cover landing

Marriage Express

By Chi_hyo_ki95


Suara langkah kaki terdengar di ruangan yang lembap dan berbau amis. Seorang pria berkemeja biru langit dengan dua kancing teratas terbuka dan bagian lengan tergulung sampai siku, mengenakan celana bahan berwarna navy, berjalan dengan santainya. Dia melewati sebuah ruangan berkaca di mana di dalamnya terdapat tiga ekor piton kesayangan. Dia berdiri di depan kaca itu seraya tersenyum.

"Besok kita jalan-jalan, hum," ujar pria itu seraya mengetuk kacanya. Ketiga ular itu hanya bergerak di dahan kayu kering yang ada di dalamnya.

"Jangan bertengkar kalian bertiga," ucapnya lagi seperti menasihati anak sendiri.

Dia kembali melangkahkan kakinya ke arah ruangan lain. Pria itu membuka pintu ruangan, rasa segar min menguar dari ruangan itu, membuatnya menutup mata dan menghirup aroma min yang dia suka. Namun, penciumannya sedikit terganggu karena dia mencium bau lain. Dia tersenyum miring sebelum membuka mata. Ruangan bernuasa gelap dengan lampu yang tidak begitu terang terjamah matanya. Dia membuka salah satu lemari kaca yang dia lewati dan mengambil sebua tongkat cambuk berwarna hitam.

Dia kembali melanjutkan berjalan seraya melepaskan kemeja. Melemparkan pakaiannya ke lantai dan tubuh berotot itu pun terlihat indah untuk disentuh. Dia kini sudah sampai di ruangan luas bernuasa gelap dan pencahayaan lebih terang dari lorong yang tadi dia lewati. Seorang wanita sedang bersimpuh dengan kedua tangan berada di atas kedua paha dan kepala tertunduk.

Lingerie berwarna hitam membalut tubuhnya yang berkulit kuning langsat. Linggerie yang hanya menutupi bagian dada dan bagian bawahnya. Pria itu kembali tersenyum penuh arti. Tangannya yang memegang tongkat cambuk itu mengarahkan tongkatnya ke dagu si wanita, supaya wanita itu mengangkat wajahnya.

"Kenapa kau menangis? Apa kakimu keram?" tanyanya seraya tersenyum jahat.

Wanita itu menggeleng "Tidak, Tuan," jawabnya.

"Lantas?" tanya pria itu seraya mengangkat satu alis sebelah kanan.

"Apa kontrak tidak bisa diperpanjang, Tuan?"

"Apa yang membuatmu beranggapan aku akan memperpanjang kontrak?" tanya pria itu seraya tersenyum manis yang penuh arti. Namun, hal itu membuat wanita yang berada di depannya sudah merinding ketakutan. Senyuman yang ditampilkan pria di hadapannya bukanlah senyuman yang berefek baik walau para wanita akan luluh melihat senyuman pria ini.

Namun, bagi mereka yang pernah berurusan dengan pria ini, mereka akan paham senyuman itu bukanlah senyuman baik. "Ma—maaf tuan," ucapnya tergagap.

Pria itu berjongkok kemudian mengeluarkan sebuah pisau yang dia letakkan di kaki kanannya. Ujung pisau yang tajam itu kini menyentuh bagian ujung dagu si wanita. "Sepertinya pisau ini bisa lebih mempercantik bibirmu," ucapnya seraya tersenyum menyeringai.

"Ma—maaf, Tuan," ucap wanita itu dengan suara bergetar takut.

Pria itu tersenyum kemudian berdiri dari jongkoknya. "Bangun!" perintah pria itu dengan suara dingin.

Wanita itu berdiri, kemudian pria itu berjalan seraya mendorong tubuh wanita itu hingga kaki wanita itu membentur tempat tidur berwarna gelap itu. Dan sesuatu pun terjadi. Hal yang biasanya pria itu lakukan dengan para submisifnya.

***

Suara bel dari pintu masuk membuat beberapa pelayan yang sedang melakukan SOP (standar operational procedure) sebelum cafe n resto dibuka pun menatap ke arah pintu masuk.

"Pagi, pak Andreas," sapa seorang pelayan perempuan.

Andreas, pria yang berpenampilan rapi dengan jas abu-abunya hanya berdeham membalas sapaan si pelayan wanita itu.

"Buatkan saya latte dan juga sandwich. Dan suruh Afikah yang mengantarkannya ke ruangan saya!"

Perintah Andreas pada pelayan wanita yang tadi menyapanya. Dia bisa memerintah begitu saja karena dia pemiliknya.

"Baik, Pak."

Pelayan wanita itu hanya bisa mengikuti apa mau bosnya, karena Andreas pemiliknya, jadi dia tidak bisa menolak. Wanita itu pun peri ke kasir dan memesankan apa yang dipesan Andreas tadi.

"Pagi-pagi udah pesan makanan dan minum, ini saja belum selesai tetapi sudah di suruh untuk membuatkan sarapan. Apa bos tidak sarapan sebelum pergi hingga harus sarapan di sini?" gerutu wanita yang tadi diperintahkan Andreas.

"Heh, jika Pak Andreas dengar, kamu bisa dimarahi!" ucap kasir yang sedang menuliskan pesanan Andreas.

"Ya, masih pagi loh. Oh, iya Afikah mana?" tanya Risa nama si pelayan yang tadi diperintah Andreas. Wanita itu menggerakkan kepala dan tubuhnya untuk mencari di mana Afikah berada.

"Dia sedang membersihkan ruang privat, bukankah nanti jam sepuluh ada reservasi?" jawab si kasir, kemudian dia bertanya sekaligus mengingatkan jika akan ada reservasi.

"Huh, Pak Andreas minta Afikah yang mengantar pesanannya," ucapnya dengan nada suara malas.

"Ya sudah, tinggal kamu beri tahu saja pada Afikah."

"Hmm," jawab Risa malas.

Sekitar kurang lebih sepuluh menit, minuman serta makanan pesanan Andreas pun sudah siap. Afikah pun megantarkan makanan untuk Andreas ke ruang kerjanya. Afikah berjalan ke lantai dua di mana ruang kerja Andreas berada. Afikah mengetuk pintu ruangan Andreas, tidak lama Andreas pun memintanya masuk.

"Pagi, Afikah," sapa Andreas seraya tersenyum hangat.

"Pagi, Pak," jawab Afikah seraya tersenyum.

Afikah berjalan ke meja sofa di mana Andreas sekarang berada. "Bagaimana dengan tawaran saya kemarin?" tanya Andreas seraya menatap Afikah yang sedang meletakkan pesanannya.

"Maaf, Pak. Bukankah, Bapak sudah memiliki kekasih?" tanya Afikah seraya tersenyum.

"Hmm, yang mana? Semua orang tahu, jika saya tidak memiliki kekasih!"

"Wanita yang bertemu dengan Bapak kemarin?"

"Oh, dia hanya rekan bisnisku saja."

Andreas tersenyum penuh arti. "Apa kau cemburu?"

"Saya tidak punya hak untuk cemburu pada Bapak dan wanita Bapak," jawab Afikah seraya tersenyum.

"Silahkan menikmati sarapannya, Pak. Saya permisi," kata Afikah, kemudian dia sedikit membungkukkan tubuhnya sebelum ke luar dari ruangan Andreas.

Andreas menatap kepergian Afikah. Beberapa menit berselang, pria itu masih menatap pintu ruangannya yang sudah tertutup itu. "Ah, aku suka penolakanmu," ucap Andreas begitu tenang.

Tidak ada yang bisa menolak pesona dari Malik Andreas, calon penerus kekayaan DAM Company yang berpusat di Italia. DAM Company salah satu perusahaan yang bergerak di beberapa bidang dan termasuk perusahaan besar di daratan Eropa.

Saat ini, Andreas adalah CEO dari perusahaan cabang DAM Company terbesar di Indonesia. Dia masih berusia 28 tahun, jadi banyak wanita yang menginginkannya dan status single yang melekat di dirinya membuat para wanita itu berlomba-lomba untuk mendapatkan perhatian dari seorang Malik Andreas. Pria tampan berwajah blasteran yang memesona.

Namun, siapa sangka di balik semua itu tersembunyi hal yang membuat orang mungkin akan merinding ketakutan jika dihadapkan dengan Malik Andreas. Wajah tampannya memang mengalahkan pesona menakutkan yang tidak banyak orang tahu.

Di tempat lain, seorang wanita paruh baya sedang menelepon seseorang. "Apa dia datang lagi?" tanyanya pada lawan bicaranya di telepon.

***