cover landing

The Day I Love You Again

By Minaputri


“Aina! Suami baru pulang kerja tuh disambut, bukan malah dipelototin,” ujar Chris sambil menaruh tas kerjanya di kursi meja makan.

Wanita di hadapan Chris mendengus kesal. Bahkan ia menolak sentuhan tangan suaminya, membuat Chris menatap Aina dengan dahi berkerut. 

“Sejak kapan kamu berhubungan lagi sama Yuri?” tanya Aina dengan suara bergetar.

“Apa maksudmu?”

“Jangan pura-pura bodoh, Chris!” teriak Aina frustrasi.

Chris melepas dasi yang terasa kian mencekiknya dalam suasana seperti ini. Sementara Aina terlihat mencoba menenangkan diri sebelum mulai bicara lagi.

“Aku diundang makan siang oleh mamamu dan Kak Lila. Mereka bilang ingin membicarakan sesuatu denganku. Dan kamu tahu ada siapa di sana selain Mama dan Kak Lila?”

Chris sudah bisa menebak cerita Aina sekarang. Namun, ia memilih diam. Ia tahu kali ini tidak akan mudah untuk menenangkan Aina seperti biasanya saat ada perselisihan keluarganya dan Aina. 

Aina tertawa hambar melihat Chris yang diam menatapnya tanpa takut. “Hahaha … bodohnya aku! Tentu saja kamu tahu! Karena kamu yang meminta mereka bilang ke aku, kan?”

“Meminta apa, Aina?”

“Dasar pengecut!”

Chris memegang erat tangan Aina yang sudah terulur untuk menamparnya. “Dengarkan aku dulu! Aku tidak mengerti apa maksud pertanyaanmu, Na.”

Aina melepaskan tangannya dari genggaman tangan Chris. Wanita itu menatap Chris dengan mata yang berkaca-kaca.

“Aku minta maaf karena aku memang berhubungan lagi dengan Yuri sebulan ini. Aku khilaf, Na. Tapi sungguh tidak sejauh bayanganmu. Aku .…”

“Kalau memang tidak sejauh bayanganku, kenapa Mama dan Kak Lila mengenalkan Yuri sebagai calon istri keduamu saat makan siang?” potong Aina dengan nada bergetar dan mata yang berkaca-kaca.

Chris tidak bisa menjawab pertanyaan Aina. Ia tahu kesalahannya sudah sangat besar. Ketahuan selingkuh berulang kali dengan Yuri, mantan pacarnya sebelum menikah dengan Aina. Ditambah keluarga intinya yang memang sudah sangat menyayangi Yuri. Mereka tidak akan menerima Aina kalau bukan karena desakan kakek Chris yang menjodohkan Chris dengan Aina karena janji yang sudah dibuat oleh kakek Aina. Dengan iming-iming warisan yang jumlahnya tidak sedikit, Chris dan keluarganya terpaksa menerima Aina. 

“Mama bilang karena mereka yakin kamu akan segera punya anak dengan Yuri. Aku diminta menerima kehadiran Yuri agar kamu punya keturunan karena kata mereka aku mandul!” seru Aina terisak.

“Apakah Yuri sehebat itu di mata keluargamu? Hanya karena aku belum hamil selama satu tahun setengah pernikahan kita! Demi Tuhan, Chris! Untuk apa aku meminum obat-obatan sialan ini untuk menjalani program hamil yang menyiksaku lahir batin?” Aina melempar botol-botol obat di tepi meja makan ke arah Chris yang masih menatapnya dengan tatapan kosong.

“Aku benar-benar tidak tahan dengan semua ini, Chris! Setiap keluargamu menekanku, kamu selalu diam. Tidak pernah sedikit pun membelaku. Sekarang kamu selingkuh lagi dengan Yuri! Lebih dari lima kali, Chris! Selama satu tahun setengah dan dengan orang yang sama! Bahkan sejak awal-awal menikah kamu ketahuan check-in sama dia! Selama ini kamu menganggapku apa?”

