cover landing

Sexy Bitch

By Lithelit


Gadis seksi tengah berjalan menyusuri ramainya kelab malam. Musik berdentum sangat kencang, orang-orang sedang asyik menari di lantai dansa, meneguk alkohol, berciuman, bahkan melakukan hubungan seksual di pojok ruangan. Semua pemandangan ini sangat menyenangkan menurutnya. Sudah menjadi kebiasaannya datang ke tempat ini setiap malam. Saat ini ia tengah celingak-celinguk mencari keberadaan seseorang.

"Hei Camella!" teriak seseorang seraya melambaikan tangannya.

Merasa terpanggil, gadis yang bernama Camella itu menghampiri orang tersebut. Tampak seorang gadis yang tidak jauh dari posisinya saat ini sedang duduk di bar dengan minumannya.

"Hei Jane!" sapa Camella kepada gadis itu lalu duduk di sampingnya.

"You look gorgeous, bitch," ucap Jane sambil memandang Camella dengan seringainya.

"Haha, you too," ucap Camella sembari diselingi dengan tawa.

Mereka menyesap alkohol yang mereka pesan sambil memandangi orang-orang di sekitar.

"So, sejauh ini sudah menemukan pria seksi incaranmu?" tanya Jane menaik-turunkan alisnya.

"Tidak ada yang menarik malam ini, kau tahu aku hanya ingin tidur dengan pria hot nan kaya raya," ucap Camella sambil tertawa.

Mereka pun tertawa atas penuturan Camella tadi. Ya, tentu saja. Camella tidak ingin tidur begitu saja dengan sembarang pria, apalagi jika pria itu tidak masuk kriterianya. Bahkan, yang sudah memenuhi kriterianya saja belum tentu dapat menjadi kekasih gadis itu.

"Oh, hei, look!" ucap Jane menyenggol lengan Camella menggunakan sikunya.

"What?" tanya Camella.

"Kau lihat pria di meja itu, yang memakai jaket kulit," ucap Jane seraya menatap pria yang ia maksud.

Camella mengikuti arah tatapan Jane. Didapatinya pemandangan yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. Seorang pria yang mengenakan jaket kulit terlihat sangat seksi berkat tubuh kekarnya. Jangan lupakan wajahnya yang terpahat sempurna; alis tebal, sorot mata tajam dengan manik berwarna hijau, hidung mancung, rahang yang tampak kokoh, serta bibir berwarna plum alami.

"Oh wow, he's so fucking hot…," gumam Camella.

"Hei girl, hati-hati air liurmu keluar!" ledek Jane.

"Jane, aku harus segera mendapatkan dia!" Ucap Camella tiba-tiba dengan mata yang masih tertuju kepada pria itu.

"Seriously? Oh tentu saja aku tidak meragukanmu dalam menggoda pria, namun harus kukatakan yang ini berbeda, Camella," ucap Jane.

"Maksudmu?"

"Dia sangat sulit didapatkan. Berbagai macam jalang sudah menghampiri, tapi dia menolaknya. Dan satu lagi, dia sangat dingin."

"Oh, chill girl, aku akan mendapatkannya." Ucap Camella penuh percaya diri.

"Aku lebih memilih temannya daripada harus menggoda pria dingin itu," tutur Jane.

Tiba-tiba Camella berdiri dari tempat duduknya.

"Bagaimana, Jane? Apakah penampilanku sudah oke? Atau aku harus touch-up lagi?" tanya Camella dan berputar menunjukkan penampilannya.

"Kau tentu tidak perlu diragukan lagi, bitch! Kau tahu kau sangat cantik dan sexy." Ucap Jane sembari mengedipkan sebelah mata.

Tentu saja, Camella sangat cantik dan seksi. Apalagi dengan penampilannya sekarang, mini dress hitam elegan melekat sempurna di tubuhnya. Banyak pria yang memandangnya dengan tatapan lapar, tetapi tidak ia hiraukan.

Ya benar! Tentu saja karena pria-pria itu bukan tipenya.

"Okay Jane, aku akan menghampiri pria itu. Wish me luck," ucap Camella sebelum meninggalkan Jane.

