cover landing

My Perfect Doctor

By indrianisonaris


“Sah!”

Kata itu terus terngiang di telinga Raisha. Kini, dia sudah resmi menjadi seorang istri dari pria yang begitu dia cintai, Revan Aditya Kusuma. Seorang pria baik hati yang bekerja sebagai seorang dokter spesialis bedah toraks dan kardiovaskular.

“Apa yang membuatmu tersenyum begitu lebar, Sayang?” tanya Revan saat memasuki kamar dengan nampan berisi segelas susu.

Raisha kembali tersenyum semakin lebar menatap ke arah suaminya yang tadi siang telah dengan lantang mengucapkan ijab kabul. Memperistrinya dan mengucap janji pernikahan di hadapan Allah.

“Menurutmu apa?” tanya Raisha.

Revan menyimpan nampan di nakas dan ikut duduk di sisi ranjang.

“Kamu begitu bahagia menikah denganku?” tanya Revan.

“Sudah jelas, kenapa harus di tanyakan lagi?” Raisha tersipu malu. “Aku masih tidak menyangka sekarang menyandang status sebagai istri dari dokter tampan yang begitu digilai.” Raisha tersenyum.

“Ck, sejak dua tahun lalu Dokter Revan telah terpikat dan terjerat oleh dokter spesialis anak yang begitu cantik, Dokter Raisha.” Revan tersenyum penuh kehangatan seraya merapikan rambut Raisha yang masih tersanggul indah.

“Aku mencintaimu, Suamiku.”

“Aku lebih darimu, dan hanya Allah yang tau seberapa besar cintaku padamu,” ucap Revan, pria itu lalu mengecup kening wanita yang kini telah halal baginya tersebut.

“Ayo, aku bantu kamu melepaskan hiasan rambutmu!” ajak Revan yang diangguki Raisha.

“Baiklah,” balas Raisha.

Revan mulai membantu melepaskan satu per satu hiasan rambut di kepala Raisha. Dengan keisengannya dia menyentuh dan menelusuri tulang leher belakang dari sang istri hingga membuat tubuh Raisha bergetar dan memejamkan mata. Menikmati sentuhan lembut untuk pertama kalinya dari sang suami.

Revan juga mencuri-curi menciumi leher Raisha.

“Aww!” Raisha menjerit kecil saat Revan dengan jahilnya menggigit leher wanita itu.

Revan hanya terkekeh melihat kekesalan sang istri.

“Ck, dasar jahil!” gerutu Raisha sambil mengusap lehernya.

“Habisnya kamu begitu menggiurkan sekarang ini, Sayang. Rasanya aku ingin melahap habis kamu,” pancing Revan.

“Ck, memangnya aku ini makanan apa?!”

Keduanya terdiam canggung. Raisha melirik sesekali ke arah Revan yang masih menatapnya.

“Emm, a... apa kamu ingin mengambil hakmu malam ini?” tanya Raisha dengan wajah yang bersemu merah karena malu. Tak lama, wanita itu pun menunduk.

Revan tersenyum maklum. Sejujurnya, dia pun grogi dan sangat gugup. Ini adalah pengalaman pertama bagi mereka.

“Tidak, Sayang. Aku tidak ingin memetik bunga indah secara langsung,” cetus Revan.

“Maksudmu?” tanya Raisha tak paham.

“Aku akan mencium dulu harum bunganya, menyentuhnya dan mencicipi manisnya bunga sebelum aku petik bunga itu. Lagi pula, masih banyak waktu. Sekarang kita nikmati perlahan-lahan ‘pacaran’ halal kita. Curi-curi, sedikit demi sedikit,” ujar Revan seraya mengecup bibir Raisha membuatnya terkaget.

“I-ini?” Raisha menyentuh bibirnya.

First kiss?” tanya Revan yang diangguki Raisha dengan wajahnya yang semakin memerah seperti kepiting rebus.

“Manis sekali rasanya. Boleh memintanya lagi?” tanya Revan yang diangguki Raisha dengan malu-malu.

Revan menyentuh kedua pipi Raisha dengan tatapan yang terfokus pada bibir merah merona bak buah ceri yang begitu manis dan menggiurkan. Dengan gerakan perlahan, Revan menempelkan bibirnya di bibir Raisha.

Raisha memejamkan mata saat bibir mereka menempel dan jempol sang suami membelai lembut pipinya. Perlahan tapi pasti, Revan menggerakan bibirnya mengecupi setiap bagian bibir Raisha yang tertutup rapat. Setelah puas, dia mulai melumatnya dan meminta Raisha membuka bibir. Wanita itu dengan pasrah menurut. Revan melumat habis bibir sang istri seakan tak ingin ada yang terlewatkan sedikit pun. Lidahnya mulai menerobos masuk ke sela bibir Raisha. Menyapa deretan gigi sang istri juga menggoda lidahnya untuk membalas.

