cover landing

Spoiler

By rachmahwahyu


Mata Je tak luput dari smartphone. Tangannya mengetuk-ngetuk layar dengan gesit. Pagi hari harus di awali dengan game kesayangannya, Mobile Legend. Dia bahkan tak tidur semalaman hanya untuk memainkan game ini. Ya, di awal season (dalam permainan Mobil Legend lama season adalah tiga bulan. Setelah akhir season akan rank seluruh pemain akan direstart ke awal.) ini dia sudah mendapatkan top global player (pemain yang mendapatkan peringkat terbaik dari seluruh dunia di akhir season. Top global player akan mendapatkan reward atau hadiah yang menarik ketika lanjut ke season berikutnya) dan ingin mempertahankan sampai akhir season. Luput sedikit saja, bisa jadi top global player jatuh ke tangan Elina the Ragnarok seperti season lalu, sehingga dia hanya bisa gigit jari karena kehilangan reward yang diincarnya.

Elina, gamer yang selalu membayanginya itu selalu menjadi sorotan sejak kemunculannya. Punya skill yang sangat mumpuni, Elina adalah seorang solo player yang lebih suka memilih tim secara acak. Padahal siapa pun tahu bahwa inti dari permainan Mobile Legend adalah kerja sama tim. Je saja merasa tak akan mampu duduk di posisinya sekarang jika tanpa bantuan squad-nya.

"Je." Suara panggilan sang ibu terdengar dari luar kamar, sehingga menganggu konsentrasinya. Je mengumpat-umpat.

"Ayo bangun, Nak, sekolah."

"Ya, Bu," jawab Je tanpa mengalihkan fokus dari ponselnya. Tak lama pintu terbuka. Ibunya berdiri di ambang pintu dan menatapnya dengan nanar.

"Je? Kamu nggak tidur semalaman? Main hape sampai seharian!" tuduh wanita yang masih cantik walau sudah keriput itu.

Je tak menggubris ibunya, matanya terus saja menatap ponsel. Ibu Je mendesah frustrasi. "Ibu tunggu di bawah lima menit, atau uang jajanmu ibu potong!" Wanita yang melahirkannya itu mengancam lalu melenggang pergi.

Je hanya mencibir. Apa ibunya pikir uang jajan itu masih ancaman yang efektif baginya? Ibunya itu gaptek. Dia bahkan tidak tahu caranya mengoperasikan WhatsApp. Ponselnya hanya Nokia jadul dengan layar monokrom yang hanya bisa menerima telepon dan SMS. Ibunya tak pernah tahu bahwa Je sudah punya penghasilan sendiri dari hasil bermain Mobile Legend.

Ya, skill-nya yang mumpuni membuatnya cukup populer. Dia membuat video tutorial yang bahkan tembus satu juta subscriber dengan viewers lebih dari tiga juta setiap kali update. Belum lagi jasa joki yang dia sediakan untuk para pemain newbie (pemain pemula) yang kesulitan bermain. Pendapatnya sebulan sudah lebih dari cukup. Sayangnya, ibunya tak pernah tahu itu. Bagi ibunya, Je hanyalah seorang anak pemalas yang kerjanya mengurung diri dan bermain game seharian. Je pun malas menjelaskan bahwa bermain game ini adalah segala dunianya. Biarkan saja, Ibu tak akan mengerti. Begitu pikirnya.

Akhirnya setelah bermain lagi sepuluh menit lamanya, teriakan ibunya berkumandang lagi. Je melirik jam duduk di atas nakas yang menunjukkan pukul setengah tujuh. Oke, dia tak mau terlambat dan mendapatkan pukulan di pantatnya oleh Pak Zen. Guru sekolahnya yang super killer itu. Belum lagi ludahnya yang terus tercurah sehingga mengotori baju Je setiap kali berceramah.

Maka Je pun bangkit dan pergi ke kamar mandi. Namun, dia tidak mandi. Hanya mencuci muka lalu menyemprotkan parfum banyak-banyak ke tubuhnya. Cowok itu lalu duduk di ruang makan setelah mengenakan seragam sekolah dan memanggul tas. Pagi itu ibunya menyediakan nasi goreng, masakan kesukaannya.

Wanita itu menatap Je dengan garang ketika Je menyantap nasi goreng, masih dengan tangan dan mata yang tak lepas dari Mobile Legend. "Je, bisakah kamu mengubah kebiasaan burukmu ini?" pinta ibunya memelas.

"Kemarin ibu dapat surat peringatan. Kamu membolos dua hari tanpa alasan, kan? Nilai-nilaimu semester lalu juga turun semua."

Suara sang ibu bagai dengungan nyamuk di telinga Je yang sedang fokus. Je mengabaikannya.