"Yash, good luck girl!" ucap Jane dengan semangat. Dengan penuh antusias Jane memperhatikan aksi temannya itu. Ia tahu sebelumnya Camella tidak pernah gagal untuk mendapatkan pria yang ia inginkan.

Camella berjalan ke arah pria tersebut dengan penuh percaya diri. Ia berjalan layaknya seorang model, pinggulnya bergoyang seirama dengan langkah kaki. Hal itu pun tidak luput dari perhatian banyak orang Di mana pun gadis itu berada, ia akan selalu menjadi pusat perhatian.

Sementara itu di sisi lain, seorang pria berjaket kulit tengah meneguk alkohol. Entah sudah berapa banyak ia meneguk alkohol malam ini.

"Hei, dude!" ucap pria di sampingnya yang membuat dirinya kaget.

"Kau mengagetkanku, Brian," ucap pria itu sinis.

"Lihat gadis itu! Ia mengarah ke sini. Aku yakin dia akan menggodamu. Oh, God, she's so sexy! Aku tidak akan membiarkanmu menolaknya. Tidak, tidak akan," celoteh Brian dengan heboh.

Sementara pria itu hanya mengangkat bahu acuh. Sudah biasa bagi dirinya dihampiri banyak wanita.

"Oh, please, Mr. Alland Chris Allister. Dia sangat cantik, kau tidak boleh selalu menolak gadis-gadis yang menghampirimu. Aku tidak ingin jika kau menjadi homo dan kau akan menyukaiku," dengus Brian.

Sementara pria bernama Alland itu hanya memandang geli ke arah temannya. Ia tidak habis pikir dengan isi kepala temannya itu.

Tanpa mereka sadari Camella sudah berada di depan mereka. Brian langsung menyambut perempuan itu.

"Hei beautiful, ada perlu apa?" ucap Brian.

"Boleh bergabung?" ucap Camella.

"Sure," ucap Brian dan menggeser posisi duduknya. Menyisakan space agar Camella bisa berdekatan dengan Alland.

"Kau pasti ingin menggoda dia," ucap Brian mengarahkan dagunya ke Alland.

"Ya, tentu saja! Aku ke sini ingin mengajak temanmu untuk tidur denganku." Ucap Camella tanpa basa-basi dengan senyum yang menggoda menatap Alland.

"Impossible!" sahut Alland tanpa memandang wajah Camella.

Mata Camella terbelalak kaget, tetapi ia segera menutupinya dan bersikap tenang.

Perempuan itu segera mengeluarkan kartu nama bertuliskan 'Camella Oliver' beserta nomor ponselnya. Ia mendekat ke arah Alland yang masih duduk dengan tegap dan menyelipkan kartu nama tersebut ke kantong jaket Alland.

"Siapa tahu kau berubah pikiran, karena aku sangat menginginkanmu," bisik Camella sensual di telinga Alland, kemudian ia beranjak meninggalkan mereka.

Alland hanya mengedikkan bahu tak acuh.

"Oh, my Goodness! Bagaimana mungkin kau menolak gadis itu, Alland?" ucap Brian heboh.

"Aku tak tertarik."

Alland sebenarnya sedikit bingung dengan gadis itu. Bagaimana bisa ia menghampirinya secara tiba-tiba dan mengajaknya tidur bersama, lalu pergi begitu saja meninggalkannya dengan kartu nama gadis tersebut. Tidak seperti gadis biasanya yang selalu menggelayuti Alland dan menyentuh bagian-bagian sensitifnya demi menggoda pria itu. Gadis itu hanya membisikkannya beberapa kata, tetapi hal itu sukses membuat Alland merinding.

"Hello, babe," ucap seorang wanita dengan manja sambil menggelayuti lengan Alland.

Hal itu membuat Alland membuang napas kasar. Ia sungguh ingin menyingkirkan gadis di hadapannya ini. Bertahun-tahun gadis ini mengejar dan mengganggunya. Berbagai cara Alland lakukan untuk menjauh dari gadis ini, tetapi hasilnya nihil.

"Baby Alland, apakah aku cantik hari ini?" ucap gadis tersebut masih dengan manjanya.