Chris menghela napas lelah. Masalah mereka selalu berputar di sini. “Kamu tahu, kan, alasan aku kembali dengan Yuri? Kamu selalu menolak untuk aku sentuh di luar jadwal yang ditentukan dokter untuk program hamil. Sejak awal menikah kamu sering menghindar dari hubungan suami istri!” 

Mata Aina semakin membesar mendengar pernyataan Chris. “Menolak disentuh di luar jadwal dari dokter? Kita sedang usaha untuk mempunyai anak! Kenapa kamu tidak bisa mengikuti program yang sudah ditentukan? Sedangkan keluargamu menuntutku untuk segera hamil. Kenapa program itu malah kamu jadikan alasan, hah?” cecar Aina dengan nada tinggi. 

“Awal kita menikah karena dijodohkan, Chris! Tentu saja aku kesulitan untuk langsung menerimamu! Memangnya kamu juga langsung menyukaiku? Tidak, kan?” 

“Aku menyukaimu sejak awal dikenalkan oleh kakek, Aina. Bahkan aku rela memutuskan Yuri.”

“Cih! Demi warisan, kan? Kalau bukan karena warisan, kamu tidak akan sampai ke hotel sama perempuan itu di dua bulan pertama kita menikah!”

Wajah Chris memerah seketika. Aina tahu semua itu dari Kak Lila yang menekannya untuk segera hamil karena kakek Chris menunda memberikan warisan untuk Chris dan keluarganya sampai Chris mempunyai keturunan demi memastikan Chris tidak akan bercerai dengan Aina. Alih-alih sabar menunggu keturunan dari Aina, keluarga Chris malah meminta Chris menikah lagi dengan Yuri agar cepat mempunyai keturunan tanpa menceraikan Aina.

Aina mengusap wajahnya yang sudah penuh dengan air mata. “Kamu tahu, aku bertahan dalam pernikahan ini karena kakek nenekmu yang selalu menguatkanku. Aku bertahan karena aku berharap suatu saat keadaan kita akan membaik. Berharap seperti kisah perjodohan lainnya yang bisa berakhir bahagia. Setelah semua maafku atas kesalahan kamu yang berulang, ternyata kamu malah memilih untuk menikah lagi?” tanya Aina sambil tertawa miris.

“Aku dan Yuri .…”

“Aku tidak bisa, Chris. Aku memilih mundur.” Aina mengangkat tangannya, tanda ia sudah menyerah dengan keadaan rumah tangganya bersama Chris.

Chris melangkah mendekati Aina dan memeluk tubuh rapuh istrinya. “Maaf, Aina. Maafkan aku, hmm? Aku janji aku .…”

“Tidak. Sudah cukup, Chris.” Aina menggeleng dan menjauhkan diri dari Chris. Ia melangkah menuju kamar dan menyeret koper yang sudah disiapkan saat Chris belum pulang kantor tadi.

Chris menghalangi jalan Aina. “Aina. Aku mohon jangan pergi. Kita bisa selesaikan ini semua baik-baik. Tentang warisan itu .…”

“Persetan dengan warisan, Chris! Aku hanya ingin pergi dari neraka ini. Tolong jangan halangi aku,” pinta Aina dengan nada lelah.

Chris mengembuskan napas kasar. Tangan besarnya menangkup wajah Aina agar menatapnya. “Aku janji aku akan memperbaiki semua. Kasih aku waktu satu bulan. Kita bertemu lagi di saat kita sudah lebih tenang, oke?”

Ingin rasanya Aina menolak. Namun, ia memilih mengangguk agar ia bisa segera pergi. Benar saja, Chris memeluk erat Aina dan melepas Aina. Pria itu tidak sadar, bahwa luka wanita itu sudah terlalu dalam dan mungkin tidak akan ada penawarnya.