“Mbak, editor itu siapa sih? Sepupunya diktator sama orator yha?”
Hm, ya mirip dikit sih. Demi kesempurnaan cinta—eh—naskah. Editor nggak segan-segan berubah jadi diktator ala super seiyan buat membimbing (ciyeileh udah kayak imam aja kan ya, ‘membimbing’) penulis biar naskahnya semakin bagus. Lebih baik naskah dibantai editor, daripada dibantai pembaca ‘kan?
Daripada dibilang orator sih editor Cabaca lebih mirip kreditur yang tidak pernah lelah menagih utang naskah penulis-penulis yang sering nunggak padahal jadwal terbitnya mepet. (Ayo, ini penulis yang baca dan belum kirim naskahnya buruan kirim ya!).
“Mbak, editor itu masuk divisi apa ya? Administrasi? Marketing?” tanya Mbak Teller bank di siang yang sumuk itu. Nyesek nggak sih? Jadi selangka itu orang yang tahu apa itu editor? Padahal di balik buku-buku bagus selalu ada peran editor yang menjadikan buku itu lebih layak terbit.
Okelah, kalau hasil usaha editor nggak di-notice setidaknya editor tetap ikut senang kalau buku hasil editannya booming di pasaran. Doain aja agar cinta para editor bisa di-notice gebetannya masing-masing biar nggak jomblo lagi. Aamiiin... ya Alllah.
Ah, jomblo dan jadi editor sih belum ada apa-apanya. Dibanding ketemu sama penulis model gini. “Kenapa sih harus self editing? Kan udah tugasnya editor buat nyunting naskah aku!”
“Hiks, pergi sana. Aku jijiiik, jijiiiik!” jerit editor dalam hati.
Ya bener sih, emang tugas editor buat ngedit naskah penulis yang masuk. Tapi kan tugas editor gak cuma ngedit naskahmu yang huruf awalnya aja nggak diawali kapital, dialog aja nggak dikasih tanda petik. Kan sedih berat kalau nemu naskah begitu. Biar Dilan aja, editor mah nggak bakal kuat ketemu penulis begitu.
***
Jadi, Editor itu apa?
Editor atau penyunting menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang mengedit tulisan yang akan diterbitkan dalam majalah, surat kabar, dsb.)
Sesederhana itu definisinya. Tapi, kerjanya, ehm, berat.
Tugasnya apa aja?
Nah ini yang sering jadi kebingungan penulis. Tugas editor itu bukan cuma mengedit naskah dan ngurusin titik koma aja. Ada beberapa tugas editor yang harus kamu ketahui.
Kami membaca berpuluh-puluh naskah yang masuk tiap harinya. Memilah mana yang layak dan tidak layak terbit. Mana yang udah pasti bakal terbit, mana yang setengah mateng dan masih bisa direvisi, sampai mana yang ditolak langsung, hehehe. Tak hanya itu, kalau di Cabaca, editor juga menulis satu-satu e-mail kepada penulis terkait review naskahnya, juga kepastian apa naskahnya diterima atau ditolak. (Editor itu nggak ada yang PHP ya, tolong para gebetan, harap dicatat!)
2. Menyunting Isi Naskah
Kalau beranggapan editor itu cuma ngurusin tanda baca, kamu salah besar. Ada beberapa elemen lain dalam tulisanmu yang turut diperiksa editor. Misalnya, aja narasi dan gaya bahasa dalam naskah yang kamu tulis. Udah enak belum dibacanya, udah runut belum, udah pas belum penempatan Subjek-Predikat-Objeknya, dst. Dengan begitu pembaca nggak jadi salah paham dengan apa yang kamu sampaikan.
Hal yang nggak kalah penting lainnya adalah mengecek konten. Untuk tulisan non-fiksi, editor udah pasti bakal ngecek sumber data yang kamu pakai, datanya valid atau nggak, bisa dipertanggungjawabkan atau nggak, dan sejenisnya. Kalau dalam novel, ya, editor juga ngecek data kok. Misal, kamu pakai latar cerita di Jepang. Editor diwajibkan ngecek juga tuh, beneran nggak di sana ada Menara Tokyo kayak yang kamu tulis sampai ke udah bener belum penjabaran Menara Tokyo yang ada dalam naskahmu.
Nggak cukup sampai situ, editor novel juga bakal merhatiin banget jalan cerita plus logika cerita yang kamu tampilin di naskah. Pokoknya jangan sampai ada kejadian aneh yang nggak masuk akal dan nggak ada alasannya. Walau fiktif, tetep harus ‘nyambung’. Untuk keperluan inilah, editor biasanya ngajak kamu diskusi, minta outline, sampai minta kamu revisi.
3. Menunjukkan Keunikan Naskahmu
Selain hanya memperbaiki tanda baca dan bahasa, editor juga punya tugas marketing, guys. Editor yang sudah makan asam-garam di dunia penerbitan dituntut untuk senantiasa update kiranya judul-judul apa saja yang kira-kira akan laku di pasaran. Editor harus tahu, judul kayak apa yang memikat pembaca, terus blurb kayak apa yang harus dibuatnya supaya minimal pembaca ngelirik dan penasaran. Ini tugas yang nggak mudah. Harus ada riset marketing kecil-kecilan yang dilakuin. Tujuannya jelas: biar karyamu banyak yang baca. Kalau sudah begini siapa lagi yang diuntungkan? Sudah pasti penulis. Masih tega memperlakukan editor seenaknya? Padahal semua yang editor lakukan semuanya demi kebaikan penulis.
Dari sekian banyak tugas itu, kalau kamu sebagai penulis bisa meringankan satu aja, kami bakal berterima kasih banget lho! Nggak perlu ribet-ribet, cukup dengan memastikan untuk melakukan self-editing sebelum kirimin naskah. Kalaupun ada salah ketik, minimal ya nggak parah-parah banget. Syukur-syukur, kalau nggak ada salah ketik dan cerita udah mateng huahahaha.
Tapi bukan berarti editor itu kaku ya, ya meski kadang galak. Editor juga manusia, masih bisa di-nego cyiin, kalau semisal hasil editan editor dirasa tidak sesuai. Kalau alasan editor tidak masuk akal atau bertanya-tanya kenapa naskahmu diubah jadi seperti itu, penulis masih bisa memberikan saran kok, yang sama-sama disetujui semua pihak.
Oke, cukup sampai di sini dulu curhatan editor jomblo, cukup sekian dan terima jodoh.