cover landing

Rangga Bukan Bujangan

By mare1204


Apa yang kamu lakukan setelah menikah?

Berbulan madu? Mengunggah foto bermesraan di sosial media? Menulis status kutipan romantis dengan tagar #happyoneweek atau #happyonemonth?

Namun Rangga punya gaya yang lebih nyentrik lagi. Kalau urusan pamer, dia jagoannya, alias nyebelin banget!

Rangga benar-benar mengingat perkataannya saat masih bujang dulu. "Lihat aja kalau gue nikah duluan. Gue bakal pamer kemesraan di depan elo-elo pada, wahai para jomlo ngenes!"

Ironisnya, omongan Rangga terkabulkan! Bahkan dari setelah akad nikah, dia sudah memamerkan kemesraan di depan Imin dan Nanda. Dimulai dengan Rangga menyuapi Seha di atas panggung saat resepsi. Bahkan ditambah adegan Rangga mengusap pipi Seha dengan dramatis.

"Asli, si kampret nyebelin banget!" Imin berdecak kesal sembari menyodorkan ponselnya kepada Nanda.

Nanda membaca pesan yang dikirim Rangga. "Min, ambilin es doger dong. Terus bawain ke atas panggung. Cinta gue haus nih." Tentu saja Nanda membacanya sambil memajukan bibirnya.

"Halu jadi Nicholas Saputra. Mau bikin AADC versi hijrah kali," hina Imin.

Aktivitas Rangga dalam rangka "pamer kemesraan" semakin hari, semakin intens dan menyebalkan!

Apalagi Rangga dan Seha tinggal di lantai empat Muezza Cafe. Setiap Rangga berjalan memasuki cafe, dia buru-buru menggandeng Seha dengan mesra.

Sekilas sih mereka tampak seperti pasangan yang ideal. Rangga yang makin memesona dengan wajahnya—yang menurutnya—mirip salah satu influencer Thailand. Namun dia memutuskan untuk menumbuhkan jenggot dan berniat menumbuhkan cambang, makanya dia mengklaim dirinya sebagai potret influencer Thailand versi hijrah. Lalu Seha yang kata orang-orang ademnya mirip Dhini Aminarti.

Eh, gue mirip Dimas Seto dong harusnya! protes Rangga.

Namun raut wajah Seha yang kesal tidak mendukung image pasangan ideal. "Ih, apaan sih, Ga! Belanjaan aku sampe jatuh nih!" gerutu Seha.

"Biar Abang Rangga yang bawain barangnya, Permaisuriku." Rangga meraih kantong belanja milik Seha dengan gaya hormat ala pangeran.

"Ga, jadi suami yang normal aja napa? Bukannya romantis, tapi kamu malah kayak orang yang kehabisan obat."

Namun Seha gagal menarik lengannya sehingga dia turut menahan malu. Pasalnya, bukan hanya Imin dan Nanda yang menoleh, tetapi seluruh pengunjung cafe!

Sampai-sampai Nanda memasang pengumuman di depan cafe, Muezza Cafe tidak memfasilitasi tempat untuk pacaran. Bagi yang sudah menikah, mohon untuk tidak mengumbar kemesraan berlebihan.

"Apa-apaan peraturan kayak gini?" protes Rangga sambil menunjuk tulisan yang terpampang di depan pintu kaca.

"Wajar dong. Cafe ini kan sering dipake buat kajian juga. Enggak etis lah. Sering ada kajian yang ngebahas soal aturan Islam dengan lawan jenis, eh di sini malah banyak yang pacaran," terang Nanda.

"Tapi gue udah nikah. Bebas dong!" balas Rangga.

Imin sendiri sudah malas menanggapi Rangga. Dia hanya melirik sebal ke arah Rangga sembari melayani pelanggan yang bertransaksi. Lagi pula pengumuman itu sebagian besar adalah idenya Imin.

Namun Rangga malah mengubah aksinya dengan versi lain. Lebih islami, katanya. Dia sering muncul dengan spontan. Sudah seperti hantu. Secara tiba-tiba, dia sering mengeluarkan dalil betapa pentingnya menikah sambil membisikkannya di telinga temannya.

"Ya ma'syara syabab. Manistatho'a minkumul ba'ah, fal yatazawaj." Rangga terus mendengungkannya di telinga Nanda.

"Eh, buset! Ngapain sih lo?!" bentak Nanda. Dia menjadi tidak fokus saat mengerjakan rekapan keuangan cafe.

"Gue cuma ngingetin lo. Di hadis itu kan bilang, 'wahai para pemuda, barang siapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah.'"

"Terus?! Emang lo pikir gue enggak tahu maksud hadis itu?!"

"Jangan emosi, Anak Muda. Gue lagi ngebuka pikiran lo. Mapan? Iya. Mampu kawin? Mampu banget. Tampang? Masih cakepan gue, tapi lo oke kok. Berarti lo termasuk orang yang dipanggil sama hadis itu. Buruan nikah makanya."

"Emang lo kira nikah segampang itu? Calon aja belom ada."

"Makanya lo jangan jadi pemilih. Segeralah menikah. Jangan menunda kebaikan, anak muda." Rangga manggut-manggut sok bijak. "Masa lo kalah sama gue?"

"Siapa yang pemilih?! Jangkrik!" Nanda mengangkat kursi kayu yang didudukinya. Imin segera menahan Nanda. Sementara Rangga lari terbirit-birit menuju tangga.

