cover landing

Teach Me to Satisfy You

By WidiSyah


Dunia sudah berubah. Sesungguhnya segala yang ada di alam semesta selalu mengalami perubahan. Tiada yang abadi selain perubahan itu sendiri.

Sebelum menjadi dosen dan bergaul dengan generasi Alpha, Malik berpikir cita-cita mahasiswa zaman sekarang sama seperti pada saat ia muda. Kuliah, mendapat nilai yang bagus, wisuda, bekerja, punya rumah, menikah, berkeluarga, lalu berketurunan, memenuhi bumi yang sudah penuh sesak ini.

Malik tidak begitu aktif berkegiatan di luar kampus semasa kuliah dulu. Tugas mahasiswa jurusan Teknik Geologi bukan main banyaknya. Seringnya ia harus meninjau lapangan, mempelajari sesar bumi, update kondisi gempa di Indonesia. Semasa kuliah Malik baru tahu bahwa Indonesia berada di wilayah yang disebut ring of fire. Lempeng-lempeng tektonik bertemu membentuk pola tapal kuda. Dampaknya, Indonesia dan beberapa negara di pasifik sangat rawan gempa dan letusan gunung berapi. Mempelajari hal-hal baru seperti ini sudah sangat menyita waktu. Maka ia tak sempat mencoba hal selain belajar. 

Mahasiswanya kini berbeda. Malah sering izin tak mengikuti kegiatan perkuliahan demi menjalani aktivitas luar kampus yang sebenarnya tak berhubungan dengan dunia akademik. Misalnya lomba menyanyi level Asia di Busan, Korea Selatan. Anehnya nilai anak ini selalu bagus. Mungkin otaknya memang cerdas. 

Pintu ruang kerja Malik terbuka, memaksanya meletakkan kertas jawaban tugas mahasiswa yang tengah ia periksa. Maya berdiri dengan gaya menggoda di ambang pintu. Lima tahun mereka menikah dan Maya banyak berubah. Sependek ingatan Malik, Maya dulu adalah gadis lugu. Selalu menundukkan pandangan terutama jika bertemu lawan jenis. Namun, lihatlah istrinya itu sekarang. Sudah pandai menggoda suami. Mengenakan lingerie berwarna rose gold tanpa pakaian dalam sama sekali. Puncak payudaranya membayang dari balik bahan satin tipis. 

Maya berlenggak lenggok bagaikan seorang model, menghampiri Malik. Aroma harum citrus bercampur aneka bunga menyeruak di udara. Ia hanya bisa terpesona menatap sang istri ketika wanita itu duduk di pangkuannya. 

"Tamuku sudah pergi lho, Sayang." Maya berbisik sensual di telinga Malik, mendirikan bulu-bulu halus di sekujur tubuhnya. Kode yang teramat jelas bahwa Maya sudah tak datang bulan. Artinya dia siap mengakhiri masa-masa puasa seks Malik selama delapan hari.

Malik menarik napas berat. Ia tak banyak mengenal gadis semasa remaja. Bisa dibilang ia adalah kutu buku sejati. Salah satu dari sedikit perempuan di luar lingkungan keluarga adalah Maya. Malik setuju ketika almarhum ayahnya meminta menikahi dengan Maya demi melunasi utang orang tua gadis itu. Lambat laun, rasa sayang karena terbiasa tumbuh di hati Malik. Ibarat pepatah Jawa, tresno jalaran soko kulino.

Teman-teman Malik yang sudah lebih dahulu melepas keperjakaan saat kuliah kerap meledeknya. Banyak yang bilang, laki-laki yang nakal saat remaja, biasanya tobat setelah berkeluarga. Sebaliknya, jika saat remaja menjadi anak baik-baik, biasanya jadi terlambat nakal dan melampiaskan kenakalan ketika sudah menikah. Malik hanya tertawa mendengarnya. Ia menganggap ocehan temannya hanyalah pembenaran atas sikap bengal mereka. 

