Diatas sebuah tiang listrik yang berada di sudut jalan yang cukup sepi, terlihat sesosok bersayap hitam dan putih di punggungnya tengah berdiri memandang kearah sudut gang dibawahnya. Sosok itu memegang sabit biru besar di tangan kanannya yang ia letakan diatas pundak. Rambutnya yang pendek berkibar diterpa angin hingga menutupi sebagian wajahnya, ditambah tidak ada sinar bulan membuat wajah sosok itu tidak terlihat.
Sosok itu menatap kearah sudut gang dimana disana berdiri seorang gadis yang berjalan tertatih menuju gang itu. Setelah tak lagi terlihat, sosok itu menghilang dalam kilatan cahaya biru.
Sementara di dalam gang kecil itu, seorang gadis berjalan tertatih dengan bantuan tangan kanannya yang bertumpu pada dinding gang, sementara tangan kirinya memegangi bajunya yang sudah penuh berlumuran darah.
Gadis itu berambut panjang dan memiliki wajah yang sangat cantik, hanya saja terlihat pucat. Ditambah sebuah luka di pipi dan darah di sudut bibirnya, namun tidak mengurangi kecantikan wajahnya.
Sesampainya di ujung gang, terlihat sebuah bangunan dengan tulisan rumah sakit didepannya. Ia pun berjalan menuju tempat itu.
Didalam sebuah ruangan cukup besar yang terlihat rapi dengan segala peralatan medis serta sebuah tempat tidur periksa sebagai isinya, serta sebuah meja berukuran sedang dimana ada seorang gadis berpakaian jas putih tengah tertidur bersandarkan pada meja didepannya.
"Dr. Virza! Dr. Virza! Keadaan darurat! Gadis ini tidak bernapas! " pintu ruangan dibuka secara tiba-tiba, dua perawat berteriak panik membuat sang dokter terbangun dengan wajah bingung.
Virza bangkit dan segera menyusul kedua perawat yang tengah mendorong sebuah ranjang dorong menuju ruang gawat darurat.
"Apa yang terjadi!?" tanya virza yang mengekor dari belakang.
"Kami tidak tahu. Kami baru saja hendak pulang saat melihat gadis ini berjalan tertatih lalu ambruk didepan rumah sakit. Kami segera membawanya masuk, tubuhnya sudah penuh darah. Oh my god! Apa yang harus kita lakukan?" Salah satu perawat terus mengomel panic.
"Ok. Sekarang kalian tenang, aku perlu bantu kalian untuk operasi. " Jawab virza dengan tenang. Keduanya mengangguk dan meninggalkan dokter virza hanya berdua dengan pasien di ruang operasi.
Virza membuka kancing kemeja gadis itu, saat itulah ia menatap ngeri, dilihatnya luka yang sangat panjang dan dalam memotong sepanjang tubuh depannya dari bahu kiri atas nya hingga pinggul kanannya. Terlihat sangat dalam. Cukup dalam hingga benar-benar terlihat tulang iga nya.
"Apa yang ... Apa yang di dunia ini bisa menyebabkan sesuatu seperti ini?" Virza kehilangan kata-katanya.
Saat perawat kembali dengan peralatan medis, virza hanya menatap mereka dan menggeleng mengisyaratkan bahwa gadis ini sudah tidak terselamatkan.
Satu jam telah berlalu, Dr. Virza berdiri di depan meja operasi menatap gadis yang tak bergerak.
"Gadis yang sangat cantik. Sayang sekali seorang gadis muda dan cantik sepertimu harus berakhir seperti ini. Aku bahkan tidak ingin tahu apa yang menyebabkan bekas luka besar pada tubuhmu. Istirahat lah dengan tenang. Aku akan menutup bekas lukamu. "
Diraihnya peralatan menjahit miliknya, lalu mulai menjahit luka sayat gadis itu. Setelah selesai dokter itu kemudian duduk di sofa mencoba melupakan adegan mengerikan yang baru saja ia lihat dan akhirnya menutup matanya sebentar.
Setelah beberapa saat.
"Oof, aku ketiduran. Aku harus pulang sekarang." Virza bangkit dari duduknya, mengemas barang-barang miliknya dan memberikan pandangan akhir ke meja operasi kosong sebelum berjalan meninggalkan ruangan. Tunggu ..
KOSONG??
Mulut Dr. Virza secara otomatis terbuka paksa karna shock. "Jika ini adalah sebuah lelucon, ini sama sekali tidak lucu !! Kau tidak harus membuat lelucon tentang orang-orang mati !!" Virza berteriak marah mengira ini adalah ulah salah satu perawat pribadinya yang berusaha mengerjainya. Bulu kuduknya berdiri ketika dia mendengar tawa lembut yang berasal dari punggungnya.