Keesokan harinya, tertulis pengumuman di depan pintu kaca cafe. Orang ini dilarang memasuki cafe. Terdapat panah mengarah ke bawah, menuju foto selfie Rangga saat dulu masih alay.

"Woy! Gue kan tinggal di sini! Masa gue enggak boleh masuk! Balikin saham gue di cafe ini!" teriak Rangga.

***

"Lagian sih kamu jail banget sama mereka," tegur Seha saat Rangga menceritakan hal tersebut.

Namun Rangga tetaplah Rangga. Dia memang terlahir sebagai manusia menyebalkan. Dia bukan hanya membuat Nanda dan Imin sebal. Seha juga berkali-kali dibuat pusing dengan kelakuan suaminya.

"Aneyong haseyo, ommoni. Ane lagi hoyong kleponi." Rangga terkikik usai mengucapkannya. Lalu dia segera menutup wajahnya dengan ponselnya.

"Jiaahh! Si Imin nih. Malah AFK! Lagian boker sambil main game." Rangga melirik Seha yang ternyata sudah memelototinya.

"Apa sih, Sayang. Lagi seru main game nih," balas Rangga.

Tanpa sepatah kata yang keluar dari mulut Seha, dia menutup laptopnya. Kemudian dia menutup wajahnya dengan bantal.

"Lho kok, nontonnya udahan? Udah habis emangnya?" Rangga mengelus kepala Seha.

"Gimana aku bisa konsen nonton? Kamu setiap aktor atau aktrisnya ngomong, diikutin. Nyebelin tahu dengernya!" Seha berdecak.

"Lah, aku kan ngikutin karena kepingin belajar bahasa Korea, Sayang," kilah Rangga.

"Belajar apanya?! Ngomongnya belepotan gitu. Setiap aku nonton Korea, kamu selalu ngikutin ngomong Korea." Seha berdecih.

Rangga tergelak. Lalu dia memegang tangan Seha. Sebenarnya dia selalu mengganggu Seha tepat ketika adegan berciuman berseliweran. Ini akibat Embun yang selalu meracuni istrinya untuk menonton Korea.

"Lagian, kamu nonton Korea banyak adegan ciumannya. Tumbenan banget kamu akhir-akhir ini nonton Korea. Pasti gara-gara Embun yang terus ngomporin kamu ya?" tebak Rangga.

"Enggak banyak, Ga. Drama Korea ya jarang yang enggak ada ciumannya. Ya, emang karena dia sih. Soalnya pas aku nanya, apa ya buat hiburan di tengah ngegarap tesis? Si Embun berkali-kali nyaranin aku nonton Korea. Ya, aku butuh hiburan, Ga. Daripada ngegosip sama emak-emak di gang sana."

"Iya, sih. Tapi kan biasanya kamu baca novel. Ya udah, boleh, tapi pas adegan ciuman matanya ditutup ya."

"Iya, iya. Apa aku nonton yang genre misteri thriller ya? Biasanya enggak ada ciumannya. Enggak kayak romance."

"Nanti kamu jadi sikopet," dengkus Rangga.

"Ya, ceritanya enggak mesti tentang psikopat kali." Seha mencubit lengan Rangga.

Di saat Rangga melihat Seha mencari rekomendasi drama Korea bergenre thriller, kedua mata istrinya berbinar. Jangan sampe istri gue terinspirasi dari film thriller buat ngebunuh suaminya, ya Allah!

Namun di balik itu, ternyata Seha bersyukur. Meskipun Rangga menyebalkan, dia mampu mengingatkan Seha. Seperti menutup mata Seha ketika ada adegan yang tidak baik di film.

Tentu saja Rangga tidak hanya menutup mata Seha dan dia bebas melihat adegan tersebut. Tanpa Seha sadari, Rangga hampir tidak pernah menonton film yang berisi adegan terlarang untuk dilihat. Paling-paling Rangga hanya melihat komedi Komeng dan Adul di YouTube.

Selain itu Seha bersyukur, karena Rangga suami yang bertanggung jawab. Setelah mereka menikah usai Rangga merampungkan kuliahnya, dia melamar kerja di salah satu sekolah swasta. Seha sendiri hanya mengajar di salah satu kursus Al-Quran dan Bahasa Arab, karena dia mencari pekerjaan yang bisa menyesuaikan dengan jadwal studi magisternya.

Soalnya Rangga sadar bahwa dia tidak bisa mengandalkan pemasukan dari cafe. Meskipun dia menanam modal di cafe, tapi bisnis cafe terkadang pasang surut. Dia dan teman-temannya butuh meningkatkan kualitas cafe. Tentu saja mereka membutuhkan uang yang banyak. Makanya Rangga butuh pemasukan yang lebih stabil.

Seha juga melihat perubahan besar pada Rangga. Terutama dalam segi ibadah. Rangga benar-benar memahami agamanya dengan baik, dan terlihat dari bagaimana dia memperlakukan Seha. Rangga sering membantu Seha dalam pekerjaan rumah dan tidak membebankan semuanya kepada Seha.

Lamunan Seha buyar ketika Rangga menyodorkan ponsel ke telinganya saat memenangkan pertandingan mobile legends. Sehingga terdengar suara, "victory!" Seha murka dan melemparkan bantal kepadanya.

Ternyata, pernikahan tidak se-uwu drama Korea. Apalagi kalau pasangannya seperti Rangga.