TEMPAT BERLABUH UNTUK HATI YANG PATAH

TEMPAT BERLABUH UNTUK HATI YANG PATAH

Ambo Dherma

0

Ketika pagi datang, aku berusaha mencari dirimu. Berusaha mengingat bagaimana rupamu yang sempat melintas dalam mimpi barang sekejap. Mengukir wajahmu pada dinding-dinding kamar yang dipenuhi oleh baju-baju yang pernah kamu kenakan supaya tidak hilang dalam ingatan. 

Kini aku memulai hari dengan sisa semangat setelah dipatahkan oleh inginmu yang terlalu egois. Kehendak kamu yang teramat memaksa. Hasratmu yang tidak mampu aku hadang lagi. Merenggut kisah-kisah kita yang sudah terjalin demi membuat kisah baru bersama orang lain. Orang yang baru kamu temui. Orang yang kamu bilang lebih dari segalanya. Orang yang bisa memenuhi segala apa yang bisa disebut sempurna.

Dan dia adalah orang yang sempurna, menurutmu. Orang yang layak berada di sisimu. 

Kamu merenggut paksa kebersamaan kita. Dalam langkah yang seiringan, kamu berkata akan selalu sejalan denganku, nyatanya kamu pindah haluan. Dalam genggaman erat, kamu berucap akan setia denganku, nyatanya kamu memilih menggenggam tangan orang lain. 

Kamu memisahkan diri dengan cepat. Menganggap aku sebagai orang asing dalam hitungan hari. Menganggap aku sebagai orang aneh dan tak perlu untuk dikenali. Padahal diri ini adalah orang yang pernah kamu banggakan kepada teman-temanmu. Padahal diri ini adalah orang yang pernah kamu beritahu pada orang tuamu. Jika aku adalah orang yang tepat. Jika aku adalah orang yang layak mendampingimu. Jika aku adalah sosok yang mampu menjadi pemimpin dalam mewujudkan kisah kita. 

Kisah kita dalam angan. Tidak akan bisa diwujudkan. Tidak akan mampu. Tidak akan bisa, karena kisah itu hanya bisa dilakukan oleh dua orang. 

Takdir kita adalah bertemu. Menjalin kebersamaan dalam waktu yang ditentukan. Berusaha merangkai kisah untuk dua sejoli yang dimabuk asmara. Berusaha mengukir sejarah untuk kisah kita diabadikan hingga anak cucu. Berusaha menaklukan segala rintangan dalam sebuah hubungan yang hanya diikat oleh janji manis. 

Lalu takdir juga memutuskan berpisah dengan caramu yang teramat kejam. Keji untuk diingat. Sakit untuk dirasakan. Lara dalam angan bersama bayang semu dirimu yang perlahan menghilang meskipun bersusah payah aku menggenggamnya akan pergi juga.

Aku tak lebih sebagai orang pesakitan karena cinta. Orang yang aku cintai pergi, memilih cintanya untuk orang lain yang bukan aku. Walaupun aku masih ingin membersamai hubungan kita, tapi tidak bagimu. Kamu menganggap kita sudah terlalu dingin untuk kehangatan yang tidak bisa kita gapai lagi. 

Aku ditinggalkan dalam rasa penuh kasih sayang untukmu, tapi tidak bisa aku utarakan lagi. Haluanmu berubah, genggamanmu juga. Sekuat apapun untuk menahanmu untuk pergi, usaha itu sia-sia. Keinginanmu hanya untuk pergi dari sisiku. 

Aku juga tidak perlu mengemis karena hal ini. Untuk orang yang ingin pergi, tidak perlu. Tidak ada juga untungnya untuk memintamu kembali. Tapi nyatanya aku ingin semua itu terjadi. Berharap kamu akan datang, meminta maaf, lalu mengulangi hubungan ini dari awal. 

Menutup semua lembar kesalahanmu untuk aku buka lembaran kosong yang baru. 

Tapi itu tidak terjadi.

Pada langit-langit kamar, aku teramat malu untuk sekedar mengatakan "aku rindu". Padahal dulu kata itu tidak perlu sungkan untuk kita utarakan. Kini aku bukanlah sesiapa dalam hidupmu yang sudah bahagia itu. Bahagia untukmu. Tidak bahagia untukku.

Ini adalah jalanmu. Menempuh kehidupan dengan orang lain walaupun aku memulai kehidupan setiap hari dengan orang lama yang sudah pergi.