. Apakah saya perlu menyelidiki?" tanya Lucas balik.

"Tidak perlu menyelidiki, hanya asing dengan wajahnya. Tapi ... Duke Forester?" Duke Ellington memastikan apa yang ia dengar. Ia jarang tertarik terhadap seseorang kecuali Duke Forester yang sangat netral terhadap kekaisaran.

Lucas mengangguk, ia segera menuju tempat rahasianya untuk bertemu seseorang yang hendak ia mintai keterangan terkait masalah perkapalan.

Kaisar Hendry mengamanatkan tugas mengenai perdagangan dan perkapalan kepadanya, sehingga mau tidak mau, selain beban tugasnya sebagai Duke sudah banyak, ia juga mendapatkan tugas langsung dari Kaisar.

"Jaga di sini dan jangan ada yang boleh masuk!" titah Ellington. Lucas mengerti dan menempatkan diri untuk menyamarkan keberadaan dirinya.

***

Kondisi pelabuhan sore itu sangat ramai. Orang-orang yang baru pulang dari bepergian berbondong-bondong menaiki kereta yang sudah datang untuk menjemput mereka. Tak terkecuali Duke Forester dan Ellya Forester.

Sepanjang perjalanan menuju dukedom—kediaman khusus Duke Forester, Ellya tak henti-hentinya menanyakan tentang bisnis yang akan ia kerjakan. Ini adalah kali pertama ia berkesempatan untuk membangun sebuah bisnis selain kedua kakak laki-lakinya yang sekarang mengabdi kepada kekaisaran menjadi panglima perang.

"Tidurlah, masih banyak waktu. Kita bisa bicarakan besok pagi mengenai lebih jelasnya," perintah Duke Forester. Anak perempuan satu-satunya ini memang unik dan persis seperti mendiang istrinya, Duchess Lilian.

"Tapi..."

Ellya merasa juga dirinya terlalu berlebihan. Harusnya ia gunakan waktu untuk tidur. Ke mana julukan Ellya yang seperti putri tidur?

"Aku akan tidur, bangunkan aku saat di Jembatan Kiels. Musim ini bunga bermekaran sangat indah saat malam hari."

"Baiklah, tidur yang nyenyak."

Sementara itu, Duke Ellington segera menuju ke kaisaran untuk melaporkan hasil investigasi selama dua minggu di kapal. Berkas yang akan ia laporkan sudah diselesaikan dengan baik oleh Lucas. Dalang dari semua kekacauan dalam pajak perdagangan di kapal adalah para bandit yang menekan pajak sangat tinggi enam bulan terakhir.

Bandit-bandit itu sudah ada sejak satu tahun yang lalu. Sebenarnya, Duke Ellington sudah mencurigai hal itu saat ada orang-orang yang berkeliling di area pelabuhan dari penuturan salah satu anak buahnya.

"Ternyata hanya seorang viscount yang berani bermain di perangkapku."

"Dari pengawasan saya, Viscount Lexi masuk ke dalam organisasi hitam kiri. Terbukti dari catatan yang saya dapatkan dari rekan saya di sana.".

"Hah, organisasi yang sudah aku bubarkan tiga tahun lalu karena memberontak dan menghasut rakyat mengenai hal buruk kekaisaran itu?"

"Benar, Duke."

Ellington memijat keningnya. Ternyata Viscount Lexi hendak membalas dendam, tetapi secara tidak langsung melalui bandit-bandit itu. Tak tanggung-tanggung, Viscount Lexi menyuruh anak buahnya untuk merampas barang dagang bagi penjual yang tidak mau membayar pajak kepadanya. Bahkan tak segan untuk membunuhnya.

"Ck, tikus itu harusnya sudah kubunuh saat itu juga. Kali ini ia tak akan mudah kita tangkap. Kita harus meminta pasukan kepada Kaisar untuk membuat strategi sebelum gegabah dan Viscount Lexi menyandera rakyat kita."

Hal ini akan ia sampaikan kepada Kaisar Hendry. Ah, bicara soal Kaisar Hendry membuatnya teringat Lady Marine—sahabatnya—yang meminta oleh-oleh bubuk mutiara yang hanya diproduksi oleh negara seberang.

Lady Marine dan dirinya sudah berteman dari kecil hingga memasuki akademi bersama dan lulus bersama pula. Sebenarnya, ia menaruh sedikit rasa pada Lady Marine, tetapi Putra Mahkota telah mengancam jika dirinya tak boleh lagi bertemu dengan Lady Marine jika ia mengutarakan perasaannya.

Jadi, Putra Mahkota juga menyukai Lady Marine yang merupakan anak Duke Holland. Selain memegang posisi penting dalam kekaisaran, Duke Holland juga terang-terangan mendukung kekaisaran.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan Duke Forester. Dia netral karena hanya sekadar mengurus wilayahnya dan juga bisnisnya yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Duke Forester tidak akan menjilat kekaisaran, tetapi ia bersumpah akan membantu kekaisaran saat kekaisaran membutuhkan bantuan dirinya.

