“Dert...dert.......dertt...”, getar alarm memaksa mata ini terbuka, kulihat pada layar ponselku, ternyata masih pukul 3.30. aku memejamkan mata lagi, sesaat kemudian aku teringat drama yang sudah aku tonton.
“Apakah kau akan menungguku kembali tanpa ada orang baru ?”, tanya perempuan dalam drama itu.
“Iya, aku pasti menunggu mu”, jawab laki-laki didepannya.
"Jika aku tidak kembali bagaimna?”, tanya perempuan itu lagi.
“Maka kau yang harus menungguku meyusul mu?”. Lalu mereka berdua menangis haru dan berpelukan. Aku tersenyum tipis mengingat drama itu, ada perasaan sedikit iri.
“Hahahha... hanya drama”, gumamku. Namun tanpa aku sadari ternyata air mataku menetes, sembari melihat langit –langit kamar ku. Otakku mulai banyak berfikir entah apa-apa yang melintas coba aku terka. Ternyata aku masih sama, ternyata aku tidak pernah benar-benar berjalan melewati waktu ku.
Getar ponsel membuat ku kembali terbangun, ternyata telfon dari mba aluh. Degan sedikit lesu aku mengangkatnya.
“Noya, kamu akan masuk kerja atau tidak? Dari tadi mba chat kamu kok ga bales sih!?”, tanya mba aluh langsung dari balik telfon.
“Kerja mba.”, jawab ku dengan lemah.
“Astaga noya, kamu pasti baru bangun ya? Ini sudah jam berapa sih, kamu pasti begadang lagi ya?, tanya nya lagi.
“Ini masih sangat pagi mba, ayoolah mba, santai saja”, jawab ku lagi dengan nada masih lemah.
“Apa? Masih sangat pagi? Noya ini sudah jam 7.20”, jawab mba aluh dengan nada sedikit naik.
“Astaga iyakah? Mba klo mw ikut sama aku boleh, tapi sepertinya akan terlambat. Udah dulu ya mba aku mw siap-siap dulu”, aku lansung menutup telfon dan berlari menuju kamar mandi.
Aku tidak sempat sarapan, tidak memakai polesan apapun diwajah ku. Tidak sempat memanaskan motor, aku lanngsung tancap gas menuju kantor. Sampai dikantor orang-orang sudah mulai apel pagi cek pasukan, ini kali kedua aku terlambat dan dalam bulan ini aku hanya memiliki satu kali kesemptan untuk terlambat. Aku langsung memarkirkan motor dan lari menuju barisan paling belakang.
Setelah selesai apel, aku dipanggil oleh divisi disiplin. Memberikan peringatan oleh ketua divisi disiplin.
“Noya, satu kali lagi kamu terlambat, kamu akan dihukum lari keliling taman depan 5 set. Mengerti?!”, ucap bapak ketua divisi dengan lantang.
“Siap komandan”, aku mennjawab singkat, memberi hormat dan lasngung kembali keruangan ku.
Masih pukul 8, aku menyiapka laptop dan peralatan kerja. Belum sempat aku duduk di kursi ku, bapak ketua divisi program datang.
“Noya, tolong kamu ikuti zoom pertemuan hari ini ya. Sekarang bapak kirim link nya.
“Siap komandan”, jawab ku singkat.
- - -##- - -
“Halo selamat pagi, kami dari perusahaan Golden Things akan mengadakan rekruitmen tenaga keamanan di perusahaan kami, kami mengundang bapak ibu dari perusahaan keamanan lokal yang memang memiliki grad A dalam pelaksanaaan tugas keamanannya. Dalam kesempatan ini saya dari divisi personalia akan mengirimkan beberapa rincian mengenai rekruitmen ini…………..……. ” (suara dari zoom meeting yang sedang berlangsung).
Aku tidak terlalu memperhatikannya, aku hanya bermain ponsel sambil mendengarkan saja.
“Oke demikian zoom kali ini, saya harapkan bapak ibu memeriksa kembali file yang saya kirimkan guna tindak lanjut kerjasama kita, trimakasih” (langsung menutup zoom).
Setelah 45 menit zoom meeting itu berakhir. Aku langsung keluar dari ruangan karena aku belum sarapan dan rasanya sangat lapar. Kebetulan bang zaky dan bapak ari (ketua divisi program) sedang keluar untuk menghadiri pertemuan lain. Aku langsung menuju ruangan Tina (teman pertama ku ketika baru masuk di perusahaan SGH ini).
“Hello….”, dengan suara tidak terlalu besar aku mengintip dari balik pintu, sambil mencari sosok Tina diantara gadis-gadis yang ada.
“Tina…. Tin….”, panggil ku berbisik.
“Iya, kenapa mba Noy?”, jawab Tina sambil berjalan menuju pintu.
“Sarapan”, jawabku sambil menujukkan jam yang ada ditangan ku.
“Oke…”, jawab Tina singkat.
Kami berjalan menelusuri lorong, melewati beberapa ruangan divisi lain. Karena kantin ada dibagian belakang gedung kantor. Sesampai dikantin suasana disana sudah agak sepi, tapi ternyata disana ada senior, mantan Tina yang sedang sarapan.
“Eh Tin…”, panggil ku dengan suara berbisik, dan sambil memberikan kode mata.
“Oh.. iya ga pp, udah lewat”, jawab tina singkat.
Aku hanya tertawa kecil, sambil berjalan untuk mengambil makanan.