"Ada sisa beberapa anak lagi yang tugasnya belum kuperiksa. Kamu tidur duluan saja," ucap Malik meskipun ia susah payah menahan gejolak dalam diri. 

Maya memukul dada Malik, "Aku cuma selingkuhan, kan. Istri pertama kamu adalah mahasiswa di kampus," ucapnya merajuk. 

"Jangan bilang gitu. Sebentar lagi juga selesai."

"Benar, ya. Nanti aku tagih lho jatah dari kamu." Maya mengecup bibir Malik, tak lupa meninggalkan belaian nakal untuk membangunkan 'adik kecilnya'. 

Maya beranjak dari ruang kerja Malik, meninggalkan keharuman parfum nan menggoda indra, mengudara di sekelilingnya.

Malik selesai memeriksa tugas salah satu mahasiswanya, Rianti Marcella si calon penyanyi internasional dari kelas A lalu beralih memeriksa tugas Daniel Irwandi dari kelas B. 

Soal nomor satu berisi perintah untuk menjelaskan apa yang dimaksud mineralogi. Malik memeriksa jawabannya. Mineralogi merupakan ilmu bumi yang berfokus pada sifat kimia, struktur kristal, dan fisika (termasuk optik) dari mineral.

Bagaimana bisa jawabannya sama sampai ke titik koma? Malik mulai curiga, tapi masih berprasangka baik. Ia membaca soal selanjutnya yang meminta untuk menyebutkan klasifikasi mineral berdasarkan klasifikasi Dana (Kraus, Hunt,dan Ramsdell, 1951).

Jawaban Daniel juga sama persis dengan jawaban Rianti yakni silikat, karbonat, halida, oksida dan hidroksida, sulfida, sulfat, fosfat, native element.

Jantung Malik berdebar keras. Ia membaca soal selanjutnya yang meminta menjelaskan apa yang dimaksud kelompok silikat, dan berikan contohnya. Kembali lagi ia menemukan jawaban yang sama yaitu silikat merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur metal. 90% penyusun batuan adalah kelompok ini. Contoh Quartz (SiO2)

Soal-soal yang lain pun mendapatkan jawaban yang sama. Apakah ia masih bisa berprasangka baik jika dari lima soal yang ia berikan, jawaban dari dua orang ini bisa sama persis? 

Malik mulai geram. Tindakan menyontek dan plagiasi sangat tercela di dunia akademik. Bahkan seorang doktor atau profesor bisa kehilangan gelar jika ketahuan menyontek saat menulis jurnal. Bocah-bocah tengik ini sudah belajar menyontek di usia muda. Mau jadi apa jika sudah dewasa kelak? Maling? Koruptor? 

Malik menandai kertas milik Rianti dan Daniel lalu beralih memeriksa pekerjaan lain. Hal yang sama ia dapati pada tugas Rivai Alhuda dari kelas C, Mahatma Gautam dari kelas D, Julian Saputra dari kelas E, dan Wiliam Suryanto dari kelas F. Enam orang ini mencontek satu sama lain. Tidak bisa dibiarkan. Ia harus memanggil mereka berenam. 

Mood bercinta Malik menghilang. Ia sangat marah dan tak dapat menerima kecurangan dalam bentuk apa pun. Malik mengirimkan chat kepada enam mahasiswa itu untuk menghadap ke ruangannya besok pagi.

***

Pukul 7 pagi identik dengan ketenangan, tetapi tidak demikian dengan Malik. Ia gusar sekali. Ketika datang ke kampus Universitas Bagimu Indonesia, di sofa ruang tunggu dosen sudah berjajar enam wajah tanpa dosa, memantik amarah yang ditahannya dari semalam.

"Selamat pagi, Pak," sapa mereka kompak. Rianti malah tersenyum. Kalau saja bukan perempuan, Malik pasti sudah menghardiknya. 

"Ikut saya." Malik bahkan terlalu malas menanggapi salam dari para begundal kecil calon penghuni kerak neraka itu. 

