Wherever You Are

Wherever You Are

Hellodin

0

"Baik pak," ucapku sembari membereskan kembali notulen rapat yang baru saja dilaksanakan. Menjadi seorang document controller pada sebuah proyek konstruksi memerlukan ketelitian dan kegesitan dalam mengerjakan pekerjaan, harus selalu on time saat diperlukan, kapanpun itu, karena semua data proyek mostly aku yang pegang. Awalnya ku kira pekerjaan ini sangat mudah, hanya tinggal mengumpulkan data dari bagian teknik, lalu membagikannya saat diperlukan, tetapi ternyata saat dijalankan sungguh tidak sesederhana dan semudah itu, aku lupa bahwa ada hal - hal lainnya yang harus dikerjakan olehku, itu hanya satu dari deretan tugas yang aku kerjakan

Seperti malam ini, tepat pukul setengah satu dini hari, aku dikabari melalui telepon oleh atasanku bahwa akan diadakan rapat mingguan di kantor dan aku ditugasi untuk menyiapkan bahan, tempat dan lainnya, termasuk untuk menghubungi teman sekantorku, yang aku yakin saat aku hubungi, mereka sudah diambang alam mimpi atau malah sudah jatuh ke sana.

"Akhirnya sudah selesai juga ya. Bisa tidur lagi deh." aku tersenyum mendengar celoteh dari Hani. Hani adalah teman sekamarku, dia yang paling awal tapi juga menjadi yang orang terakhir yang sukses  aku bangunkan.

"Maaf ya mengganggu istirahat kalian, tapi ini urgent sekali, sayang kalo tidak langsung dieksekusi." Aku mengangguk paham, aneh tapi selama setahun berada di dunia kontruksi ini, aku sudah hafal betul bahwa atasan - atasan seringkali memiliki "ide" saat menjelang dini hari. Katanya sih, tiba - tiba aja dapat wahyu untuk solusi - solusi yang sedang dialami di dalam proyek. Makanya ga heran kalo pekerja proyek banyak yang sering lembur, selain mengikuti ritme kerjaan yang padat juga dituntut untuk "selalu ada" dalam kondisi dan situasi apapun.

"Yuk aku antarkan, Han, Sya," ajak Malik padaku dan Hani sembari membuka pintu mobilnya. Kami tanpa pikir panjang langsung menaiki mobil Malik yang sudah teraparkir di depan. 

"Sya, pagi nanti ada agenda ke konsultan kah?" tanya Malik pelan, takut omongannya membuat Hani yang duduk di belakang kami bangun. Aku berfikir sejenak sembari mengingat jadwal kegiatanku hari ini.

"Iya sepertinya sekitar jam setengah dua siang, kenapa Mal, kamu mau nebeng juga? atau mau nitip berkas buat ditandatangani?"tanyaku curiga.

Hampir seminggu penuh biasanya aku selalu menemui konsultan atau pun owner, entah untuk mengantarkan  surat izin, Gambar kerja dan dokumen penting lainnya atau hanya sekadar menghadiri rapat yang diadakan di sana. Kehadiranku di kantor seperti banyangan, hush, seketika ada, seketika tidak ada. 

Rata - rata orang kantor akan menanyakan jadwalku untuk menitipkan berkas pada konsultan atau owner. Katanya sayang, mending untuk mengerjakan kerjaan lain di kantor. Aku maklum, mengingat jarak tempuh kantor kami dan kantor konsultan atau pun owner yang berjarak satu jam an, belum lagi kalo macet bisa menghabiskan sekitar dua jam.

Kalo dipikir - pikir melelahkan juga, bahkan kali pertama aku masuk kerja, aku langsung terkena sakit saking lelahnya. Tak hanya lelah fisik tapi juga lelah fikiran karena tekanan yang diperoleh dari pekerjaan ini.

Malik tertawa kecil, " Nggak, nanya aja. Berarti bisa ya makan siang bareng nanti?"

"Makan siang di mana? bareng - bareng sama anak- anak?"

Malik menggeleng pelan," No, berdua aja. Just me and you."

"Nggak mau, bukan muhrim."

"Alah alah," ucapnya sembari tertawa, "Gyukaku?"

"Mau."

***

Aku mengenal Malik sudah setahun ini, dia rekan kerjaku di bagian Quantity Surveyor atau kami biasa menyebutnya QS, serumpun dengan Divisi Teknik tempatku bekerja. Dia enam tahun lebih tua dariku, dia pintar lulusan dari universitas negeri bergengsi di Indonesia. Sesekali jika mengingat fakta itu aku minder .

Tapi dia selalu memperlakukanku dengan sangat baik, membantu mengajariku pekerjaan yang aku tidak paham dan hal lainnya sering ia lakukan. Seperti siang ini, Malik mentraktirku gyukaku tanpa alasan yang jelas.

katanya sih sedekah jumat, aku tidak mau ambil pusing, hanya mau bersyukur aja karena bisa makan gyukaku siang ini secara gratis.

Bagiku, gyukaku adalah makanan terenak juga makanan terakhir yang akan aku pilih untuk membelinya, alasannya ya apalagi selain mahal.

Dan funfactnya adalah aku pertama kali makan makanan ini karena diajak oleh Malik, siang ini menjadi kali ketiga aku mengunjungi restoran ini bersama Malik.

"Tuh, nambah lagi pudingnya,"ucap Malik setelah melihatku lahap memakan puding seperti biasanya.

Aku menggeleng pelan, "Nggak ah, udah makan banyak aku."

"Yaudah, makan es krim aja kalo gitu," Malik mengambilkan eskrim untukku, aku menerimanya dan langsung melahapnya.

"Mas, kenapa sih ajak aku ke sini," tanyaku penasaran.

"Kenapa, bosen? ini baru kali ketiga kok udah bosen."

"Bukan itu," sanggahku. 

"Terus kenapa?"

"Kenapa ngajak aku bukan yang lain?"

Dia berfikir sejenak sambil melihatku, " Yang lain berisik."

Aku mengangguk - angguk mengerti. " Kenapa nanya gitu? kamu keberatan ya? atau bosen?"

"Nggak sama sekali kok, aku senang, makasih ya mas. Lain kali aku yang teraktir ya."

"Traktir Gyukaku?" godanya, "Ish, yang pastinya enggaklah, KFC aja ah, murmer enak."

Kami tenggelam dalam tawa siang itu, entah mengapa siang ini aku ingin berdoa, semoga ini tidak berakhir dengan cepat.