cover landing

Essentials Echo

By Tara Lee


“SELAMAT DATANG DI ESSENTIALS ECHO,” sapa kasir Essentials Echo—Ruth—dari balik konternya. 

Oh, Anne tahu namanya, karena selain terlihat dari nametag, ini bukan kali pertama dirinya menginjakkan kaki di Essentials Echo. Tepatnya kali kelima, hanya dalam minggu ini.

Si setan menatap Anne dari ujung kepala hingga ujung kaki, menghakimi. 

What? Salah satu keuntungan dari bekerja, dan menghasilkan uang sendiri, kan, agar kita bisa membeli apa pun yang kita inginkan. And, if we want to spend every penny for something pretty like lingeries, why not? Moreover, when you were a business owner, it was just adding a sense of accomplishment, wasn't it? Well, either a sense of accomplishment or justification for splurging, pick your take. Yes, Anne bukan hanya bekerja, tapi wanita itu sudah resmi menjadi business woman, dengan statusnya sebagai pemilik agen literasi Writer Wire. 

Sejak sukses menjadi agen untuk Sammy West, Anne memutuskan fokus menjadi agen literasi, dan keluar dari Wispy Writey, hence the Writer Wire.

“Hey, aku mengembalikan brosur ini,” Anne menyorongkan brosur di tangannya. 

Di belakang Anne, seorang daddy menghampiri konter kasir, ikut mengantre. Sekilas Anne melihat pria tersebut menatap konter dengan tatapan tidak yakin, entah tidak yakin dengan apa yang ia beli, atau tidak yakin berada di tempat yang seharusnya. Di tangan pria tersebut  tergantung satu keranjang berisi kebutuhan wanita–putrinya, mungkin?

“One second,” kata si kasir pada Anne, lalu ia  membuat panggilan dengan landline. “Jules, bisa tolong bantu urusan klub?” Ruth mengangguk-angguk sebelum mengucapkan thanks, lalu menutup telepon. “Silakan menunggu sebentar, Julia, manager kami akan membantu menjelaskan semuanya.” 

“Okay, thanks,” Anne mengangguk, lalu meninggalkan konter kasir, memberi ruang pada pria di belakangnya untuk maju.

Tidak lama kemudian, seorang wanita berpenampilan elegan menghampiri Anne dengan senyum tersungging. Anne suka dengan tipe wanita seperti ini. Meski hanya memakai baju sederhana, tapi tetap terlihat profesional, dan berkelas. Wanita itu memakai gaun putih tulang selutut, lengan pendek, dengan potongan leher rapi. Bajunya pas di tubuh, tapi tidak menunjukkan kesan vulgar, cukup sexy, tapi tetap profesional. It’s okay for woman having little crush for another woman, isn’t it? Yeah, totally okay. 

What’s not okay, that you’ve been blatantly checking out in broad daylight, si setan mendengus.

Anne benar-benar ingin mengangkat jari tengahnya.  

“Halo, apakah Anda yang akan bergabung dengan Essentials Echo club?” tanya si wanita.

“Yeah, it’s me.”

“Cool, saya Julia, manager Essentials Echo,” Julia mengulurkan jabat tangan.

“Woodley, Anne Woodley,” sambut Anne.

“Well, this way Miss Woodley,” Julia menyilakan Anne untuk mengikutinya. “Menyenangkan sekali ada semakin banyak wanita yang bersedia bergabung klub ini. Mungkin bagi kita, apa yang akan kita bagikan adalah hal yang remeh, tapi tidak bagi para daddy ini. Banyak di antara mereka benar-benar tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan masalah bulanan putri mereka.”

Anne mengerling pada brosur di tangannya ketika mendengarkan semua ucapan Julia. Brosur tersebut berisi informasi mengenai Essentials Echo club. Sebuah perkumpulan khusus untuk para daddy single parent, khususnya bagi mereka yang memiliki anak perempuan. Berdasarkan apa yang tertulis di brosur dan di website—yes, Anne juga meluangkan waktu mempelajari website mereka—Dave Coleman, si pendiri, mendapatkan ide tersebut ketika menyadari betapa sulitnya membesarkan seorang putri tanpa figur wanita di sisinya. Jadi apa yang dilakukan Dave adalah berbagi pengalaman dengan sesamanya daddy tunggal. Selain itu, mereka juga merekrut beberapa relawan wanita yang bersedia memberi berbagai saran dari perspektif seorang wanita.

Di sinilah peran Anne diperlukan.

Setelah beberapa kali berkunjung ke Essentials Echo—dan tidak pulang dengan tangan kosong—Ruth, si kasir memberi Anne brosur informasi, berharap jika Anne bersedia menjadi salah satu sumber informasi bagi Essentials Echo club.

Oh, Anne tertarik bergabung. Siapa yang tidak ingin membantu para daddy ini menyelesaikan segala permasalahan yang berhubungan dengan putri-putri mereka? Tentu saja itu alasan utama Anne, bukan, let's say, tertarik dengan si empunya ide Essentials Echo club a.k.a the founder….