Keenam bocah itu mengekori Malik menuju ruangannya. Tak ada cukup kursi di sana sehingga mereka hanya berdiri membentuk satu garis lurus menyamping. Tanpa membuang waktu, Malik segera mengeluarkan berkas tugas mereka dan menatanya di meja. 

"Ini punya kalian, kan?" tanya Malik. 

Keenam mahasiswa itu melihat nama masing-masing di atas kertas dan mengangguk. 

"Jelaskan pada saya bagaimana jawaban kalian bisa sama sampai ke titik koma. Kalian saling copas?"

"Nggak, Pak, sumpah. Kami nggak saling kenal." Rivai mengibas-ngibaskan tangannya dengan panik. 

"Iya, Pak, benar. Kami nggak saling kenal. Cuma suka papasan aja di lorong, say hai gitu," tambah Rianti. 

"Kalau benar demikian, lalu kenapa jawaban tugas kalian bisa sama persis? Kalian tahu nggak apa tujuan saya kasih kalian tugas?" tanya Malik tajam. 

"Biar Bapak ada kerjaan meriksa tugas mahasiswa," jawab William yang langsung mendapat cubitan dari Rianti. Laki-laki itu mengaduh sembari memegang paha.

"Supaya kami belajar, Pak," jawab Rianti diplomatis.

"Kalau kalian sudah tahu, kenapa menyontek?" 

"Kami nggak nyontek, Pak. Suwer." Daniel mengangkat dua jari ke udara untuk meyakinkan sumpahnya. 

"Berani-beraninya kamu bersumpah palsu. Mau jadi apa kalian kalau masih muda sudah mencuri dan berbohong?" Malik melipat tangan seraya menatap tajam pada para bocah calon beban negara itu. "Saya akan laporkan perbuatan kalian kepada bagian akademik dan pembimbing akademik. Silakan menunggu sanksi resmi sesuai kebijakan fakultas."

"Ampun Pak, jangan." Rianti menyembah. "Kami ngaku salah, Pak, tapi kami nggak nyontek. Kami cuma...." Rianti melirik ke kanan dan ke kiri, meminta persetujuan teman-temannya. Namun, lima orang mahasiswa lain diam bergeming. 

"Jadi gini, Pak, saya sibuk banget persiapan lomba nyanyi ke Busan, jadi nggak sempat mengerjakan tugas Bapak. Belum lagi tugas dosen lain juga banyak."

"Itu urusan kamu. Tugas mahasiswa Teknik Geologi adalah belajar ilmu kebumian. Kalau mau jadi penyanyi, seharusnya kamu tidak di sini. Silakan ikut Indonesian Idol saja,” balas Malik.

"Udah, Pak, tapi gagal terus. Saingannya banyak. Tahun ini rencananya mau daftar lagi. Doain ya, Pak." Rianti nyengir. Gadis ini benar-benar tidak tahu malu. 

"Supaya kamu leluasa latihan menyanyi ada baiknya diskors saja," ucap Malik dingin. 

"Eh, jangan dong, Pak. Saya nggak nyontek kok. Cuma bayar Kak Gracia aja."

"Gracia?" Mata Malik menyipit. 

Keenam mahasiswa itu mengangguk bersamaan. 

"Gracia siapa?" 

"Kak Gracia Merlin, anak semester enam yang paling pintar, Pak," jelas Daniel. 

"Iya, Pak. Saya bayar Kak Gracia buat menyelesaikan semua tugas selama satu semester," tambah Rianti. 


***


Halo, Cabucin.

Ketemu lagi di novel kedua saya. Kali ini mengambil tema Sugar Daddy X Sugar Baby. Cerita ini akan update setiap hari, ya. Jadi pantengin terus Teach Me To Satisfy You. Semoga tulisan saya dapat disukai, yang baik-baik diambil hikmahnya, yang buruknya ditinggalkan, jangan dilakukan di dunia nyata.

Sambil menunggu cerita ini update, Teman-teman juga bisa membaca karya saya yang satunya, AnesthesioLove yang sudah tamat.

Salam,

WidiSyah