"Lucas, mengenai Duke Forester. Apakah kau tahu siapa lady itu? Tidakkah kau lihat liontin diamond murni yang ia pakai? Apa kau tahu kalau harganya seperti membeli kapal besar?"

"Tidak, Duke, saya belum memeriksa lebih lanjut mengenai lady tersebut."

"Tolong cari tahu, aku takut Duke Forester akan berbuat yang tidak-tidak."

"Setahu saya Duke Forester adalah orang yang penuh perhitungan. Beliau sangat disegani karena wibawanya. Jika saja Kaisar Hendry lengser, maka posisi kaisar selanjutnya kuat akan diambil alih Duke Forester, bukan Putra Mahkota mengingat ikatan keluarga Duke Forester adalah adik tiri dari Kaisar Hendry."

Ellington masih bingung dengan silsilah kekaisaran sebelumnya, seolah apa yang ayahnya ajarkan hilang seketika. Dahulu, Kaisar Hendry I sering bermain dengan wanita-wanita dan pengangkatan selir akan terjadi setiap bulan sekali.

Beruntung, Kaisar Hendry yang merupakan anak pertama Kaisar Hendry I sekarang sangat baik dalam mengelola negara dan wilayahnya.

"Ah baiklah, tolong selidiki dan kalau bisa hari Rabu sampaikan kepadaku. Aku dengar bahwa hari Kamis Kaisar akan mengundang seluruh bangsawan untuk pesta perayaan sebelum menyambut hari jadi kekaisaran."

"Baik, Duke Ellington, akan saya kerjakan secepatnya. Mengenai hal itu, saya mendapat informasi kalau Anda harus berhati-hati saat berada di pesta. Kita tidak tahu para bandit itu akan menyerang dan sepertinya mereka juga mengetahui jika Anda sedang memata-matai mereka."

Duke Ellington mengangguk. Ia tahu, posisi dirinya saat ini memang seperti orang yang hanya dimanfaatkan oleh kekaisaran karena kekaisaran tak memberikan bantuan berupa pasukan untuk menemaninya saat menginvestigasi kasus para bandit itu.

Hanya saja, sumpah dari leluhur yang akan terus bersama dengan keluarga kekaisaran dan seterusnya membela kekaisaran terkadang membuatnya tak leluasa menjalankan tugasnya.

***

"Kakak!"

Ellya turun dari kereta dengan tergesa karena melihat kedua kakaknya berdiri di depan pintu dukedom utama lengkap dengan baju prajurit dan segera memeluk erat kedua kakaknya.

"Hati-hati, gaunmu akan membuatmu jatuh dan tersungkur. Wajah jelekmu akan bertambah jelek!" ingat Rogers Forester, anak laki-laki pertama Duke Forester kepada adiknya.

"Ck, anak nakal satu ini memang sulit untuk dinasihati, ya. Lebih baik kita tidak usah datang menyambut dan datang jauh-jauh ke sini!"

Ellya yang merasa disindir lantas melonggarkan pelukan dan berdiri dengan tegap seraya berbicara kepada sang papa.

"Papa, bukankah kau tidak memiliki anak laki-laki? Lalu siapa mereka ini?" ujar Ellya sembari membuat wajah angkuh.

"Aw!" Ellya mengaduh kesakitan akibat merasakan satu jitakan keras yang dilayangkan di kepalanya. Itu ulah Robert, kakak keduanya.

Yah, bisa dibilang keluarga mereka sangat harmonis kecuali untuk Ellya dan kedua kakaknya. Terkadang mereka akan seperti kucing dan anjing, tetapi terkadang mereka juga akan sangat akur sekali meski hal ini sangat jarang terjadi.

Mereka semua akhirnya memasuki dukedom. Ellya sendiri ingin segera beristirahat agar besok bisa menghabiskan waktu lebih lama dengan kedua kakaknya yang sedang libur dari tugas negara.

Kamar Ellya berada di sebelah timur dukedom yang artinya ada di paling belakang. Ellya sendiri yang memintanya karena di bagian belakang dukedom ada sebuah danau yang sangat indah. Akan lebih baik jika ia cepat berjalan ke danau daripada harus memutar seluruh dukedom.

Para maid-nya membantu Ellya untuk membersihkan diri dengan menggosok tubuh Ellya, sedangkan Lein, maid utamanya sedang menyiapkan pakaian yang akan Ellya kenakan.

Sembari menutup mata dan merilekskan tubuh dengan berendam air hangat, para maid yang membantunya terus membicarakan mengenai pesta yang akan diadakan oleh Kaisar pada hari Kamis nanti.

"Mia, aku sudah selesai." 

Jujur, Ellya enggan untuk mendengarkan celoteh para maid. Ellya berdiri kemudian dengan sigap Mia memberikan penutup tubuh untuk mengeringkan tubuhnya.

"Baik, Lady. Kami mohon undur diri," ujar Mia. Ia menyadari jika ini kesalahannya karena tidak bisa mengontrol mulut untuk tidak banyak bicara.