Zodiology

Zodiology

simbaak

4.5

Prolog

 

Calibra's

Monthly Wish-list

Updated!

1.    Beli lipstick Walk of Shame-nya Charlotte Tilbury yang kemaren baru aja dapet rating 4.5 dari 5 di Makeup-Alley

"Ngeluarin tiga puluh empat dolar demi dapet pengalaman cipokan panas bin beringas tanpa perlu cemas bibir jadi cemong. Hm, apa nggak lil bit too pricey?

"Ugh, come on, Calibra! Inget wejangan dari Nyai Pat McGrath kalo, 'There are endless ways to enhance beauty. You never know when you will find your perfect lipstick unless you keep experimenting'. So, gue mungkin bisa bertahan tanpa maskara anti badai, tapi hidup gue jelas nggak akan sempurna kalo tampilan bibir gue nggak paripurna."

2.    Menyisikan 20% persen dari gaji buat berburu promo Year-End Sale

"Taun lalu, gue bahkan sampe ngubek-ngubek tujuh mal biar bisa nenteng paper bag berisi Debenhams sama H&M. Khusus taun ini, seenggaknya dapet sepasang New Balance atau yah maskara NYX juga udah lumayan, lah."

3.    Membayar kos-kosan tepat waktu

"Ini penting banget! Jangan sampe deh kejadiannya kayak bulan lalu, di mana Bu Ngkus sampe neror hape gue pake SMS horor 'Ibu minta pulsa' supaya gue bisa nyicil tunggakkan biaya sewa pake pulsa tiap seminggu sekali! Hih! Nggak apa-apa sih, cuman ya lo pikir sendiri deh gimana anu-nya bayar kosan via pulsa!"

4.    Kongkow lagi bareng Selova dan Utri

"Uh, icip-icip Piccolo Latte di Pigeonhole yang katanya, punya rasa super-smooth dan bold abis. Disambi sama makan Bomboloni plus ngegoreng gosip! Fix, rencana hang-out ini pasti bakalan berakhir dengan mantap djiwa!"

5.    Ditembak Bang Bes

"Ini nih, misi utama yang nggak boleh failed. Seenggaknya, di akhir taun gue harus bisa menyebarkan sebuah kabar baik kepada sekitar lima belas ribu followers di twitter. Gue kudu buru-buru mulai milih mau bikin twit pake hashtag apaan; #2020GantiStatus, #SelamatTinggalHTS-An atau #MenujuHalal boleh juga #BaruSajaSuksesWisudaJomlo, lebih kece #OTWCalonMantu but bisa juga #AlhamdulillahSold-Out #AkhirnyaPunyaImamTetap. Ya, apa pun lah. Yang penting gue kan jadi bisa sekalian mutusin si Walk of Shame-nya repurchase atau nggak kalo udah ada partner buat testing."

6.    Menutup situs Zodiology

"Andai aja bisa, bukan cuma gue tutup. Andai itu mungkin, gue pengen balik ke hari di mana gue belum kenal tuh situs. Gimana bisa ramalannya tentang Libra selalu bener? Parahnya, gimana bisa gue selalu ngebuka situs sialan itu dan terus-terusan percaya? Gilanya, barusan di sana tertulis kalo umur gue bakalan berakhir di 1 Januari. Ya kali, semua Libra bakal metong?! Dia pikir dia siapa? Tuhan?!"

 

Dari gue, 

Calibra yang tiap ganti tahun resolusinya ya begitu melulu.

***

 

BAB 1

Gara-Gara Zodiology

 

ZODIOLOGY

Libra, Monday

Um, bakalan ada hal nggak terduga yang mungkin kamu alami.

 

Apalagi memang yang lebih 'nggak terduga' dari bangun tidur tepat sepuluh menit sebelum jam masuk kantor?

Aku bahkan cuma sempat cuci muka dan ngebasuh ketek, mengganti secara asal seragam tidur andalanku—celana training plus kaus oblong—pakai setelan skinny pants bermotif kembang-kembang norak, lengkap dengan green blouse superngejreng yang ternyata belum tersentuh meja setrikaan.

Oh, hitung aja sekalian kejadian di mana aku lupa gambar alis atau saat aku justru salah mulasin warna lipstik—yang sukses membuatku jadi bahan lawakan driver Ojol. Pikirnya, aku abis ngunyah arang kali gara-gara bibirku hitam semua—entahlah. Bodo amat!