"Kamu lucu .. Hehehe ..."
Dr virza berbalik perlahan, matanya melebar ngeri melihat apa yang ada di depan matanya. Itu adalah gadis itu. YAP. MAYAT PEREMPUAN ITU.. Kini tertawa tepat di depan matanya.
"Ada apa? Kamu terlihat seperti baru saja melihat hantu. "Gadis itu tertawa kecil lagi.
"HA-HANTU !!
KKKKYYYYAAAAAAAAA !!!!!!
"Shhhh .." bisik gadis itu sambil meletakkan jari di bibir Dr. Virza menyuruhnya untuk berhenti berteriak. "Jika kamu tidak membuat semua orang jadi datang ke ruangan ini, aku akan menceritakan semuanya. Apakah kita sepakat?".
Karena terlalu takut untuk berbicara, virza hanya menganggukan kepalanya ketakutan.
"Nah, Sepertinya kamu terlalu takut padaku. Jadi kenapa tidak aku membuktikan padamu bahwa aku tidak akan melukai dirimu?". Gadis itu mendekati virza kemudian memberinya kecupan di pipinya. Bibirnya terasa dingin. Terlalu dingin. Seolah-olah dia tidak memiliki suhu tubuh sama sekali.
"KK-kamu t-terlalu dd-dingin..."
"Tetap tenangkan diri. Tarik nafas dan keluarkan perlahan. Seperti saat kamu menenangkan perawatmu sebelum nya.
"T-Tunggu. Kamu mendengar semua dari awal? T-Tapi kau terbaring di sana, d-ann k-kau tidak bernapas. "
"Yah, anggap saja aku bisa menahan napas untuk waktu yang sangat sangat lama." Gadis itu tersenyum berusaha meyakinkan virza bahwa dia memang tidak berbahaya.
"T-Tapi bekas luka itu, dan j-jantungmu! Itu tidak berdetak. Kenapa? KENAPA? S-Siapa kau?" Virza kembali panik.
Gadis itu dengan santai merentangkan tangannya lebar. "Seperti yang kamu lihat saat ini! Aku adalah zombie!" Virza menatap tidak percaya.
"T-Tapi zombie tidak terlihat seperti ini. Tubuh mereka rusak dan busuk, tidak terlihat c-cantik seperti ini." Virza meraih gunting di satu tangannya dan pisau bedah di tangan lain mencoba untuk melawan.
Gadis itu memberikan seringai jahat "ini adalah kedua kalinya kamu memanggilku cantik. Apakah kamu benar-benar berpikir aku cantik?"
"Yah, aku pikir kamu memang cantik, tapi itu tidak mengubah fakta bahwa kamu adalah zombie. Zombie makan daging manusia. K-kau tidak akan memakanku juga, kan? " Virza menunjuk kedua gunting dan pisau bedah ke arah gadis itu.
"Tidak tidak, aku tidak makan daging manusia. Itu menjijikan. Dan bisa tolong singkirkan benda itu? Itu berbahaya. Maksudku, sebagai dokter bedah, kamu tidak berpikir untuk menggunakan gunting dan pisau bedah untuk menunjuk wajah seseorang, kan? Itu terlihat kasar. Tenang lah dan biarkan aku menjelaskan siapa diriku, ok? Maksudku, apakah kamu tidak ingin tahu tentang aku?" Virza diam-diam mengangguk sambil perlahan-lahan menurunkan kedua lengannya.
"Sekarang karena kamu sudah tenang, izinkan aku memperkenalkan diri. Nama ku Viera levania. Kamu bebas memanggilku apa saja, tapi teman-temanku biasa memanggilku Vi."
"Kau punya teman? Maaf aku tidak bermaksud kasar, tapi maksudku, kau adalah zombie. "Tanya virza bingung.
"Oh yeah. Tentu saja kamu tidak tahu apa-apa. Kamu manusia. Pada dasarnya, keberadaan semua makhluk gaib seperti diriku ini harus dirahasiakan dari manusia.
"Apa maksudmu dengan itu? Berarti ada makhluk gaib lain selain dirimu?"
Vi mengangguk. "Yah, ada spesies zombie seperti ku, manusia serigala, vampir, malaikat dan iblis. Lalu yang paling langka dari semuanya, yang dikenal sebagai nephilims. Semua kebanyakan menyamar dalam bentuk manusia dan hidup seperti manusia normal. Itulah sebabnya sebagian besar dari kita dipaksa untuk berganti pekerjaan dari waktu ke waktu dan berbohong tentang usia kami karena umur kami tidak sama dengan manusia normal.
