Terluka Disini

Terluka Disini

Putritritrii

0

"Aku tak bisa melupakan momen indah dulu, saat pertama kali kita bertemu." ~ Timuriska.


********




"Hari ini pengganti Imam datang 'kan, Tim?" Itu adalah Liliana, teman satu ruangan yang duduk di depanku.



"Iya. Semuanya udah tahu, 'kan?" Mas Anggara yang menyaut dari balik dinding kubikel samping kanan sebagai pembatas di antara kami, yang sebenarnya sia-sia saja dibuatkan pembatas.



"Mungkin sebentar lagi juga datang," kataku tak terlalu tertarik.



Mereka berdua tampaknya masih ingin membahas si anak baru. Terlihat kedua orang itu masih berdiri di tempat masing-masing. Lebih tepatnya di depan dan samping kananku.



"Dengar-dengar cowok nih, Tim. Siapa tahu aja 'kan, kau kecantol sama si anak baru. Because ... kau jomlo, nyet!" Liliana tertawa renyah di depan sana.



"Aku harap itu bukan kau, ya, nyet!" Gantian Mas Anggara yang tertawa. Tepatnya menertawai Liliana.



"Sesama monyet nggak boleh berteman," timpal Pak Anthony dari kubikel seberang.



Memiliki rekan kerja seperti mereka, sebuah kebahagiaan yang hakiki buatku. Supel dan baik di kantong pastinya.



"Lagian ... setahuku itu bukan bagian produksi lho yang diisi," kataku kembali ke topik awal.



"Bagian pengawas dan kepala gudang,"  Pak Anthony memimpin pembicaraan kami. "Setahu saya ... anak baru itu dari pindahan kantor Medan. Dia anak Jakarta setahu saya. Memang sengaja diminta ke tempat kita, karena bos besar yang merekomendasikan ke Pak Sultan. Imam dipindah tugaskan ke bagian manager di Lampung."



"Wow," Mas Anggara bersorak. "Gak sangkah amat, ya, dia naik jabatan."



"Baguslah. Kerjaan Imam di sini memang patut diacungi jempol, 'kan? Wajar aja tuh anak naik posisinya," sambung Liliana.



Aku mengangguk. "Ya, bener. Setahuku, Imam memang punya kontribusi yang baik di bidang itu."



"Bedanya ... kamu kesini melamar 'kan, Tim?" tanya Pak Anthony. "Kalau Altus memang dipilih langsung sama bos besar. Dengan catatan, ya naik jabatan di sini. Admin gudang nanti di handle sama si Putra untuk bagian lain. Di sini ya, kerjaan Timur."



"Oooo begitu," kataku sambil berpikir.



Suara langkah kaki terdengar dari luar ruangan. Berhubung ubin kantor masih menggunakan lantai marmer kotak-kotak, cukup pekah buat telinga kami yang memiliki tegangan tinggi soal yang satu itu.



"Woi, Pak Darmawan datang," Liliana heboh dan membenarkan posisi duduk, tepat saat kedatangan orang yang dimaksud.



"Selamat pagi semuanya," sapa Pak Darmawan dengan membawa anak baru di sisi kanannya.



Senyum yang ditampilkan lelaki muda itu tampak malu-malu, ketika dia masuk ke ruangan dan berdiri dengan tatapan tak biasa di depan pintu. Tidak sengaja mata kami bertemu tatapan. Dia refleks tersenyum. Begitupun aku, yang juga membalas senyumannya.



Bertubuh tinggi tak berisi, lelaki itu mengenakan kemeja putih berlengan panjang di hari pertamanya. Berkulit putih dengan mata sipit, dia memandang seluruh ruangan. Momen ini yang paling kuingat, saat kami bertemu untuk pertama kalinya.



"Saya kesini mau memperkenalkan Altus, bukan pengganti Imam. Tapi staff baru yang diminta Pak Jammy untuk membantu mengelola di sini," kata Pak Darmawan kemudian menoleh ke si anak baru. "Silahkan perkenalkan diri kamu."



"Hah, iya, Pak, terima kasih." Suaranya terdengar terbata-bata.



Melangkah ke depan dalam satu langkahan, lelaki itu kini berdiri tepat di tengah-tengah ruangan. Memandang ke kami, namun entah mengapa pada saat ini kurasakan tatapannya padaku.



"Salam kenal semuanya. Nama saya Altostratus dipanggil Altus. Saya pindahan dari kantor cabang Medan. Mohon kerjasamanya." Senyumannya kembali terulas.