"Tidak."

Gadis itu mengerucutkan bibir, lalu tangannya turun meremas milik Alland di bawah sana.

"Stop it, Bella! You’re annoying!"

"Bukankah kau menyukainya, baby?"

"Tidak. Nanti kekasihku melihat. Menjauh dariku!" elak Alland asal.

Mendengar itu Brian dan Bella kaget. Pasalnya Alland tidak pernah memiliki kekasih karena terlalu pemilih. Selama ini, ia hanya membayar jalang-jalang yang menurutnya pantas ia tiduri untuk memuaskan nafsunya saja.

"Tidak, tidak mungkin. Baby Alland hanya milikku!" ucap Bella sembari menyandarkan dagunya di bahu Alland.

"Kau tak percaya?" ucap Alland menatap Bella sinis.

Kemudian Alland beranjak berdiri dan berjalan ke arah bar. Bella tetap tidak melepaskan lengan Alland yang ia gelayuti. Merasa penasaran, Brian pun mengikuti dari belakang.

Sedangkan di lain sisi, Camella dan Jane kembali duduk di bar.

"Bagaimana?" tanya Jane antusias.

"Gagal," ungkap Camella. Giginya bergemeretak, menandakan ia sedang emosi.

"Oh, girl, sudah kubilang sebelumnya, bukan?" ucap Jane.

"Tidak. Tidak ada yang bisa menolak aku, Jane," ucap Camella.

Jane mengerutkan kening dan menatap Camella iba.

"What? Kenapa kau menatapku dengan pandangan kasihan seperti itu?" ucap Camella sinis.

"Tidak, hanya saja aku tidak menyangka ada yang bisa menolakmu."

"Tenang Jane, aku tidak akan menyerah. Besok akan kupastikan ia berakhir di ranjang denganku. Karena hari ini aku tidak bisa sampai larut malam." Ucap Camella dengan yakin.

"Tumben, ada apa?"

"Besok hari pertamaku bekerja,"

"Wow, akhirnya kau bisa hidup lebih berguna dan tidak menghamburkan uang ayahmu,” sindir Jane dengan diselingi tawa.

"Fuck you, meskipun ada benarnya juga." Camella mau tak mau ikut tertawa mendengar fakta yang baru saja Jane ungkapkan. Camella tidak tersinggung, memang faktanya dulu ia gemar menghamburkan uang sang ayah.

Asyik berbincang dengan Jane, tiba-tiba tangan kekar menarik lengannya. Hal itu membuat Jane dan Camella terkejut.

"Kau?" Camella tak habis pikir.

Pria itu menarik Camella ke dalam pelukannya.

Melihat itu Jane membelalakkan mata. Jika pria lain yang berlaku seperti itu ia tidak akan kaget dan heran, pasalnya saat ini pria yang tengah merangkul Camella adalah Alland. Padahal, menurut cerita Camella tadi Alland terang-terangan menolaknya.

Alland mengecup puncak kepala Camella dan membisikkan sesuatu.

"Mainkan saja peranmu," bisik Alland.

Setelah itu Alland mengeratkan rangkulannya kepada Camella.

"Ini kekasihku." Alland memperkenalkan Camella kepada Bella.

"Apa maksudmu, Baby Alland?" Bella mengerucutkan bibirnya.

Bella menatap tajam kepada Camella. Camella tersenyum penuh kemenangan.

"Hello, Aku Camella kekasih Alland." Camella menekankan kata kekasih.

"Baby Alland, kenapa menjadikan wanita jalang ini kekasihmu? Aku jauh lebih baik dari jalang ini!" Rengek Bella kemudian beranjak menghampiri Alland.

Namun Camella langsung berdiri di depan Alland, mencegah Bella mendekati pria itu. Kini jarak Camella dan Bella sangatlah dekat. Mereka melemparkan tatapan tajam satu sama lain.

"Setidaknya aku tidak pernah merengek kepada kekasih orang lain dan berusaha terus menggodanya. Kau tahu kau tidak lebih dari sampah. Dan yeah, Alland lebih memilihku karena aku lebih cantik dan seksi. Lebih baik kau urus payudara implanmu itu,” ujar Camella sinis sambil tersenyum miring.

