Who Is Ego? : Her Secret

Who Is Ego? : Her Secret

secretdaymare

0

Hari ini sepulang kuliah aku melihatnya lagi. Gadis itu ada di dekat pemberhentian bus lagi. Ia berpakaian serba hitam seperti baru pulang melayat dari suatu tempat. Selalu berdiri di tempat yang sama. Bahkan walau ada tempat duduk yang kosong, ia selalu berdiri di trotoar.

Ini sudah kali ketiga aku melihatnya dalam posisi yang sama. Aku masih tidak mengerti apa yang sebenarnya ia tunggu. Terakhir kali aku melihatnya, tatapan kami bertemu. Aku duduk di dalam bis memandangnya dari jendela setengah melamun. Sedangkan dia berdiri menatap lurus seolah memang sengaja melihat ke arahku.

Semula kupikir dia mungkin tidak melihatku, tapi hari ini, dia lagi-lagi memandangku dengan ekspresi beku yang sama. Aku sedikit merinding. Apa yang dia inginkan? Jangan-jangan dia menguntitku?

Tapi aku segera membuang pikiran itu karena aku sadar tidak ada alasan untuk melakukan itu. Aku hanya mahasiswi biasa yang tidak punya banyak uang, pergaulanku sempit dan aku mahasiswa kupu-kupu, alias kuliah pulang kuliah pulang. Tak ada alasan untuk tertarik padaku. Pasti dia hanya kebetulan ada disana, mungkin dia juga mahasiswa sepertiku.

Akhirnya aku bertekad untuk menyapanya jika bertemu dia lagi besok. Aku memang selalu menaiki bis— lima hari dalam seminggu. Aku menggunakan bis sebagai sarana transportasi untuk pulang pergi kos - kampus. Dan aku selalu sendirian karena aku memang tidak berharap ditemani. Aku lebih suka sendiri.

Seperti biasa, aku berjalan lagi hari ini menuju pemberhentian bis sambil mempersiapkan diri Aku merangkai kalimat dalam pikiranku, bagaimana aku akan menyapanya. Nah, dia ada disana. Aku menghampirinya, berdiri di sebelahnya. Menengok sebentar ke jalan sambil mempersiapkan diri memecah hening. Tidak ada bis yang lewat dan halte ini sepi. Aku berdehem.

"Halo, sepertinya kita sering sekali bertemu disini. Apa kau juga mahasiswa sepertiku?"

Hening.

"Ah, aku bukan orang aneh," ucapku menimpali tergagap. "Aku hanya merasa sering melihatmu jadi kupikir mungkin kau juga mahasiswa. Namaku Selena, siapa namamu?"

Dia masih bergeming. Sama sekali tidak ada respon. Seolah aku tidak disini dan dia tidak mendengarkan aku bertanya kepadanya. Aku memutuskan untuk menunggu, barangkali ia sedang berpikir bagaimana harus menjawabku— sama seperti aku sering berpikir bagaimana menjawab jika seseorang menghampiriku tiba-tiba. Tapi, tidak ada apapun. Dia tetap tak berkutik dengan wajah menatap ke depan.

Aku mengepalkan tangan, merasa kesal dan juga malu di saat bersamaan. Kuhela napas keras sebelum akhirnya mundur menjaga jarak. Dalam hati merasa menyesal sekali karena bersikap sok ramah dan justru mendapat pengabaian. Orang seperti dia yang membuatku malas bersikap ramah tamah. Aku hanya bisa berharap agar bisku segera datang.

Sepuluh menit berlalu seperti sepuluh abad. Akhirnya bisku datang. Aku buru-buru berdiri dan saat itulah aku melihat gadis itu ikut berjalan menaiki bis. Aku mengernyitkan kening heran. Padahal selama ini dia tidak pernah menaiki bis yang sama denganku?! Dia selalu berdiri disini saat aku naik.

"Ah sudahlah itu bukan urusanku."

Aku duduk di dekat jendela seperti biasa. Kali ini, aku melihat lekat-lekat spot tempat dia biasa berdiri yang kini kosong. Rasanya sedikit aneh— karena dia selalu ada disana dengan mata gelapnya yang menancap padaku. Kucoba menahan keinginan untuk tidak melirik ke arahnya.

Setelah dua pemberhentian, aku bersiap untuk turun. Di pemberhentian ketiga, aku turun. Yang mengejutkan adalah gadis itu ikut turun bersamaku. Sekuat tenaga aku mengabaikan dia.

Anak ini aneh... aneh sekali. Selama ini rumahnya ada di lingkungan yang sama denganku? Kalau begitu kenapa kami tak pernah menaiki bis yang sama? Atau, dia hanya ingin berkunjung ke rumah seseorang kali ini? Namun meski dirundung begitu banyak pertanyaan aku masih tidak berniat menyapa atau bertanya langsung padanya. Setidaknya, tidak setelah terang-terangan diacuhkan. Aku masih punya harga diri.

Maka, aku langsung berlalu, berjalan meninggalkan pemberhentian menuju kosanku yang letaknya kurang dari 200 meter dari halte. Aku raih earphone dari tas dan menghubungkannya ke ponsel, mulai memilih lagu. Namun ketika akan mematikan layar, melalui pantulan di ponsel, aku menyadari seseorang berada tak jauh di belakangku.

Sial, gadis aneh itu berjalan beberapa meter di belakangku?!? Aku merinding. Ini mulai tidak lucu. Sebenarnya gadis itu siapa?

Aku mulai berlari panik. Kenapa? Kenapa dia mengikutiku?! Karena aku mengajaknya bicara? Ya Tuhan sebenarnya ini ada apa?!

Nafasku terengah-engah. Aku menoleh ke belakang dan merasa lega ia sudah tidak ada siapa-siapa. Tadi itu gila. Aku belum pernah memiliki pengalaman seperti ini. Sebenarnya cewek itu kenapa, apa dia tidak waras?!

Aku memutar kunci kamar kosku dua kali… Dia ada disana… di dalam kamarku. Duduk di atas ranjangku yang penuh dengan tumpukan pakaian. Tatapannya datar.

"Apa kau tidak ingat aku?"