"Statusnya masih jomlo nggak?" tanya Mas Anggara kemudian.



Tawa kami mengudara mendengar pertanyaan absurd Mas Anggara yang memang ceplas-ceplos itu.



"Kalao jomlo memangnya kenapa? Masalah sama mu, Mas?" Liliana menyaut.



Kulihat si anak baru tersenyum dan tampak gugup.



"Emangnya kamu mau sama dia, Ga?" Pak Darmawan menimpali penuh candaan.



Mas Anggara menggaruk kepala. "Ya nggak juga sih, Pak."



"Buruan Al, kasih tahu status kamu apa sama mereka. Siapa tahu saja, di sini ada yang cocok." Itu Pak Anthony.



Benar-benar tak terduga suasana di sini. Pak Darmawan dan Pak Anthony sama-sama membuat tawa kami memenuhi ruangan.



"Soal status, saya masih single kok, Pak," katanya malu-malu.



"Nah, dengar sendiri, 'kan?" 



"Kalau umurnya berapa?" tanyaku berani membuat heboh mulut Liliana di depan sana. 



"Cadas sekali kau, nyet!" sekilas Liliana menoleh ke belakang.



"Ssst! Berisik kau!" jawabku.



"Umur, Al, berapa?" Pak Darmawan membantu.



"Umur saya saat ini 30 tahun, Pak."



"Oke, Tim? Cocok?" 



Astaga!



Pak Darmawan semakin menjadi saja.



"Cocok, Pak," kataku tak mengalah.



"Gas keun," saut Liliana.



Semua orang terdengar tertawa. Berbeda dengannya yang hanya tersenyum dengan wajah yang memerah pula.



"Kalau gitu ... gantian kalian yang kenalan sama Altus. Kasih tahu nama, status dan umur. Sekalian saja posisi kalian di sini apa." 



Pak Darmawan sekarang meminta giliran kami berkenalan.



"Dimulai dari saya, ya, Pak?" Mas Anggara mengacungkan jari telunjuk.



"Ya, silahkan, Ga," jawab Pak Darmawan.



"Berdiri woi!" Liliana bersuara.



Mas Anggara sekilas melirik manja, lalu berdehem seraya berdiri, "salam kenal, nama saya Anggara biasanya dipanggil Angga. Umur saya 27 tahun dengan status jom-lo. Kalau posisi saya di sini ... sebagai admin stok gudang. Kalau perlu sesuatu, kabarin aja saya."



Kulihat anak baru itu mengangguk ke Mas Anggara.



"Eyakkkkkk," kataku membuat heboh seisi ruangan.



"Apaan sih, lo!" gerutunya sesaat hendak duduk kembali.



"Kamu sekarang, Tim," Pak Anthony nafsu sekali pikirku.



"Beneran saya, Pak?" tunjukku memastikan dengan melirik ke depan dan Pak Anthony.



"Iya, kamu juga boleh, Tim," sambung Pak Darmawan.



"Oke dech," jawabku kini berdiri.



Baru saja berdiri. Tatapan kami sudah saling bertemu. Rasanya ... seperti ada manis-manisnya.



"Salam kenal, Pak Altus. Nama saya Timur. Umur saya masih 25 tahun berstatus jomlo. Posisi saya disini sebagai admin gudang."



"Jomlo, Tus," adu Pak Darmawan padanya yang dibalas senyuman.



Aku menganggukkan kepala dan tersenyum padanya sesaat hendak kembali duduk. Dia pun membalas anggukan serta senyuman.



"Oke ... sekarang Liliana," perintah Pak Darmawan.



Liliana berdiri dengan khas manjanya yang kental.



"Hay, nama saya Liliana. Biasanya dipanggil Lili. Umur masih yang tahun lalu, 23 tahun. Status nggak jomlo lagi. Posisi saya di sini sebagai kasir. Terima kasih."



"Oke, next," kata Pak Darmawan kemudian.



Kami semua menoleh ke arah Pak Anthony, yang tempat duduknya berbeda dari yang lain. Berdiri dari atas tempat duduknya, Pak Anthony tersenyum.



"Perkenalkan, nama saya Anthony selaku SVP transport. Umur saya udah 39 tahun. Status saya, beristri 1 beranak 1. Istri kedua masih berencana."



Tawa kami kembali mengudara memenuhi ruangan sebagai penutup perkenalan.


Bersambung


***


Tinggalkan komentar.


Terima kasih ^^