Yang pasti, kemalangan ini semakin menggila saja. Terbukti dengan torehan kegagalan berikutnya, di mana aku harus molor nyaris empat puluh menit dari jam janjian. Akibatnya, udah jelaslah. Klienku—seorang selebriti kelas atas pemilik jadwal superpadat-mengular yang ngakunya sih, jauh lebih padat dari arus lalu lintas weekdays-nya ibu kota—pun mutusin buat cabut duluan.

Tau lah. Namanya lagi sial, mendadak everyone's being an asshole termasuk Google Maps sekali pun. Dibelain buat ngubek-ngubek jalan tikus, bukannya makin cepat sampai malah makin nyasar enggak tau di mana!

So, setelah apa yang udah kualami sejak pagi. Berlebihan enggak kalo kubilang, 'Eff you, Monday'?

Ya, gimana yah? Jujur, tertimpa peristiwa 'enggak terduga' semacam ini bukan suatu pengalaman baru. Persis kayak apa yang selalu tertulis di laman situs horoskop Zodiology. Seenggaknya, aku punya dua Senin di tiap bulannya yang bakal berakhir dengan berantakan.

God, asal transferan gaji hari ini jangan ikut berantakan juga, please! Huft!

Bersiap untuk menghadapi sesuatu yang mungkin 'enggak terduga' lainnya. Aku pun mencoba menguncir ringkas rambutku yang weekend kemaren baru saja di-dip-dye ala-ala rambut Irene Red Velvet zamannya baru debut.

Uh, kalo kata Selova sih, hasilnya cucok meong! Nggak usah diragukanlah. Duit emang enggak menipu. Pink terang adalah salah satu pilihan warna terjeniusku sepanjang tahun ini. Jauh upgrade dari warna sebelumnya di mana Bos Miko bahkan sampe menjulukiku Ariel Noah dengan kearifan hayati.

Serta, yah, ngomongin soal Bos Miko, akhirnya aku berhasil menginjakkan kaki di lantai lobi VER Corporation. Ibarat lagi setor nyawa, maka tinggal menghitung mundur saja waktuku buat 'mateng' terbakar oleh tembakkan lidah apinya seorang Jatmiko Sadewo.

Pulang dengan tangan kosong, andaikan di bawah tangan Pak Rega—Presdir terjulid seantero Nusantara—amukan lidah nerakanya pasti sukses bikin aku menulis surat resign tanpa babibu!

Hih! Amit-amit. Kalo boleh bilang, mulutnya adalah definisi sejati neraka dunia. Jangan sampai deh berafiliasi langsung sama dia. Seenggaknya nantilah, tunggu tabunganku gendut dulu, biar enggak bingung kalo mesti menganggur.

Sibuk mikir ini-itu sambil terus melangkah, kulihat pintu lift di pojok ruangan hampir tertutup. Niat hati sih, ingin lari mengejar biar bisa segera duduk di kubikelku dalam ruangan divisi branding, tapi suara lengkingan Brigita yang menyebut namaku otomatis mengacaukan segalanya.

Ugh! Harus yah situasi 'enggak terduga'-nya lagi-lagi dateng sekilat ini?!

Menghela napas panjang, aku kemudian berjalan lesu ke arah meja resepsionis yang berada di sudut kanan lobi, tepat di belakang kawasan sofa tunggu, Brigita—si empunya meja plus kuasa—udah mesam-mesem sambil menujuk-nunjuk ke sisi rambutku, wajahku, enggak ketinggalan seluruh penampilanku yang udah kayak...

"Abis manggung di mana hayo lho, Mbak Lib?" Oh, God! Kayak biduan dangdut banget emang?

"Biasalah, Gi. Senin. Kalo ada satu hal aja yang normal di semua Senin gue, satu VER gue traktir, deh," kataku.

"Wuih, serius nih? All you can eat yak, Mbak?"

"Jangankan all you can eat doang, makan di Sushi Ichi juga ayo aja." Ngebosin lebih dari dua ratus staf kantor pusat, alamat jual ginjal yang ada. Tapi, toh, hal itu nyaris mustahil buat terjadi. Karena selama dua tahun terakhir, Seninku selalu 'aneh'. "By the way, kenapa barusan lo manggil? Ada info apa?"

"Eh, iya." Brigita tampak bergegas mengambil sesuatu dari salah satu lacinya. "Ada titipan buat, Mbak Lib," ujarnya sambil mengangsurkan sebuah paper bag berukuran cukup besar.

