cover landing

Intimate

By shantymilan


"Aaahhh."

Clovis memijat kepalanya yang terasa berat. Sepertinya tadi malam dia sangat mabuk sehingga efeknya baru terasa di pagi ini. But being drunk doesn't make him forget what happened last night, semuanya masih membekas dalam ingatan.

Terutama ....

Dia tersenyum. Tangannya meraba ke sisi sebelahnya, berusaha menyentuh kembali. Sekalipun harus membayar dua kali lipat untuk satu kesenangan lagi, Clovis siap. Tidak menemukan apa pun di sampingnya, Clovis membuka mata dengan cepat. Ke mana wanita itu?

Clovis turun dari ranjang, membiarkan tubuhnya tetap polos seperti itu. Dia membuka kamar mandi, wanita yang dia cari tidak ada di mana pun. Uang yang tadi malam Clovis letakkan di atas meja, masih berada di posisi yang sama. Wanita itu pergi tanpa mengambil bayarannya?

Aneh.

Dia kembali ke ranjang, menemukan fakta bahwa ada bercak darah di atas seprai putih itu, membuat pikirannya bertambah tidak tenang. Aku meniduri seorang perawan?

Buru-buru dia mengambil ponsel, menelepon seseorang yang berada di balik keanehan ini.

[Hai Darling, ada apa hubungi aku pagi-pagi?]

"Tidak perlu basa-basi. Siapa wanita yang kau kirim padaku tadi malam?"

[Clovis, I'm sorry. Sungguh, ini di luar rencana. Dia tiba-tiba sakit, sehingga secara mendadak membatalkan untuk datang. Aku sudah berusaha mencari penggantinya, namun—]

"Dia tidak datang?" potong Clovis. Kedua alisnya naik. Ada kerutan di keningnya.

[Ya, maafkan aku.]

Clovis langsung mematikan sambungan telepon, mencoba mengingat-ingat kembali. Andai wanita itu tidak meninggalkan jejaknya di atas seprai ini, sudah pasti Clovis akan berpikir kalau semalam dia sedang bermimpi.

Tapi mana mungkin sebuah mimpi bisa meninggalkan kenikmatan yang masih terasa hingga saat ini? Bahkan hanya dengan membayangkannya, Clovis sudah merasa bernafsu. Tidak ada satu detail pun yang Clovis lupakan dari keseluruhan wanita itu, dia seperti sedang melukisnya di dalam ingatan.

***

Kemarin malam

 

Clovis suka pesta topeng, di mana dia bisa menyembunyikan wajahnya dan menikmati pesta sesukanya. Dia sedang merasa penat karena pekerjaan dan juga tuntutan menikah dari orang tua.

Ting.

 

From: Christina

Dia akan memakai gaun pemberianmu.

Selamat bersenang-senang.

 

Clovis hanya membacanya. Pesan dari seorang kenalan yang biasa mencarikan teman bersenang-senang saat dibutuhkan. Di saat bersamaan, wanita bergaun merah itu duduk di sebelah Clovis, memesan segelas kecil minuman.

Seringaian tampak dari wajah tampan Clovis kala memandangi tubuh wanita itu. Seakan gaun itu memang tercipta untuk si pemakainya, Clovis tergoda dengan lekuk indah yang terlihat di matanya. Belum apa-apa, dia sudah sangat ingin menenggelamkan wanita itu ke dalam permainannya di atas ranjang.

Hold up, biarkan dia bersenang-senang dulu sebelum menyenangkamu, Clovis.

Clovis memesan minuman, juga untuk wanita itu. Dia tidak ingin terburu-buru dulu. Belum terlalu malam. Dia masih bisa menahan gairah menikmati kemolekan tubuh yang terbungkus dress ketat itu.

"Thanks." Wanita itu mengangkat gelas dan meminumnya.

Clovis hanya tersenyum miring. Memikat bagi sebagian wanita. "What is your name?" tanya Clovis.

"Kau tidak perlu tahu. Aku ke sini bukan untuk mencari kenalan," jawab Wanita itu.

Clovis pun tergelak. Tidak ada wanita yang pernah berbicara seperti ini padanya, and the first is always interesting. Diamatinya gerak-gerik gelisah wanita itu, yang sesekali mengangkat satu kaki, kemudian menurunkannya seperti sedang menahan buang air kecil.

"Kau tahu toilet di mana?" tanya wanita itu akhirnya.

"Mau kuantar?"

