"Rian, kamu ga apa-apa?"
Riana kembali membuka matanya. hal pertama yang dilihatnya adalah tiga siswi di depannya dan di belakang Albi masih berdiri disana, memberikan tatapan remeh. Ia kemudian sadar jika kepalanya basah akibat dilempari telur. Riana mengirimkan tatapan tajam sebelum akhirnya ketiga gadis itu keluar dari aula. Riana lantas melirik Albi yang ternyata sudah menjadi tamengnya dari lemparan telur sampai membuat punggung pemuda itu terkena beberapa butir telur.
"Kamu ga apa-apa,\ 'kan? Ayo kita ke UKS." kaa pemuda itu khawatir lantas menarik pergelangan tangannya dan bergegas menuju UKS. Albi sengaja mengambil jalan yang jarang dipintasi oleh orang-orang agar Riana tidak malu.
Ditengah jalan, Riana menarik tangannya. Albi membalikkan badan sambil menatap heran namun masih khawatir.
"Ngapain ke UKS? Harusnya kita ke kamar mandi." Riana berujar tenang.
Albi terdiam sejenak. "Itu juga boleh."
Riana tersenyum tipis, mengendus baju lengannya yang berbau amis. Ketiga cewek jelek itu sengaja memilih telur yang busuk yang sangat menyengat. Riana segera menjauhkan wajahnya. Baunya sungguh busuk dan seketika ia merasa jijik.
"Kamu bawa baju ganti 'kan?"
"Bawa. Baju olahraga."
"Kamu tunggu disini, ya, atau tunggu di toilet lantai satu samping perpustakaan. Aku ambilin baju kamu--"
"Baju kamu juga." Riana memotong cepat. Apa Albi tidak merasa kalau punggungnya itu basah karena dilempari telur busuk? Albi menaikkan kedua alisnya. Masih tidak menangkap situasi. Riana meraih tangan Albi kemudian mengarahkannya ke punggung pemuda itu agar merasakannya sendiri.
"Oh."
Riana menggeleng-geleng kepala. Ternyata selama lima tahun tidak bertemu, ada sisi lain Albi yang masih ia tidak ketahui.
"Nitip baju, ya, Al. "
"Oke. Tungguin disana. Nanti aku nyusul."
Riana mengawasi dari belakang. Mengapa Albi buru-buru sekali?
Ting!
from: rimineana_luv
kamu pindah kemana? aku ga liat kamu di sekolah hari ini.
Reply (21)
*****lylly: apaansih. dasar ganggu
****80mn: njir penguntit. serem.
****gian: lo jangan macem-macem sama kak rian ya.
***tvay: dih obsess bngt. ngeri bgt gue. stay safe kak rian.
Riana memutar bola matanya malas. Orang yang sama mengomentari postingannya lagi. Riana mengetik balasan yang terkesan bercanda.
Reply from rrianna_na: @rimineana_luv pindah kehatimuuuuu
Sedetik setelah balasan itu terkirim, Riana langsung keluar dari aplikasi instagramnya. Terserahlah balasan apa yang akan keluar dari akun itu lagi. Namun, Riana tidak kuasa ingin mengecek kembali postingan instagramnya. Setelah berpikir lama, Riana memutuskan untuk mengecek kembali tetapi kedatangan bola basket dari arah lapangan menabrak ponselnya. Bunyinya sangat membuat ngilu. Ponselnya membentur semen yang membuat layarnya retak dan mati.
Riana menutup bibirnya. Kedua mata membulat tidak percaya. Bagaimana bisa? Riana langsung melihat ke arah lapangan. Seseorang menghampirinya masih menggunakan baju basket.
"Sorry. Kita ga sengaja. Lo ga apa-apa?"
"Gue nya sih, oke. Tapi ponsel gue k.o." Riana menunjuk ponselnya di seberang jauh mental. Orang tersebut nampak tidak tahu harus bagaimana, menggaruk lehernya tidak gatal.
"Gue harus tanggung jawab, kan?"
"Menurut lo?" Riana memberikan tatapan tajam. Maksud cowo ini apa menanyakan hal itu? Apa ia mau lari dari tanggung jawabnya karena kecerobohannya sendiri? Riana sudah ancang-ancang menyiapkan tangan untuk memegang cowo ini jika cowo itu mau kabur.
"Oke. Gue bakalan tanggung jawab." Cowo itu menoleh ke lapangan lalu berteriak pada temannya. "Dompet gue dong!"
Riana melipat kedua tangan di depan dada sembari menunggu temannya memberikan cowo itu dompet sekaligus tasnya. Riana anteng menunggu cowo itu mengeluarkan beberapa lembar uang nominal seratus ribu dan memberikan kepada Riana.
"Ini buat gantiin tempered glass nya yang retak dan perbaikin yang lain-lain."
"Makasih."
Cowo itu kembali ke lapangan dan Riana memungut ponselnya. Cukup parah di bagian layar tapi bagian belakang dan kamera masih aman. Kondisi ponselnya ternyata mati total tidak bisa dihidupkan. Riana menghela nafas. Ada-ada saja hari ini. Sudah dilempari telur, ponselnya juga terlempar ke semen oleh bola basket.
"Rin!"
Riana seketika merasa bersalah. Ia janjian dengan Albi di kamar mandi tapi ia masih disini.
"Sorry, Al. Aku ada urusan tadi..."
"Tapi itu ponsel kamu kenapa?" Albi langsung menyadari. Riana menunjuk ke lapangan. Tanpa penjelasan, Albi langsung mengerti. Riana bimbang. Ia ingin mengajak Albi untuk menemaninya memperbaiki ponselnya tapi cowo itu sepertinya ada rapat OSIS.
"Nanti kita perbaikin. Pulang nanti tungguin di parkiran, ya. Aku temenin," kata Albi dengan perhatiannya yang masih pada ponsel Riana sementara gadis itu mengangguk kecil, tersenyum tipis.