cover landing

Precious Wedding

By Elya Ra Fanani


Gaun merah gemerlapan memperlihatkan lekuk tubuh ideal Selina. Bahu lebarnya terekspos indah dengan balutan glitter di permukaan kulit. Kaki jenjang Selina yang mengenakan high heels warna perak setinggi sepuluh sentimeter kian membuat tinggi tubuhnya mencapai seratus tujuh puluh senti. Cewek cantik berlekuk tubuh indah itu berjalan elegan menggandeng lengan cowok ganteng dengan senyum genit dan nakal.

Senyum palsu pun bermekaran. Tatapan nakal cowok ganjen itu kian terpancar karena hari ini ia merasa jadi pangeran sejagad. Ditambah dengan kemesraan yang dibuat-buat oleh sepasang manusia yang entah saling mencintai ataukah sandiwara saja. Mereka berdua berjalan di karpet merah yang digelar di atas rerumputan taman tempat diselenggarakannya pesta meriah di resort milik Anthoro Grup. Ini merupakan pesta ulang tahun ke tujuh puluh lima, seorang kakek yang merupakan pemimpin sekaligus pemilik dari Anthoro Grup.

Sambil berjalan menuju kursi utama keluarga besar pemilik Anthoro Grup, Selina menyikut perut Ryan yang menempelinya seperti lem. Sungguh, wanita itu benar-benar risi merasakan tangan Ryan yang menyentuh pinggang dan tubuhnya seenaknya saja. Haruskah Selina mematahkan lengan cowok itu biar dia berhenti meraba-raba tubuhnya seperti ini?

“Singkirin tanganmu! Aku injak kakimu kalo macem-macem!” ancam Selina.

Ryan justru tertawa cekikikan. Ia menarik pinggang Selina untuk semakin menempelinya.

“Kamu itu pacarku hari ini. Mestinya sepasang kekasih itu bersentuhan dong! Jangan lupa, kita harus kelihatan mesra di depan kakekku.” Ryan mencoba ngeles, padahal ia cuman pengen deket-deket terus sama Selina.

“Buat hari ini aja kita pacaran. Habis itu jangan libatin aku lagi, oke!” Selina yang tak punya pilihan lain, akhirnya pasrah.

“Iya-iya, khawatir banget sih.”

Selina hanya dapat menghela napas dalam-dalam di tengah senyum palsu yang terpapar di wajah cantiknya. Kedua manusia itu berjalan di belakang Alvian yang merupakan pemimpin utama Rumah Sakit Anthoro. Rumah sakit swasta yang dibangun oleh Anthoro Grup itu  memiliki cabang hampir di setiap kota besar di seluruh negeri. Kakak laki-laki Ryan yang bernama Alvian Agustino itu merupakan cucu pertama Sam Agustino—pendiri Anthoro Grub yang sedang merayakan ulang tahun ke tujuh puluh lima hari ini—sekaligus pewaris Anthoro Grup. Alvian merupakan cucu yang dapat diandalkan oleh sang kakek sedangkan Ryan merupakan cucu kedua yang suka memberontak dan sama sekali tidak berniat mengurusi bisnis keluarga yang menyebalkan itu.

Divia Laura Agustina, istri Alvian yang merupakan seorang wanita berparas cantik mungil seperti bidadari itu sesekali menoleh ke belakang dengan tatapan tak sukanya. Ia melihat adik iparnya yang tampan bergandengan dengan seorang wanita yang memiliki proporsi tubuh tinggi cantik. Mereka berdua bahkan menempel seperti lem kayu yang tidak bisa dilepas. Kemudian wanita yang merupakan nyonya pewaris itu melengoskan kepala. Raut wajahnya seketika itu berubah tajam. Seolah-olah dunianya yang mulus seperti kulit bayi itu sudah berakhir dengan melihat adik ipar yang dicintainya bersama wanita lain yang selama ini menjadi saingannya.

