Turn Back to Our Story

Turn Back to Our Story

Trispa Diana

5

Aku memiliki sahabat laki-laki yang bisa dibilang dia soulmate aku. Hubungan ku dengannya hanya sebatas sahabat. Persahabatanku dengannya sudah berlangsung lama sedari kecil.

Diawal masa kecil kita mungkin bisa dibilang itu cinta pertamaku dan begitu pun dia, aku adalah cinta pertamanya juga. Zaman sekarang sih menamakannya cinta monyet. Kalau udah besar disebut cinta gorilla kali yah.

Waktu kecil saat aku akan pindah sekolah SD dan akan pindah rumah juga, tepat di hari terakhir aku disekolah disana yang sama sekolah dengannya juga. Saat itu kita sedang kelas 3 SD. Dia memberikan aku sepucuk surat yang tidak tau apa isi nya.

“Zahra, kamu mau pindah sekarang?” tanyanya Akmal kepadaku.

“Iyah, kesini aku cuma mau ngurus surat kepindahan saja dari sekolah” jawabku kepadanya.

Keadaan disana sedang ramai karena saat itu merupakan hari pertama sekolah setelah libur Panjang kenaikan kelas. Jadi seluruh siswa diwajibkan untuk bersih-bersih semua kelas dahulu sebelum memulai kegiatan sekolah.

Jadi saat itu banyak yang melihat interaksi aku dengan Akmal. Aku tidak ambil pusing karena memang aku dikenal gadis yang humble yang dekat dengan siapa saja. Ya walaupun tidak dipungkiri sih mungkin alasan laki-laki dekat denganku karena menyukaiku. Kalau teman perempuan ya karena memang ingin berteman.

Dulu di saat aku masih sekolah tidak ada yang namanya bully jadi semuanya kita berteman saja. Ntah karena dulu aku sekolah di desa jadi sifat kekeluargaan yang tinggi atau memang semua orang zaman dulu itu baik tidak akan menjelekkan orang lain. Aku tidak tau alasannya tapi yang pasti aku bersyukur tidak merasakan itu.

“Zahra ini…” Akmal memberikan aku surat setelah dia melihat kondisi disana seperti apa. Walaupun malu-malu akhirnya Akmal berani memberikan aku surat.

“Ciee-cieee…” lalu terdengar ejekan dari semua teman-teman yang ada disana. Malu memang malu tapi aku yakin dia pun bingung mau memberikan surat itu dimana lagi. Karena aku kesekolah dengan orang tua yang sedang mengurus surat kepindahan aku yang ada diruang kepala sekolah. Dan setelah urusan itu beres aku pun langsung pulang menuju sekolah baru dikota.

“Dibacanya nanti aja dirumah, semoga kita tidak putus komunikasi yah dan kamu tetap ingat aku” lanjutnya Akmal kepadaku.

Dan aku pun mengambil suratnya lalu menyimpannya ke dalam tas sekolah aku.

Aku dan Akmal melihat sekitar kita, dan ternyata semua orang berfokus kepada kita dan semuanya sedang tersenyum kepada kita.

Setelah itu datang lah kedua orang tua ku dan guru-guru ku. Aku pun menghampiri mereka untuk segera berpamitan.

“Belajarnya tambah rajin yah kalau disana. Yang baik sama teman-teman disana. Jangan lupa sama teman-teman yang ada disini” nasehat dari guru ku saat aku berpamitan kepadanya. Aku pun membalasnya dengan tersenyum saja.

Setelah itu aku pamit kepada teman-teman aku.

“Jangan lupain kita yah”

“Jangan putus komunikasi”

“Inget sahabat kamu ini yah”

“Yang pinter yah disana”

“Baik-baik sama teman disana”

“Ya Akmal kasian ditinggal jauh sama Zahra”

Dan banyak lagi ucapan yang diberikan teman-teman kepadaku. Aku hanya tersenyum dan berpelukan bersama mereka. Setelah itu aku pun pulang. Aku pun masih sempat berpamitan kepada Akmal.

Itu pun terakhir kalinya aku ketemu dan berinteraksi dengan Akmal dimasa kecil aku. Karena dulu handphone masih jarang dan saat diusia itu aku tidak diperbolehkan memiliki handphone sendiri.