"Ini semua masuk akal sekarang! Baru-baru ini aku menemukan banyak bekas gigitan dan goresan dari beberapa pasien yang ku periksa. Luka yang tampak tidak normal jika diserang oleh seekor beruang sekalipun. Ini pasti ulah beberapa makhluk gaib. Ini adalah penemuan besar!"
Vi terkikik melihat virza berubah jadi begitu bahagia dibandingkan dengan beberapa saat yang lalu. "Ternyata benar, kamu memang lucu." Kata Vi langsung mendekatkan wajahnya pada wajah Dr. Virza, membuatnya terdiam lalu sedikit mengambil jarak.
"E-Eh? Erm.. Terima kasih, ku pikir kau.. "Dr. Virza tersipu kemudian terdiam. "Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Nama ku Virza Harlan. Kau bisa memanggilku Virza. Emm .. jika kamu tidak keberatan aku ingin bertanya, bagaimana kamu .. Emm.. Tau bahwa kamu adalah zombie?"
"Aku hanya ingat terbangun di suatu hari dan merasa sangat aneh. Penglihatan mata ku kabur dan seluruh tubuh ku terasa sangat ringan. Aku kemudian sadar jika aku terbangun di dalam kotak yang sangat sempit. Aku mencoba mengangkat bagian atas kotak. Hanya dengan dorongan tanganku, kotak itu hancur dengan sangat mudah, lalu aku melihat sisa-sisa tanah meledak dari atas ku, mengungkapkan malam berbintang dari langit. Aku keluar dari kotak dan aku tahu aku berada di tengah-tengah kuburan. Ada batu nisan tepat di depan ku yang bertuliskan:
Di sini terletak tubuh
Viera levania
1950-1970
Semoga beristirahat dengan tenang. Itulah kenapa aku tahu nama ku. '
"Wow, 1970 berarti 48 tahun yang lalu. Berarti kamu sudah tua sekitar 68 tahun sekarang. Haha, tak ku sangka kamu seorang nenek-nenek. Jadi apa yang terjadi sebelum itu?" ucap Virza bercanda.
"Aku ... tidak ingat .." Vi menunduk sambil berusaha menahan air matanya, membuat Virza kehilangan senyumnya.
"Aku ... Aku hanya berharap aku ingat siapa keluarga ku. Siapa teman-temanku. Di mana aku tinggal.. Dan.. dan apa yang sebenarnya terjadi pada ku.. " Air mata mulai mengalir di pipi Vi, tidak kuasa menahan tangis.
Kinal memeluk Vi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keduanya berdiri di sana seolah-olah waktu telah berhenti bergerak. "Vi.. Maaf atas pertanyaanku. Aku tidak bermaksud membuatmu bersedih." Virza membelai rambut Vi lembut seperti seorang Ayah pada putrinya.
"Virza sangat baik dan lembut. Pelukannya begitu hangat. Aku berharap bisa seperti ini terus." pikir Vi.
"Emm.. Tidak apa-apa, Virza. Aku hanya terlalu sensitif. Tapi, apa kamu tidak takut padaku? Aku zombie."
"Yah, masih sedikit takut sih, tapi sekarang sudah lebih baik. Selain itu, aku sudah 24 tahun. Aku cukup tahu untuk membedakan antara baik dan buruk. Hal yang sama berlaku untukmu, Vi. Meskipun kamu bukan manusia, tapi aku tahu hatimu bahkan lebih lembut dari salju. Jadi, berhenti lah menangis, ok."
Vi mengangguk. Virza menyeka air mata di wajah Vi dan memberinya senyuman hangat.
"Jadi, apakah kamu punya tempat tinggal?"
"Erm..." Vi memutar matanya mencoba memikirkan alasan.
"Kalau begitu di mana kamu tinggal selama ini?"
"Yah, itu agak sulit untuk dijelaskan sekarang."
"Bagaimana kalau kamu tinggal di rumahku? Aku akan meminjamkan pakaianku padamu dan ku harap kamu mau bercerita lebih banyak tentang dirimu." Kata Virza dengan nada ceria.
"Terima kasih banyak Virza!" Vi menerjang ke arah Virza dan memeluknya erat-erat. Virza pun tersipu dengan aksi Vi yang tiba-tiba.
"H-Hei. Jangan terlalu erat. Ayo kita pulang, Vi." Vi membalasnya dengan senyuman manis.
Sebuah pertemuan tak terduga dengan zombie yang diakhiri dengan sebuah persahabatan baru. Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya?