cover landing

Liebe

By Big Boss


Dentuman keras terdengar membahana hingga membuat semua penghuni langit saling berpandangan. Kondisi yang semula hening dan nyaman seketika menjadi ramai disusul dengan suara perdebatan. Terlihat dua lelaki muda sedang berjalan keluar dari sebuah gedung putih. Kepulan asap berwarna merah secara perlahan mulai muncul dari gedung raksasa tersebut. Para penonton hanya mengernyit heran ketika mendengar celotehan yang terlontar dari mulut mereka.

“Uhuk! Uhuk! Sudah kubilang, jangan pernah pakai bubuk merah itu!” seru salah satu dari mereka. Lelaki berambut ikal keemasan itu beberapa kali mengibaskan tangan kanan demi menghapus asap yang masih mengelilingi mereka. 

“Tadi kamu bilang itu bubuk laxative, Alga! Gimana, sih?! Uhuk! Uhuk!” balas sang lawan bicara yang masih terbatuk-batuk akibat terlalu banyak menghirup asap berwarna merah itu. 

“Merah muda, Desta! Bukan merah darah! Kamu tidak bisa membedakan dua warna itu, hah?!”

Dua lelaki tinggi nan rupawan itu saling menyalahkan satu sama lain sampai sebuah suara menghentikan pertengkaran mereka. “Alga! Desta! Apa lagi ulah kalian kali ini?!” 

Alga dan Desta yang terkejut akan kehadiran sang senior hanya bisa menelan saliva secara bersamaan. Mereka tidak menyangka lelaki berambut silver itu mendengar keributan yang mereka buat. Dengan wajah salah tingkah, Desta mengusap tengkuk belakangnya yang tak gatal.

“Ma-maaf, Sony. Kami tidak sengaja mencampur bubuk ramuan yang salah, jadi—”

“Lagi?! Sampai kapan tim kalian melakukan kesalahan fatal seperti itu, Des?! Sampai gedung Alba roboh akibat ulah kalian?!” omel Sony seraya menunjuk gedung putih yang masih mengeluarkan asap merah dalam jumlah banyak. Lelaki dengan kornea berwarna hitam itu berkacak pinggang dengan gelengan kepala tak percaya. 

“Desta, Alga, kalian berdua adalah malaikat level atas. Seharusnya kalian bisa memberikan contoh yang baik kepada para malaikat level bawah. Terlebih lagi, gedung Alba adalah tempat di mana kalian mendapatkan ilmu pengetahuan, bukan ilmu menghancurkan. Paham?” 

Dua lelaki yang masih tertunduk itu saling melirik satu sama lain sebelum akhirnya mengangguk lemah. Helaan napas panjang terdengar dari Sony saat ia memandang ke arah gedung Alba dengan iba. Lelaki itu mengayunkan tangan kanannya ke arah gedung tersebut. Seketika aura putih terpancarkan dari setiap jemari. Aura putih yang disertai glitter silver itu mengelilingi gedung Alba. Dalam sekejap, asap merah menghilang begitu saja dari pandangan. Merasa gedung putih tersebut telah terselamatkan, Sony kembali bersedekap sembari meneliti kedua anak didiknya.

“Bersihkan tubuh kalian. Seragam putih itu terlihat tidak bagus dengan corak merah,” titah Sony sebelum ia pergi meninggalkan Desta dan Alga. 

Beberapa pasang netra yang menyaksikan percakapan mereka hanya tertawa kecil seraya menggelengkan kepala. Bukan pertama kali bagi mereka menyaksikan kemarahan Sony akibat perbuatan yang dilakukan oleh Desta dan Alga.

“Sepertinya kita tidak akan lulus ujian kali ini,” lirih Desta sambil menepuk-nepuk baju serta celana putih miliknya yang penuh akan asap berwarna merah. 

Alga terdiam tak menanggapi kalimat sahabatnya. Lelaki itu mengedarkan pandangan ke segala arah seakan mencari sesuatu. Namun, hanya hamparan padang hijau dan langit biru lengkap dengan beberapa malaikat yang tengah asyik duduk seraya berbincang satu sama lain yang berhasil ia temukan.

Alga menghela napas panjang kecewa. Melihat sahabatnya yang sedang murung memancing Desta untuk bertanya lebih jauh. “Kamu menyesal berada satu tim denganku, ya?” tanya Desta sendu. 

“Menurutmu?! Huuff ... Des, kita selalu saja membuat kesalahan setiap mempelajari ramuan baru. Aku tidak mungkin menyalahkanmu atau mencari pasangan lain, karena nama kita sudah terdaftar menjadi satu tim. Aku sedang mencari Veno, tapi sepertinya dia tidak ada di sekitar sini,” jelas Alga sambil melihat ke sekeliling. Sayangnya, ia tak kunjung menemukan seseorang yang ia cari. Desta sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk paham. 

“Oh, kamu mau meminta Veno untuk mengajari kita, kan?” tebak lelaki berambut cokelat itu. Alga mengangguk pelan sebagai jawaban. Namun, karena tak melihat adanya kehadiran Veno membuat Alga berdecak kesal dan langsung mengeluarkan sepasang sayap dari balik punggungnya.

“Eh! Eh! Mau ke mana?!” tahan Desta ketika mengetahui Alga akan beranjak pergi. 

“Aku mau kembali ke istana untuk membersihkan diri sesuai perintah dari Sony. Setelah itu aku akan turun ke Bumi,” jawab Alga sembari mengepakkan sepasang sayap putih raksasa miliknya. Embusan angin yang dihasilkan sempat membuat Desta menyipitkan kedua mata.

“Ke Bumi?! Jangan bilang kamu mau .... ”

“Iya, aku akan menggunakan cara terakhir agar kita lulus ujian,” balas Alga sebelum ia terbang melesat ke arah istana yang tak jauh dari sana. Desta melongo tidak berkedip melihat sosok Alga yang hilang dari pandangannya. Lelaki itu menjambak rambutnya sendiri seraya memejamkan kedua mata tak percaya. 

“Ya Tuhan, Ini akan menjadi masalah besar.”