"Nak! Anterin ini ke rumah nya Tante Tari, gih. "
Rahaya berjalan gontai. Ia malas untuk mengantarkan makanan ini ke rumah tetangga. Sebenarnya alasan itu karena ada seseorang cowok yang sedang bermain basket di depan rumahnya. Rahaya masih berdiri di seberang, hingga bisa menangkap pemandangan pemuda tersebut bermain basket sampai bola orange itu menghantam kepala Rahaya.
"Aduh. Kok bisa meleset, sih."
Krisna buru-buru membuka pintu depan, bergegas menghampiri Rahaya yang memejamkan mata sembari menyentuh bagian kepala yang terkena bola tadi.
"Lo gak apa-apa, Ay?"
Rahaya melirik sedikit, mengamati raut wajah di penanya. Keningnya berkerut dan mata yang menatapi kepalanya terus menerus. Jadi Krisna sedang khawatir begitu? Rahaya akhirnya memberikan pesanan Mama yaitu kotak makan bening berisikan lauk rendang. Mama sedang memasak banyak hari ini. Jadi dia ingin membagikannya kepada Mama 'teman' putrinya.
Padahal Rahaya tidak menganggapnya teman.
Pemuda tersebut terlihat bingung. Tangannya merasakan suhu hangat dari kotak makan itu. Setelah melihat-lihat, Krisna tersenyum senang sampai memperlihatkan giginya. Ia sangat senang bila dikirimi lauk rendang oleh Tante Sia.
"Bilang makasi ke Tante Sia dan makasi juga buat lo yang udah mau nganterin."
"Sama-sama."
Rahaya ingin kembali ke rumah tapi langkahnya berhenti saat Krisna menahan bahu kanannya.
"Eh, lo udah mau pergi aja?"
"Maksud lo?" Rahaya menyerngit, menatap tajam.
"Itu... kepala lo gak apa-apa?" Krisna menunjuk kepaa Rahaya.
"Udah sembuh. Cuma kena bola doang. Gak sampe mimisan kok. Udah ya. Gue balik."
"Thanks."
Rahaya kembali melanjutkan langkahnya hingga sampai rumah. Rahaya menghempaskan tubuhnya di atas sofa, mengunci kepala kipas angin agar menghadap dirinya saja. Cuaca di luar sana tidak menentu. Siangnya panas, malamnya bisa hujan lebat, atau bisa sebaliknya. Ngomong-ngomong tadi Krisna main bola basket siang-siang begini apa kulitnya tidak melepuh? Ah, mungkin sudah menggunakan suncreen makanya dia berani lama-lama di bawah sinar matahari. Tapi lumayan aneh. Krisna harusnya tidak usah memakai kaos putih lagi didalamnya. Itu hanya menambah gerah dan agak keren juga sih.
Rahaya tersadar. Ia segera mencubit lengannya kecil namun bisa menimbulkan bekas merah.
"Jangan gila lo, Ra!"
"Udah anterin rendangnya ke Krisna?"
"Udah. Mama sengaja ya buat rendang? Biar Krisna seneng?" tuduh nya disaat Mama mau bersiap-siap pergi. Mama diam-diam tersenyum dan Rahaya tidak melihat itu.
"Mama terus buat rendang mulu dari kemarin. Bukannya daging sapi mahal? Kayaknya uang Mama banyak banget sampai bisa beli daging sapi terus-menerus," sarkas Rahaya membuat Mama tertawa.
"Udah ya. Mama pergi dulu. Kalo kamu mau mampir ke toko inget kunci rumah. Kakak bakalan pulang malem jadi kamu jangan taruh kunci di bawah pot, bawa aja."
Keesokan paginya, jam setengah tujuh, Rahaya sudah sampai di sekolah. Ada yang baru dari dirinya sekarang. Mama memberikannya sebuah jaket baru berwarna coklat pastel. Jaket itu sangat lucu hingga Rahaya sering membawanya sampai hari ini. Hampir sebulan sudah Rahaya memakai jaket tersebut berangkat dan di pulang sekolah. Tetapi sepertinya jake tersebut ingin lepas dari Rahaya setidaknya satu hari saja.
