cover landing

Menikahi Paman Calon Suamiku

By Valen Ash


Perhiasan telah siap, gaun pengantin yang begitu indah juga telah digantung di kamar Danila. Gedung pernikahan telah dipesan, bahkan tanggal pernikahan pun sudah ditetapkan. Danila bernapas lega karena semuanya sudah sesuai dengan rencananya. Tinggal satu hal yang harus dilakukan hari ini, yaitu pergi ke salon untuk memanjakan tubuhnya dengan perawatan sebelum hari pernikahannya.

Danila baru saja keluar dari kantor di mana dia bekerja sebagai agen pemasaran perhiasan terbesar di Asia. Langkah kakinya terburu-buru menuju parkiran agar bisa segera mengemudikan mobilnya ke salon yang telah dipesannya jauh-jauh hari.

"Sepertinya masih ada waktu setengah jam untuk perjalanan ke salon," ucap wanita berambut cokelat ini sambil masuk ke dalam mobil setelah melihat arloji di tangannya.

Mobil sport berwarna biru akhirnya melaju cepat keluar dari parkiran menuju jalanan yang berada di pusat kota. Danila menghidupkan musik untuk menemani perjalanan singkatnya menuju ke salon. Namun, tiba-tiba suara notifikasi handphone masuk, membuatnya harus memarkirkan mobil sembarangan di pinggir jalan untuk melihat pesan penting yang membuatnya penasaran.

"Nadia mengirim foto, tumben?" Wanita itu menyandarkan tubuhnya di kursi mobil. Kemudian, jarinya mulai membuka pesan dari sahabatnya.

Tiba-tiba Matanya membulat sempurna, mulutnya menganga, dan wajahnya merah padam melihat foto yang dikirim langsung oleh sahabatnya. Wanita itu langsung mengetik pesan untuk memastikan bahwa ini bukan rekayasa.

Danila : Jangan bercanda!

Nadia : Jika kamu tidak percaya datanglah ke apartemennya sekarang!

Danila tak menjawab pesan selanjutnya, amarahnya sudah membuncah di ubun-ubun. Dia pun terpaksa mengubah rencananya untuk pergi ke apartemen yang dimaksud oleh Nadia.

Beberapa menit kemudian Danila sampai di depan gedung apartemen. Dia telah memarkirkan mobilnya di tempat biasa. Langkah kakinya begitu tegas dan tatapan matanya tajam mengarah ke depan. Wanita berambut ikal ini biasanya selalu ramah kepada semua orang yang dilewatinya, tapi kali ini berbeda. Dia bahkan tak menjawab salam sapa dari satpam yang sudah biasa menyambut kedatangannya di sana.

Danila menambah kecepatan langkah kakinya menuju lift yang tidak jauh dari pintu masuk. Dia terlihat tergesa dan ingin segera sampai di tempat tujuan.

Lantai 15 adalah lantai yang menjadi tujuan Danila. Dia berjalan ke koridor sebelah kiri kemudian menuju kamar 2001. 

"Jika benar kamu mengkhianatiku, aku benar-benar akan membuat perhitungan denganmu," ucap wanita itu dengan kesal di dalam hati.

Jemarinya telah menekan sandi. Sambil menutup matanya rapat-rapat, dia membuka pintu. Dia mencoba menyiapkan hati yang mungkin bisa saja hancur dan teriris.

Benar saja, setelah pintu terbuka, Danila melihat sepatu wanita. Samar dia mendengar desahan dari dalam kamar, membuatnya sejenak menghela nafas panjang. Air matanya sudah hampir keluar, tapi dia mencoba untuk menahannya.

Setelah mencoba menenangkan pikirannya sendiri, Danila memberanikan diri untuk membuka pintu kamar calon suaminya. Derit pintu menghentikan aktivitas di dalam kamar. Dua sejoli yang berselingkuh tanpa busana itu langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Keduanya kompak menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang datang.

Sudah pasti ekspresi tertegun, marah, cemburu, kecewa menghiasi wajah cantik Danila saat ini.

"Danila!" ucap Anggara terkejut begitu melihat calon istrinya datang di saat dirinya sedang memadu kasih dengan wanita lain seperti ini.

"Bagus, sudah berapa lama kamu berselingkuh di belakangku?" Danila menatap manik mata Anggara dengan tegas, membuat sang empunya sedikit ketakutan. Dia pun segera memakai pakaiannya lalu berjalan mendekati Danila.

"Sayang—"

"Jangan panggil aku sayang!" Danila sedikit membentak.

Anggara memotong jarak di antara mereka, tapi Danila mendorongnya untuk menjauh.

"Sayang, aku bisa menjelaskannya padamu!" 

"Semua sudah jelas, apa yang harus dijelaskan lagi?"

"Jangan membatalkan pernikahan kita. Aku janji aku tidak akan mengulanginya. Aku mohon!" Wajah pria itu benar-benar ketakutan sekarang.

Danila menarik bibirnya, dia tersenyum sinis mendengar ucapan Anggara. Sekarang, dia mulai paham dengan tujuan Anggara menjadi kekasihnya dan mau menikah dengannya. 

Dalam sekejap tebersit di kepala Danila sebuah ide untuk memberinya pelajaran.

"Baiklah, aku akan kabulkan permintaanmu. Aku tidak akan membatalkan pernikahan ini. Lanjutkan aktivitasmu dan sampai bertemu besok di hari pernikahan!" Danila langsung keluar membanting pintu dan pergi dari apartemen Anggara.

Melihat Danila pergi membuat Anggara hanya bisa mematung di tempat. Dia merasa ada yang aneh dengan calon istrinya.

"Jangan lupa dengan rencana kita!" ucap Janis sembari memakai pakaiannya.

"Aku tidak akan lupa, aku akan tetap melakukannya!" jawab Anggara dengan perasaan ragu yang sekarang menyelimuti hatinya.