Setibanya di tempat duduk utama yang disediakan, keempat manusia dengan pasangan masing-masing itu mengambil duduk. Alvian yang saat ini menempati posisi direktur utama Rumah Sakit Anthoro duduk tepat di sebelah kanan kakeknya—sang pemilik acara. Sedangkan Lamira yang merupakan ibu dari Alvian dan Ryan sekaligus putri tunggal dari Kakek Sam, duduk di sebelah kiri kakek bersama suaminya. Ryan, si cucu nomor dua sekaligus cucu terakhir itu duduk di sebelah istri kakaknya bersama Selina—yang dibawanya sebagai kekasih.

“Baiklah. Karena semua keluarga inti sudah hadir, acara pesta ulang tahun Presdir yang ke tujuh puluh lima akan segera dimulai.”

Seorang sekretaris yang ditunjuk sebagai MC pada acara ini mulai membuka acara ulang tahun Kakek Sam yang dihadiri oleh ratusan konglomerat yang merupakan rekan bisnis Anthoro Grup dan juga semua keluarga besar sang kakek. Kue tart berbentuk bundar yang tersusun lima tingkat dengan ukuran sepuluh kali lipat lebih besar dari kue biasa itu pun dibawa masuk oleh tiga orang pelayan pesta. Mereka hendak menyalakan lilin berangka 75 itu sebelum Kakek Sam angkat suara dari tempat duduknya.

“Tunggu dulu! Ada yang harus saya sampaikan kepada semua tamu undangan.”

Suara berat dari sang kakek yang berpakaian rapi itu memusatkan perhatian para tamu undangan kepadanya. Tak terkecuali Alvian yang mengernyitkan alis. Merasa penasaran apa yang hendak kakeknya itu katakan. Sekadar memberitahu saja, Kakek Sam yang menjadi penguasa rumah dan pengendali keluarga itu memiliki pengaruh semacam bom yang sering membuat anggota keluarganya seakan-akan jantungan. Kakek yang usianya mencapai tiga per empat abad itu sering mengambil keputusan sepihak dan membuat semua orang syok.

Tidak menunggu lama pembawa acara laki-laki yang terlihat masih muda itu membawakan microphone untuk diberikannya kepada kakek. Kakek tua yang rambutnya sudah putih semua itu pun berdiri di tempatnya. Memegangi microphone sambil menatap semua tamu undangan dengan penuh wibawa.

“Sebelumnya, saya berterima kasih pada semua tamu yang bersedia menghadiri pesta kecil-kecilan ini.” Kakek Sam mulai berbicara dengan suara rendahnya yang membuat semua perhatian terpusat kepadanya.

Selina yang mendengar Kakek Sam mengucapkan kata ‘pesta kecil-kecilan’ itu langsung mengernyitkan alis sambil menarik napas pendek. Wah, pintar sekali kakek itu merendah untuk meroket, batin Selina. Ia merasa ini bukanlah pesta ulang tahun, tetapi lebih mirip seperti resepsi pernikahan. Bisa dikatakan... terlalu berlebihan pesta sebesar ini untuk acara ulang tahun.

Saat Selina sibuk merutuk di dalam hati, Kakek Sam melanjutkan ucapannya.

“Saya aku ingin menyampaikan satu pengumuman penting di hari yang membahagiakan ini.” Suara berat Kakek Sam menjadi pusat perhatian di tengah pesta. Terlihat para tamu  yang terdiam mendengarkan lantunan sang kakek konglomerat. “Pada pesta ulang tahun saya hari ini, saya ingin menyampaikan bahwa cucu kedua saya, Ryan Agustino ....”

Bola mata Ryan terbelalak mendengar kakek menyinggung namanya. Perasaannya mulai waswas dan tubuhnya mulai bereaksi berlebih. Detak jantungmya yang berpacu dengan cepat sekan berlomba dengan keringat dingin perlahan-lahan membasahi dahi mulus lelaki itu.

Mungkinkah ...?

Di sela perasaan waswas Ryan membatin. Ia menatap kakeknya yang memberikan perhatian penuh pada semua tamu undangan.

Hey, nggak mungkin, kan? Kakek nggak bakal ...