"Oper! Oper!"
Lima menit sebelum kejadian itu berlangsung. Keadaan lapangan diisi oleh tim basket yang berlatih untuk lomba bulan depan walau sudah waktunya pulang. Tetapi, Rahaya dan Dara memilih untuk tetap di sekolah untuk menonton paskibra latihan untuk upacara hari senin. Rahaya dan Dara sibuk memandangi pasukan paskibra yang berlatih. Sebenarnya Rahaya dan Dara hanya mengincar kakak kelas yang namanya Leo, yang menjadi pemimpin upacara.
"Ra! Keren banget sih Kak Leo. "
"Iya ya,"
"Gue betah sampai malem liatin dia, sumpah."
"Lebay lo, Dar."
"Oper! Oper! Oper!"
"Ih! Berisik banget sih anak basket." seru Dara gemas dengan kedua tangan mengepal. Rahaya jadi melihat ke arah anak basket yang berlatih di lapangan tengah. Kalau di pikir-pikir, sedari tadi ada yang teriak 'oper oper' dengan keras. Dara menyipit, menunjuk pemain dengan nomor punggung lima yang adalah pelaku suara 'oper oper' itu.
"Itu yang nomor lima gak sih? Bacot banget tu orang."
"Itu Krisna, Dar..." gumam Rahaya. Mendengar nama Krisna, Dara langsung membisu. Dara segera menutup mulutnya, tidak menyangka dirinya akan mengatai Krisna, si ganteng itu. Raut wajah Dara menyesal, kemudian bersuara kembali tapi kini dengan lemah lembut. "Maafin, Na. Gue gak sengaja. Lo--ngecabot gak apa-apa kok. Silahkan."
"Dia emang bacot sih,"
"Hah? Apa Ra?"
Rahaya menggeleng. "Engga."
"Mimpi apa gue semalem sampe berani ngatain Krisna kayak gitu."
"Bagus, kok, bagus. Lo udah melakukan hal yang benar--AKH!"
Rahaya langsung mengecek lengannya yang terkena bola basket. Gara-gara terkena bola basket, jaketnya jadi kotor. Astaga! Sangat kotor! Dara bahkan sampai menjauhkan wajahnya saat Rahaya menunjukkannya.
Jaket kesayanganku!
"Astaga, gak sengaja. Sorry."
"Krisna..."
Oh jadi pelakunya Krisna?
Krisna berusaha menahan tawanya agar tidak pecah saat itu juga ketika melihat ekspresi Rahaya yang menahan amarah. Mata yang berukuran tombol remote itu sekarang berubah sebesar kelereng. Sudah seperti menari tari Bali. Krisna tidak melepas pandangannya dari sosok Rahaya saat mengambil bola basket yang tidak jauh dari gadis itu.
"Jaket gue!"
"Ya maaf, Ay. Gue gak sengaja."
Rahaya tidak mengubris.
"Yaudah sini gue cuciin."
Dara melirik keduanya bergantian.
"Gak mau."
"Ya lo maunya apa dong?"
Rahaya melirik Krisna tajam. Rahaya langsung menarik tangan Dara untuk bangkit. "Pulang yuk, Dar."
"Oh, i-iyaa.."
Krisna kembali melemparkan bola basket tersebut hingga mengenai punggung Rahaya dan itu berhasil membuat Rahaya menghentikan langkahnya buat berbalik mengirimkan tatapan marah pada Krisna yang sekarang sedang terkekeh. Rahaya berdumel dalam hati. Oh, ternyata orang itu sengaja? Mau dipatahin lehernya apa kakinya?
"Lo apa-apaan?"
"Biar sekalian cuci semua bagian jaket. Gue liat-liat, lo sering banget make jaket itu tiap hari. Gue takut jaketnya jadi kotor dan bau jadi gue buat lebih kotor aja sekalian biar lo nyucinya bener."
Pengen gue jambak rambutnya terus dia jadi gundul terus gak ada lagi yang suka sama dia biar dia enggak songong!