Si setan mendengus. Anne mengabaikannya. 

Satu hal lagi, sejujurnya, sebelum menginjakkan kaki di Essentials Echo, Anne tidak percaya jika dirinya sexist. Maksudnya, siapa yang menyangka jika seseorang di balik sebuah toko one-stop-shopping kebutuhan wanita segala usia—khususnya lingerie sexy bagi Anne—adalah seorang pria lulusan sekolah hukum Ivy League? Like, how was that common? Obviously this uncommon case.

“Kalau ingin bergabung, bagaimana prosedurnya?” tanya Anne.

“Silakan,” Julia membuka pintu ruangannya lalu menyilakan Anne masuk terlebih dulu. 

“Thanks.” 

Keduanya duduk berhadapan di ruangan Julia yang mungil.

“Tidak ada prosedur khusus. Anda akan kami buatkan kartu anggota di mana Anda akan mendapat diskon 15% untuk semua item sebagai tanda terima kasih dari kami. Satu minggu sekali ada pertemuan antar anggota klub, sedangkan untuk konselor—Anda dan para wanita yang lain—akan dihubungi sebelumnya untuk menentukan siapa yang akan menemani diskusi. Sedangkan untuk moderator dari tim kami, tidak jarang Mr. Coleman sendiri yang memimpin diskusi. Selain itu, ada beberapa konselor yang bersedia dihubungi 24 jam kalau ada emergency,” jelas Julia.

“24 jam?” ulang Anne.

Julia mengangguk. “Benar, kita tidak pernah tahu apa yang terjadi dengan anak-anak ini, kan? Kadang ada yang tiba-tiba rewel tengah malam, atau tidak jarang kram akibat mens.”

“Ah, ya, benar juga. Kalau boleh tahu, apa setiap pertemuan semuanya datang? Maksudku para daddy ini,” tanya Anne.

“Oh, tidak. Kami klasifikasikan berdasarkan usia anak mereka. Kami punya lebih dari 150 anggota, tidak mungkin semuanya datang dalam sekali pertemuan.”

“Masuk akal.” Anne mengangguk. “So, where do I have to start?”

“Anda tidak keberatan untuk membuat akun di Essentials Echo?” tanya Julia. Jemari wanita itu mengetik di laptop meski fokus perhatiannya pada Anne, lalu menyorongkan laptop tersebut untuk diperlihatkan pada Anne. “Semuanya ada di website kami, termasuk jika Anda bersedia dimasukkan ke dalam daftar volunteer 24 jam.”

“Jadi tidak harus di sini dan sekarang?” tanya Anne lagi.

“Oh tidak, Anda bisa melakukannya nanti di rumah,” Julia mengambil sebuah kartu nama dari kotak, dan menyerahkannya pada Anne. “Anda bisa menghubungi saya kapan pun.”

“Nice, thank you very much,” Anne mengangguk.

“Kami yang harus berterima kasih.” Julia tersenyum. “Urusan klub nanti saja di rumah, sekarang Anda melihat-lihat dulu koleksi terbaru kami.”

Anne tertawa. Masalahnya, ini adalah hari kelima berturut-turut dirinya kemari, dan sudah empat kali ia pulang dengan satu tas besar hasil buruan. Kalau hal ini diteruskan, bisa-bisa dirinya makan lingerie karena saldo tabungannya minus.

Salah sendiri tidak mau pakai kartu kredit, si setan mencebik mencela.

Anne mengabaikan celaan tersebut. Ia sudah terbiasa dengan pandangan aneh para kasir atau waiter dan waitress saat dirinya membayar dengan kartu debit. Tidak masalah jika dirinya tidak mendapat beragam promosi, yang penting bisa mengontrol pengeluarannya. Menahan diri untuk tidak mengikuti rasa ingin membeli sesuatu itu sulit, lho, terutama untuk sesuatu yang sangat disukai.

Si setan memutar kedua bola matanya.

Anne masih mengabaikan si setan.

Sambil mengambil napas panjang, Anne pun menggeleng. “Walau berat, kurasa hari ini libur dulu. Kalau melihat-lihat, aku pasti akan membawa pulang satu tas besar lagi. Kartuku sudah kembang-kempis.”

Julia tertawa. “Baiklah kalau begitu.”

Anne berdiri, kali ini ia yang mengulurkan jabat tangan. “Thanks.”

“You’re most welcome, and we’re looking forward to your contribution to our club.” Julia menyambut jabat tangan Anne, dan mengantarkannya ke pintu.

“See you,” pamit Anne.

“See you.”

Anne baru keluar dari gedung Essentials Echo ketika ponselnya bergetar, pesan baru masuk dari nomor tidak dikenal.


Unknown number:

Hey, 

I hope you don’t mind, I get your number from Willa 

I’m her boyfriend


Kening Anne berkerut ketika membaca pesan tersebut. Untuk apa kekasih Willa mengiriminya pesan?