
VENESIA UTARI SUBANDRIO itulah nama lengkapnya dan "Ve" adalah sapaan akrabnya. Ia adalah seorang wanita cantik yang memiliki pekerjaan sebagai penulis buku senior di sebuah penerbit ternama di ibukota. Ve, terkenal cerdas dan mandiri, namun ia merasa sangat kesepian karena belum menemukan pasangan hidup. Padahal usianya beberapa tahun lagi akan memasuki kepala tiga. Meskipun berparas cantik jelita, Ve tidak muluk-muluk dalam mencari kriteria pria idamannya. Ia hanya ingin pria yang baik hati dan setia.
Ve duduk sendirian di teras kafe, mengenang kembali kisah cintanya dengan Doni tujuh tahun lalu, saat mereka masih kuliah di salah satu universitas ternama di Jakarta. Dia teringat bagaimana mereka bertemu, dan betapa indahnya saat-saat pertama mereka bersama.
Ve dan Doni, adalah dua mahasiswa semester lima yang menempuh jurusan yang berbeda. Ve memilih jurusan sastra Indonesia karena dia memiliki passion yang besar terhadap sastra, sedangkan Doni memilih jurusan akuntansi karena dia ingin mengikuti jejak ayahnya yang sukses sebagai seorang akuntan.
"Kenalin, aku DONI TRISTAN LOWEL VERNON atau sering dipanggil dengan nama “Doni”, ini baru masuk semester 5, fakultas kita sebelahan kok. hehe" ucap Doni dikala ia memperkenalkan diri pertama kali pada Ve.
Doni, yang saat itu merupakan ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sering mengajak Ve untuk bergabung dalam kegiatan sosial. Ve, yang pada awalnya sangat pemalu, akhirnya merasa nyaman dengan kehadiran Doni dan mulai membuka diri.
"Hai, Ve! Ada kegiatan sosial yang diadakan oleh BEM nih. Aku sebagai salah satu anggotanya, ingin mengajakmu untuk ikut bergabung." Ungkap Doni
"Oh, kegiatan sosial apa itu, Doni?" Tanya Ve
"Kita akan membantu memperbaiki kondisi lingkungan sekitar kampus dan juga melakukan bakti sosial. Kita akan terbagi beberapa kelompok untuk melakukan sosialisasinya." Jelas Doni.
"Menarik sih, tapi aku ragu apakah aku bisa ikut karena jadwalku cukup padat akhir-akhir ini." Ujar Ve.
"Tenang saja, Ve. Kegiatannya dilaksanakan pada akhir pekan kok. Jadi kamu tidak perlu khawatir akan mengganggu jadwal kuliah." Terang Doni yang mengharapkan keikutsertaan Ve dalam kegiatan itu.
Ve merenung sejenak. Meskipun ia masih merasa belum terlalu kenal dengan Doni, namun dia merasa bahwa kegiatan sosial ini cukup menarik dan bermanfaat. Akhirnya, Ve setuju untuk bergabung.
"Baiklah Doni, aku coba ikut. Tapi, mohon bantuannya ya, soalnya aku belum terbiasa gabung di kegiatan sosial." Jawab Ve berharap ia bisa melakukan yang terbaik.
"Tentu saja, Ve. Aku bakal bantu kalau kamu mengalami kesulitan nanti." Doni meyakinkan wanita cantik itu.
Lama kelamaan, mereka semakin dekat dan tumbuh sedikit rasa yang entah orang menyebutnya apa, dan rasa itu tumbuh di antara mereka. Doni sangat perhatian pada Ve dan selalu mencari tahu keadaannya, sedangkan Ve merasa nyaman dengan kehangatan dan kebaikan Doni.
Harus Ve akui kalau Ia merasa ada perasaan lain yang terus mengusik hatinya. Dia merasa tak bisa menahan perasaannya pada Doni. Meskipun ada sebagian teman-teman kuliahnya yang mengatakan kalau Doni itu sebenarnya adalah seorang playboy dan mungkin takkan pernah bisa menjadi pasangan yang setia, tetapi Ve tidak begitu menghiraukannya dan tetap saja merasa terpesona pada Doni. Bahkan, ia seringkali menerima perhatian penuh dari Doni dengan kata-kata romantis yang spesial. Sampai akhirnya mereka berpacaran dan melakukan aktivitas bersama selama satu semester itu.
****
Suatu hari, saat Ve sedang asyik mengerjakan tugas di perpustakaan kampus, tiba-tiba ponselnya bergetar. Setelah melihat pesan tersebut, dia terkejut membaca isi pesan yang dikirim oleh Dom, salah satu teman akrab Doni.
"Ve, kamu harus tahu. Doni sedang berselingkuh dengan Sely di lab bahasa malam ini." Tulis Dom dalam pesan itu.
Ve merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia baca. Dia merasa seperti disambar petir. Padahal ia baru saja merasakan apa itu cinta dan membuka hatinya pertama kali untuk seorang pria, bernama Doni.
"Yang bener Dom ? Apa kamu yakin dengan apa yang kamu bilang, Dom?" Tanya Ve serius dan seperti tidak menerima pesan tersebut.
"Ya, Ve. Aku melihat mereka dengan mata kepalaku sendiri. Kamu harus tahu kebenaran ini, Ve." Balas Dom lewat pesannya.
****
Ve berjalan sendirian di koridor laboratorium bahasa pada malam itu dan seketika ia melihat sepeda motor sport milik Doni terparkir di halaman depan lab bahasa. Tidak seperti biasanya Doni ada di tempat itu. Ia juga tidak bilang sama Ve kalau Ia mau kesana. Namun, yang janggal adalah ada sepasang sepatu cantik di sebelah sepatunya Doni. Mata Ve langsung tertuju ke arah itu dan langsung berpikiran yang macam-macam. Tapi, dalam hatinya masih berusaha tenang, mungkin saja pemikirannya salah dan apa yang disampaikan Dom tadi tidak benar.
Ve memberanikan diri masuk ke lab itu dan membuka pintu pelan-pelan hingga suaranya tidak terdengar oleh siapapun kecuali angin yang berhembus lembut masuk pada malam itu. Di barisan ketiga, tepatnya di balik komputer itu ada dua orang yang sedang berduaan. Ve memberanikan dan meyakinkan dirinya dan apa yang dilihatnya adalah benar-benar tidak ia sangka sebelumnya. Ia melihat Doni bersama dengan teman kuliahnya, Sely, sedang berpelukan dan berc*mbu-c*mbuan di tempat itu. Dunianya seperti runtuh. Ve merasa hatinya hancur, dia merasa sangat terluka melihat itu dan sudah salah besar karena telah mempercayai Doni. Hatinya begitu sakit. Kemudian, ia langsung pergi berlari meninggalkan suara jejak kaki yang sampai terdengar oleh Doni. Lalu, Doni tiba-tiba melihat dan mengejar suara tapak kaki itu, dan benar saja apa yang dilihatnya yaitu Ve sedang berlari sambil menutupi wajahnya sembari menangis.
****