"Sampai kapan kamu mau begini? Kamu tak pernah mau mendengarkan ibu. Seandainya saja, ayahmu masih hidup. Ibu hanya cemas padamu, Je. Ibu tak tahu sampai kapan ibu bisa hidup dan membiayaimu. Kamu harus hidup dengan benar, Je. Kamu harus bisa mandiri nanti, jika ibu sudah tiada."

Karmila terdiam menatap anak lelaki semata wayangnya yang masih asyik dengan ponsel. Inilah dampak dari perkembangan teknologi yang sebenarnya, menjauhkan dirimu dari keluarga dan orang-orang terdekatmu lalu sibuk dengan mereka yang namanya bahkan tidak kau tahu. Karmila tidak dapat berdiam diri lagi. Dia meraih ponsel Je dan melemparkannya ke dalam akuarium.

Je melotot tidak percaya melihat apa yang terjadi pada benda kesayangannya itu.

"Shit!" Je mengumpat keras. Dia bergegas menghampiri akuarium dan mengambil ponselnya. Benda itu kini tak dapat menyala meski Je terus menekan tombol power berkali-kali.

"Kamu nggak usah punya ponsel lagi!" geram ibunya. "Ibu belikan itu agar kamu mudah dihubungi! Sekarang Ibu bahkan nggak bisa bicara sama kamu, walau kamu ada di hadapan Ibu!" ketus Karmila.

Je tak berkata apa-apa, hanya memelototi ibunya, dia lalu meraih ransel dan melangkah pergi begitu saja. Emosinya sudah dipuncak, akibat sang ratu drama itu. Je melenggang menuju halte dan menaiki bus menuju sekolahnya.

***

"Je!" seru Niko yang masuk ke dalam bus pagi itu. Cowok tinggi dengan lesung pipi itu menghampiri Je yang duduk di dekat jendela, lalu menempati kursi persis di sebelahnya.

Je tak menjawab, hanya mengangkat alis lalu menyandarkan punggung pada kursi.

"Matamu merah bergadang lagi?" tegur Niko.

"Aku hanya nggak mau global rank season ini jatuh ke tangan Elina lagi," aku Je.

Niko terkekeh. "Kamu itu terlalu perfeksionis kalau main game. Peringkat dua juga nggak masalah, kan? Masih dapat reward juga."

Je menggeram saja, malas berkomentar. Niko adalah salah satu squad terbaiknya. Cowok berotot dan pemain ace tim basket itu sangat berbeda saat berada dalam game. Agak feminin. Hero (avatar dalam permainan Mobile Legend biasa disebut Hero) andalannya saja Layla yang manis dan imut. Bersama Tristan, squad-nya yang lain, mereka suka menyamarkan identitas sebagai perempuan agar bisa mendapatkan banyak gift dari pemain-pemain cowok. Cara yang licik, namun berhasil membuat mereka naik peringkat dengan mudah.

"Terus kenapa kamu tiba-tiba AFK (away from keyboard adalah istilah untuk menyebut pemain yang tiba-tiba menghilang di tengah permainan.) tadi pagi? Aku lihat lo live streaming battle-mu sama Elina. Seru-serunya itu."

Je menghela napas. Dia meraih ponsel dari sakunya dan menunjukkannya pada Niko. Si mata sipit itu menatap smartphone mengenaskan yang masih agak basah itu.

"Nggak bisa nyala dari tadi. Ini bisa dibenerin nggak, sih?"

Bukannya menjawab pertanyaan Niko, Je malah balik bertanya. Ayah Niko punya usaha servis ponsel, dan Niko sedikit mewarisi bakat tersebut.

"Kenapa tuh?" tegur cowok macho tersebut.

"Diceburin Ibu ke akuarium."

Niko tampak mendesah lalu mengamati ponsel itu. "Aku nggak tahu kalau nggak dibongkar dulu. Semoga nggak kena motherboard-nya."

Je mendengus. "Ya udah, ntar jam kedua bolos aja ke Hitech, beli yang baru."

"Holang kaya!" cemooh Niko sambil tergelak.

"Masalahnya seandainya bisa diperbaiki juga nggak tahu kapan jadinya, kan? Aku nggak mau ambil risiko nggak bisa jadi daily player (pemain yang online setiap hari). Rank ku bisa langsung turun drastic," jawab Je sok realistis.

Top global player adalah segalanya bagi Je. Dia sama sekali tidak mau menyerahkan gelar itu pada Elina maupun gamer lainnya. Ini profesinya., Je harus memberikan yang terbaik.

"Ya udah, ntar beli aja yang paling bagus, yang anti air dan anti banting sekalian. Biar entar nggak jadi korban ibumu lagi," hibur Niko. Cowok itu menepuk-nepuk pundak Je.