“Saya ingin mengumumkan pernikahan cucu kedua Anthoro Grup, Ryan Agustino, yang akan dilaksanakan tanggal dua puluh lima Juli, bulan depan,” lanjut Kakek Sam menyampaikan pengumumumannya.

Tubuh Ryan seketika itu lemas. Ia menatap kakeknya tak percaya sementara Selina di sebelahnya membelalakkan mata lebar-lebar.

“Me ... menikah?”

Bibir Selina yang seketika kering pun mendesis pelan. Tidak. Sepertinya ia salah dengar. Ia bahkan baru satu kali bertemu Kakek Sam tepat sebelum pesta ini dimulai. Bagaimana kakek tua itu sudah mengumumkan pernikahan? Tidak masuk akal. Selina yang merasa tidak percaya hanya dapat menyalahkan pendengarannya. Ia pasti salah dengar. Mungkin yang dimaksud akan menikah itu bukan Ryan, melainkan cucunya yang lain. Tapi, kakek itu hanya memiliki dua cucu. Berarti, itu benar Ryan yang akan menikah. Dengan wanita yang dibawanya berarti... Selina.

Selina langsung melengoskan kepala. Menatap tajam Ryan yang duduk di sebelahnya. Ekspresinya tenang, seperti sudah memprediksi.

“Kok jadi gini? Perjanjiannya kan nggak gitu?” protes Selina.

Ryan yang tak tahu harus menjawab apa, bergeming. Ia hanya menebarkan pandangan ke sekeliling. Menatapi para tamu undangan yang menganggukkan kepala mengiyakan ucapan kakeknya.

“Hei... bilang sesuatu dong!” pekik Selina sambil menyenggol siku Ryan untuk mengalihkan fokusnya.

“Ehm.”

Awalnya Ryan hanya berdeham ringan. Lalu ia memutar tubuhnya, menyerong menghadap Selina yang tampak panik mendengar pengumuman  Kakek Sam.

Ryan mengenggenggam tangan Selina, tiba-tiba. Menatap wanita itu dengan seksama, lalu berucap, “Sel, kali ini percaya sama aku. Please, sekali ini aja.”

“Maksudnya?” sahut Selina yang semakin bingung dengan perilaku Ryan yang mendadak manis begini. Ini semua sudah di luar kesepakatan mereka, bukan?

“Ya... intinya, kamu percayain semua aja ke aku.” Ryan kembali berucap. Sayangnya, Selina tetap tidak mengerti apa yang dimaksud lelaki itu.

“Kamu ngomong apa sih? Aku nggak ngerti deh,” celetuk Selina. “Pokoknya kamu hentiin kakekmu sekarang juga. Sekarang!”

Tanpa diduga suara Selina meninggi. Itu menyebabkan teriakannya terdengar oleh keluarga besar Kakek Sam. Seketika itu membuat sang kakek menoleh, diikuti semua tamu undangan yang menujukan tatapan curiga pada Selina dan Ryan.

“Calon menantu, ada yang ingin kamu sampaikan?” sahut Kakek Sam.

Selina tambah gugup akibat pertanyaan Kakek Sam. Punggungnya seketika mengeluarkan keringat dingin. Ia mendapati tatapan sinis dari Divia dan beberapa tamu undangan yang menatapnya curiga.

Melihat Selina yang langsung tergugup itu, Ryan menggali inisiatif. Ia tidak ingin menanggung konsekuensi jika sampai ketahuan berbohong kepada kakek. Selain itu ia juga tak mau Selina dimusuhi semua keluarganya termasuk para konglomerat yang hadir di pesta ini.

Tangan Ryan menarik punggung Selina. Lelaki itu membisik pelan, “Udah aku bilang, percaya sama aku. Kalo banyak yang curiga kan jadi repot.” Dan tanpa basa-basi lagi, Ryan mencium bibir Selina di hadapan semua keluarga besarnya dan para tamu kehormatan Anthoro Grup.

Di depan kakeknya, di depan keluarga besarnya, di depan mantan kekasihnya ... Ryan mencium bibir Selina. Bodohnya, ciuman itu sangat manis. Tak mungkin Selina dapat menghindar.