Mendengar itu, Bella menahan emosinya. Memang benar perkataan Camella bahwa ia melakukan implan dan itu semua ia lakukan agar Alland tertarik padanya. Sementara itu, Alland menahan tawanya melihat ekspresi Bella yang tidak karuan.

"Ayo baby, kita akan menghabiskan malam yang panjang." Alland mengajak Camella keluar kelab. Camella mengedipkan sebelah matanya kepada Jane sebelum ia pergi.

Jane membelalakkan matanya tidak percaya. Kini ia semakin mengakui pesona seorang Camella. Saat ia masih terpesona dengan sepak terjang sang sahabat, tiba-tiba seseorang menyadarkannya.

"Saya pikir saya juga akan menghabiskan malam dengan wanita cantik di hadapan saya. Wanna join?" ucap Brian kepada Jane.

"Sure, Sir." Ucap Jane meraih uluran tangan Brian.

Sementara itu, kini Camella dan Alland sudah berada di luar kelab.

"Now what?" ucap Camella.

Alland menaikkan sebelah alisnya dan menatap Camella penuh tanya.

"Kau tahu yang tadi hanya pura-pura?" ucap Alland.

"Ya aku tidak bodoh, Sir. Tetapi aku menginginkan imbalan karena aku telah melindungimu dari perempuan gila itu." Camella mendongak menatap Alland, kedua tangannya sudah berada di pinggang.

"Imbalan? Katakan. Kau bisa minta apa saja," ucap Alland angkuh.

"Bagaimana dengan ucapanmu yang tadi? Kita akan menghabiskan malam yang panjang."Camella meniru ucapan Alland.

"Maksudmu?"

"Kau tahu aku sangat menginginkanmu, Sir." Camella mendekatkan tubuhnya kepada Alland. Kini tubuh Alland sudah didorong hingga melekat ke sebuah mobil oleh Camella.

"Mengapa kau tampak gugup, Sir?" tanya Camella sensual lalu mengelus rahang Alland.

"No, I can't," tolak Alland.

Tiba-tiba Camella mengingat bahwa esok adalah hari pertama ia bekerja. Tidak mungkin ia menghabiskan malam bersama Alland, ia tidak ingin datang terlambat.

"Oh, aku sedikit berubah pikiran. Mungkin lain kali kita bisa melakukannya dan kau tidak boleh menolakku, Sir."

"Kita tidak akan melakukannya, never in a million years," tegas Alland.

"Whatever, now give me one kiss," ucap Camella.

Alland hanya diam dan menatap Camella. Melihat tidak ada respons dari Alland, Camella langsung menyambar bibir itu. Mengecup, mengisap, dan melumat bibir itu. Awalnya Alland tidak membalas ciuman tersebut, tetapi Camella tetap menciumnya dengan penuh nafsu. Hingga tanpa sadar Alland menikmati itu dan kini ciuman mereka menjadi sangat panas. Alland menekan tengkuk Camella untuk memperdalam ciuman mereka. Beberapa menit kemudian mereka melepaskan ciuman tersebut. Camella tampak terengah-engah, dengan dada yang naik turun, rambut sedikit berantakan, dan bibir yang sedikit membengkak. Ia menatap Alland penuh gairah. Entah mengapa milik Alland mengeras saat melihat Camella seperti itu.

"I have to go, good bye!" ucap Camella mengecup tulang pipi Alland.

Camella meninggalkan Alland yang masih berdiri memandangi punggung gadis itu. Ada rasa kecewa menghampiri Alland, entah mengapa ia ingin sesuatu yang lebih dari gadis itu. Tanpa sadar ia menginginkan untuk kembali bertemu dengan Camella. Ia menaiki mobil sport-nya dan melaju dengan kecepatan tinggi.

Camella berjalan gontai menghampiri mobilnya. Ada rasa senang ketika Alland membalas ciuman dan menatapnya dengan gairah. Namun, ia kecewa karena tidak bisa menghabiskan malam di ranjang bersama pria itu.

"Maybe next time," gumam Camella lalu menancap gasnya.

***