Awalnya wanita itu terlihat ragu. Dia menoleh ke sekeliling, terlihat jauh lebih ragu. "Baiklah. Hanya sampai aku bisa melihat toilet ada di sebelah mana."

Clovis lagi-lagi terkekeh. Dia turun dari kursi dan mempersilakan wanita itu berjalan lebih dulu. "Boleh aku tahu kenapa kau bekerja seperti ini?" tanyanya penasaran.

"Aku dipaksa!" jawab wanita itu kesal.

"Kau terpaksa?" Clovis terkejut mendengarnya.

"Sangat terpaksa. Well ... aku membutuhkan uang dan dia hanya memberiku pekerjaan sialan ini."

Clovis semakin tidak mengerti. "Apa dia bilang kau akan bertemu dengan siapa?" kuliknya.

Wanita itu menggeleng. "Itulah yang membuatku mau gila rasanya. Aku sama sekali tidak tahu seperti apa rupa pria yang akan kutemui. Lihat saja, bila bertemu nanti akan aku cekik dia."

Seketika Clovis memegangi lehernya.

***

"Whats?!"

Clovis mengusap telinganya saat suara melengking Christina terdengar. "Kau sebaiknya bicara dari luar, aku pasti bisa mendengarmu."

Christina meringis, "Sorry." Dia lalu serius kembali. "Kau benar-benar tidur dengan wanita yang tidak dikenal?" ulangnya ingin lebih diyakinkan.

"Ini salahmu." Clovis menuding.

"Me?" Christina menunjuk dirinya sendiri.

"Kenapa tidak kau beritahu aku sejak kemarin malam kalau wanita yang kau janjikan tidak datang? Kalau aku tau, aku tidak akan salah orang."

Wajah Christina berubah penuh sesal. "I'm sorry, aku benar-benar lupa. Aku pikir semua aman karena kau pun tidak menghubungiku tadi malam."

Clovis mengesah.

"Tapi bukankah seharusnya wanita itu memakai gaun pemberianmu?" tanya Christina bingung.

"She wore it."

"Gosh, seriously?! Itu Berarti dia datang tadi malam?"

"Christina, kau jangan membuatku bingung. Bukankah tadi kau bilang dia sakit?"

Christina menggaruk kepalanya dengan kasar. "Apa kau membeli pakaian yang murahan? Bisa saja wanita yang kau temui semalam juga membeli di tempat yang sama."

"Kau meragukan kualitasku?"

"Kalau begitu dari mana dia dapatkan gaun itu?"

Clovis memijat pangkal hidungnya.

"Ngomong-ngomong, seperti apa wajahnya? Apa dia memuaskan?" Christina setengah berbisik. Dia tersenyum menggoda dengan kekehan geli.

Clovis mengusap bibirnya dengan jari telunjuk, kembali membayangkan. Dia mana mungkin lupa wajah wanita tadi malam. Bahkan Clovis tidak sekali pun berpaling dari setiap ekspresi yang wanita itu tunjukkan. Bagian yang paling Clovis suka adalah saat wanita itu mendesah ketika dihentaknya dengan kenikmatan.

"Clovis!" panggil Christina.

Clovis tersentak. Rasanya ingin mencekik Christina karena baru saja mengganggu kesenangannya berkhayal.

"Kau sedang memikirkan adegan panasmu dengan wanita semalam?" Wajah Christina terlihat sedang mengejek Clovis.

Clovis tidak bereaksi, tetap berusaha cool. "Karena ini kesalahanmu, maka cari tau siapa wanita itu. Apa pun caranya. Aku harus tau kenapa dia pergi tanpa sepatah kata pun, dan tidak mengambil bayarannya."

"Baiklah. Itu tidak sulit. Aku akan minta pihak hotel mengecek cctv." Christina lalu berdiri. "Bagaimana dengan malam ini, apa kau butuh wanita? Aku punya banyak stok baru."

Clovis menggeleng.

"Wow, it's a surprise!" ejek Christina. Dia tertawa dengan pelototan Clovis. "Aku pergi dulu. Akan aku kabari kalau sudah mendapatkan info."

Clovis hanya menggeleng.

Clovis kembali mencoba fokus pada pekerjaannya, tapi sialnya hanya wajah wanita itu yang ada di kepala. Fokusnya buyar, ingatan tentang one night bersama wanita itu sangatlah kuat.

"Siapa dia?" gumam Clovis sambil menatap kosong pada layar laptop.

***