Raisha menerima perlakuan dari suaminya itu dengan pasrah dan mengikuti apa yang diarahkan. Tanpa sadar dia mencengkeram kuat kemeja putih di bagian pundak suaminya dan mengeluarkan desahan kecil. Saat dirasa cukup, Revan melepaskan ciuman tetapi masih menempelkan kening mereka. Perlahan kelopak mata sang istri terbuka hingga tatapan mereka beradu dan terkunci satu sama lainnya.

Revan tersenyum manis membuat Raisha mau tak mau ikut tersenyum. “Kamu menyukainya?” tanya Revan.

“Emm i… iya,” jawabnya dengan nada pelan, membuat Revan tersenyum puas penuh kebanggaan.

Pria itu baru saja mencicipi sesuatu yang sangat indah yang telah lama dia jaga.

“Untuk malam ini sampai di sini saja. Sekarang berganti pakaianlah dan istirahat. Aku tau kamu pasti sangat kelelahan.” Revan menjauhkan wajah dari Raisha sebelum membelai pipinya.

***

Hari ini Revan dan Raisha meninggalkan Indonesia menuju Kepulauan Maldives. Tempat yang sangat indah dan mempesona, dan selalu diimpikan oleh Raisha untuk berkunjung ke tempat indah itu. Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, bahkan sempat melakukan transit, akhirnya mereka berdua sampai di Bandar Udara Internasional Ibrahim Nasir. Revan tampak begitu tampan dengan celana pendek selutut berwarna salem dan kemeja lengan pendek berwarna putih. Raisha juga terlihat cantik dengan dress berwarna moka yang begitu kontras dengan kulitnya yang putih bersih.

Seorang pemandu wisata menyambut mereka berdua dan mengarahkan mereka menuju kapal speedboat. Raisha dan Revan memang memutuskan untuk berkunjung dan menginap di resor dan pantai yang dekat dengan Bandar Udara untuk menghemat waktu, yaitu Kodhipparu yang ada di pulau North Male Atoll. Andalan di sana pun hampir sama dengan tempat lain yakni pantai biru, laguna dan pemandangan yang indah. Hanya saja bedanya tempat ini lebih strategis. Biasanya, di tempat lain pengunjung harus kembali naik pesawat untuk menuju pulau. Di Kodhipparu hanya perlu menggunakan speedboat dan memakan waktu 20 menit untuk sampai ke tempat tujuan.

Revan membantu Raisha menaiki speedboat. Pemandu tadi berinisiatif berjalan masuk mengikuti sopir yang akan mengendarai speedboat itu untuk meninggalkan sejoli itu.

Angin berembus kencang saat kapal mulai bergerak maju. Mereka berdua berdiri di bagian belakang dengan berpegangan pada besi pembatas. Air biru yang jernih nan indah menjadi pesona yang sangat memukau untuk keduanya. Revan memeluk Raisha dari belakang dan menyandarkan dagunya di bahu istrinya itu. Rambut Raisha terurai angin dan melambai-lambai indah.

“Kamu senang?” tanya Revan.

“Sangat, aku berasa bermimpi dapat kemari,” kekeh Raisha lalu memegang tangan suaminya yang melingkar di perut ratanya. “Terima kasih kejutannya, Sayang.”

“Kalau begitu satu ciuman untukku,” pinta Revan.

“Di pipi?” tanya Raisha.

“Di bibir dong, Sayang!” seru Revan.

“Malu Van, di belakang kita ada orang. “Raisha merasa gugup. Wajahnya kembali memerah, membuat Revan begitu gemas.

“Tidak masalah, Sayang. Mereka sibuk menatap ke depan bukan kepada kita. Lagi pula kita pasangan suami istri, tidak masalah. Ayo cepat beri aku satu ciuman mesra sebagai tanda terima kasih!” perintah Revan.

“Ck, dasar curang. Kamu sengaja menjebakku,” keluh Raisha.

“Menjebak apa?” Revan menatap wajah Raisha yang semakin memerah.

“Satu kali yah?” tanya Raisha.

“Iya,” jawab Revan.

Perlahan-lahan Raisha menolehkan kepalanya ke arah Revan dan mengecup bibir Revan dengan singkat. Namun, Revan yang sudah tahu apa yang akan dilakukan Raisha, dengan sengaja menekan tengkuk sang istri hingga ciuman mereka tidak terlepas. Dengan cepat Revan melumat bibir manis istrinya itu.

Raisha melotot sempurna dan hendak mendorong Revan, tetapi sang suami malah menarik tubuh Raisha hingga menghadap ke arahnya dan menekan pinggang wanita itu hingga kini tubuh mereka menempel sempurna. Jika sudah begini, Raisha tak mampu berbuat apa pun lagi selain pasrah dan menikmati apa yang dilakukan sang suami.

Revan tersenyum dalam ciumannya saat menyadari istrinya yang kini memilih pasrah dalam kungkungannya. Mereka menikmati ciuman indah di outdoor dengan view lautan biru yang memesona

***