Melongok apa gerangan isinya, aku refleks membulatkan mata begitu sadar ada pouch kesayangku yang tadi pagi kulempar asal ke atas kasur, sekarang justru tersimpan dengan manis di dalam tas kertas ini. Selain itu, aku juga punya dua box makanan berlogo rumah makan padang di sini.

"Yang nganter, tadi cowok bukan?" tanyaku lirih pada Brigita. Errgh, sebenernya aku udah punya jawabannya sih tapi, yah apa salahnya mastiin lagi?

"Iya. Kok, Mbak Lib tau?" herannya.

Tersenyum sumbing—yang juga merupakan senyum pertamaku sepanjang hari ini—aku lanjut memburu, "Pake topi item? Bajunya Polo shirts belang-belang zebra? Celananya blue jeans? Sepatunya putih dan baru dicuci dua hari lalu? Iya nggak?"

"Iya, iya, iya. Semuanya bener, tapi buat kapan dicucinya, ya saya mah mana ngerti."

Yang penting aku tahu kalau pelakunya memang Bang Bes. Siapa lagi owner rumah makan padang yang sebegitu perhatiannya kepadaku selain Jayendra Bestara?

Memeluk paper bag makin erat di dada, aku pikir Seninku yang superapes ini enggak akan mungkin ada obatnya.

Sempat hopeless juga waktu Bang Bes enggak kunjung membalas chat-ku yang ngomongin soal, aku kelupaan bawa wadah make-up dan terancam enggak bisa touch-up. Aku kira dia ogah buat mampir dulu ke kosan demi mengambil 'peralatan tempurku' sebelum jalan ke rumah makannya. Eh, taraaa! Dia malah bikin keajaiban di Senin sadisku.

"Betewe, Mbak Libra, Aktor Koreanya bakalan dateng hari ini kan, yah?" Brigita memecah paksa sesi tersipu-sipu yang sedang kualami. Dan, dia bilang apa barusan?

"Aktor Korea?" tembakku cepat sambil mengerutkan hidung bingung. "Maksudnya?"

Menyelipkan anakan rambutnya yang lepas dari cepolan ke belakang telinga, Brigita menjelaskan, "Itu lho, gosipnya kan ME mau ngadain produksi film kolaborasi sama pihak Korea gitu, kan? Terus, VER mau dipake buat lokasi syutingnya juga, kan? Mbak Libra belum tau?"

EBUSETTT GILA!

Awas aja kalo sampe gosip tersebut bukan hoaks. Gimana bisa sebagai salah satu staf yang berada di bawah lingkungan divisi marketing aku malah enggak tahu tentang kabar itu?

Ugh, sialan! Apa karena belakangan aku banyak habisin waktu di lapangan? Atau—

"Gosipnya lagi nih yah, Mbak." Suara Brigita yang sepertinya sengaja dialihmodekan menjadi bisikan kembali membelah lamunanku. "Aktor Koreanya tuh bukan tipe ecek-ecek lho. Denger-denger Oppa ini pernah main juga sama Song Hye Kyo! Eung, siapa sih kemarin tuh namanya? Cho ... Cho ... Cho..." Brigita menggantung kalimatnya. Kulihat dia mengedip-ngedipkan kelopak matanya banter kayak yang lagi menyaksikan sesuatu hal enggak biasa. Tepat sekali. Detik berselang, dia komat-kamit, "Yang itu ... kali yah, Mbak, Oppa-nya?"

Buru-buru memutar kepala, di luar gedung tampak ada segerombolan kecil laki-laki berbaju hitam. Bodyguard? Sepertinya iya. Tubuhnya kekar-kekar. Tampangnya juga asing. Menggulirkan pandangan ke tengah perkumpulan, berdirilah sesosok laki-laki berkulit superputih bin pucat. Iya, orang Korea memang kulitnya begitu semua sih, cuma orang ini lain. Masa dia lebih putih dari Irene Red Velvet?! Gila aja!

Tapi, yang lebih gila lagi dari itu adalah aku kok merasa pernah kenal? Bukan karena aku pernah nonton filmnya atau apa. Tapi, ya, gimana ya? Rasanya, sebelum ini kami sempat ketemu. Meski begitu, jauh di dasar hati kecil sana, aku punya feeling bakal menyesali pertemuan ini atau pertemuan sebelum ini. Entahlah.

Dia ....

“Jung Jaehyun!" Bukan suaraku atau pun Brigita. Terus suara siapa?

***