"Tapi mungkin kamu juga harus mikirin perasaan ibumu juga, Je. Dia pasti risih lihat kamu dari pagi sampai malam nggak pernah lepas dari ponsel."

Je tertegun mendengar nasihat Niko. Cowok itu benar, tapi Je tak mau mengakuinya. Ibu yang salah! Kenapa ibunya selalu menuntut untuk dimengerti jika sang ibu saja tak pernah mau memahami dirinya. Je tak cukup tampan, tak terlalu pintar, juga payah dalam olahraga. Mobile Legend adalah hidupnya, satu-satunya tempat di mana dirinya diakui dan mendapatkan apresiasi. Ibunya tak akan mau mengerti, mereka para orangtua tak akan pernah mengerti.

***

Je mengikuti Niko keluar dari bus yang berhenti di halte persis di seberang sekolah mereka. Di sana rupanya ada Tristan yang sedang menuangkan hasil karyanya pada satu sudut halte dengan cat semprot. Dasar anak nista!

Tristan, anggota kedua squad mobile Legend besutan Je. Jangan bayangkan dia sepertinya artis sinetron tokoh utama Ganteng-Ganteng Buaya yang pernah booming beberapa tahun lalu itu. Dia hanya bocah ingusan kurus dengan rambut selalu berantakan. Karakternya super absurd. Tiba-tiba teriak-teriak sendiri, atau menari-nari tak jelas di tempat umum. Je juga yakin, Tristan yang menghasut Niko untuk menyamarkan identitas mereka sebagai perempuan di Mobile Legend. Sungguh kalau saja skill anak itu tidak bagus, Je pasti sudah menendang dia dari geng.

Anehnya banyak cewek yang tergila-gila padanya dan mengatakan dia mirip dengan V, si idol asal negeri ginseng yang katanya berkepribadian 4D atau apalah itu.

Tiba-tiba saja, dari salah satu gang terdekat dari halte muncul satu cowok bermata empat. Tidak bener-bener punya mata empat. Dua mata lainnya hanya bayangan dari matanya terpantul ke kacamata tebal yang dia pakai. Dialah anggota ketiga dari squad mobile Legend milik Je, Sakha. Cowok itu menoyor kepala Tristan begitu saja.

"Jangan merusak properti negara!" tegur cowok kaku satu itu, lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Sakha sangat patuh pada aturan.

"Aturan, adalah satu-satunya hal yang membedakan kita dengan binatang." Itulah jargon andalan Sakha yang dia kutip dari film pembunuh bayaran favoritnya. Tristan meringis kesakitan tapi tak berani membalas ketua OSIS itu.

"Justru aku ini sedang mempercantik fasilitas umum, biar orang-orang di sini kembali beralih pada bus ketimbang angkutan online. Kalau ada mural wajahnya orang ganteng di sini kan asyik," dalih Tristan.

Niko terkekeh. "Siapa orang ganteng itu?"

Tristan membentuk tangan kirinya menjadi pistol di bawah dagunya. "Siapa lagi?" ucapnya narsis.

Sakha menoyor kepala Tristan. "Yang ada malah nggak pada mau naik dari halte ini lagi gegara ada fotonya genderuwo." Si kacamata itu langsung saja menarik i 4D masuk menuju gerbang sekolah.

Je dan Niko mengikuti dari belakang. Mendengarkan perdebatan Tristan dan Sakha selalu jadi hiburan tersendiri. Mood jelek Je serasa menguap entah ke mana.

Mereka berempat lalu melangkah menuju ruang loker dan menemukan anggota terakhir squad yang sedang mengunyah cokelat. Haris, cowok ganteng dengan ciri long face itu tersenyum dan menyapa anggota gengnya.

"Guys, lihat nih, aku dapat banyak cokelat," pamer vokalis band indie sekolah itu, bangga. Sebagai the most wanted boy di sekolah, wajarlah kalau dia mendapatkan semua itu.

Je hanya menelan ludah walau iri, lalu mengumpat dalam hati. Shit! Ini hari valentine. Pasti teman-temannya itu akan bersaing lagi siapa yang dapat cokelat paling banyak. Juara bertahannya tentu saja Haris, nomor dua Tristan, peringkat tiga dan empat diperebutkan oleh Niko dan Sakha. Je? Jangan ditanya. Dia tidak pernah mendapat cokelat. Reputasinya sebagai bad boy membuat cewek membatu seketika hanya dengan menatap matanya yang tajam menusuk itu.

Je melangkah menuju lokernya, sementara para sahabatnya menghitung jumlah cokelat mereka. Ketika pintu lokernya terbuka Je terpegun mendapati satu surat berwarna pink tergeletak di sana.

***