Swastaku

Swastaku

nii_lahjnment02

0

Hai, perkenalkan namaku Mitaliana Auriella Maquerin. Panggil saja aku Riel. Aku ingin menceritakan tentang kisahku, lebih tepatnya kisah asmaraku bersama cinta pertamaku.


Sebelumnya aku tak terlalu mengerti tentang percintaan, yang aku tahu cinta itu datang karena terbiasa dan nyaman. Jika seseorang tersebut bisa membuatku nyaman dan kita memiliki satu pemikiran atau bahkan banyak persamaan, mungkin aku akan mencintainya.


Aku juga tidak pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun (pacaran). Tetapi, dalam sebuah hubungan tidak akan berjalan dengan mulus, pasti akan ada rintangan yang harus dihadapi.


Begitu banyak rintangan yang kami hadapi dalam menjalin hubungan ini, hingga kami tahu bahwa untuk mencintai seseorang kita tidak perlu tinggal atau hidup bersamanya. Kenapa aku mengatakan demikian, karena kisahku ini seperti kisah cinta Romeo and Juliet. KIta saling mencintai tapi terpisahkan karena keadaan.


Oh ya, sedikit tentangku, kisah ini bermula saat aku berusia 16 tahun, tepat dimana hari itu adalah hari ulangtahunku. Aku seorang gadis remaja yang berasal dari keluarga yang cukup kaya. Aku tinggal disalah satu kota yang ada di Jawa Tengah. Ayahku seorang CEO diperusahaan yang terkenal. Sedangkan ibuku adalah seorang guru sekolah dasar.


Aku memiliki seorang kakak laki-laki dan perempuan. Mereka termasuk orang yang sukses diusia muda.


Kakak laki-laki ku bekerja diperusahaan miliknya sendiri, sedangkan kakak perempuan ku adalah seorang dokter. Aku beruntung punya keluarga yang seperti ini, keluarga ku yang harmonis.


Aku anak terakhir dari tiga bersaudara. Aku juga menyukai musik, menyanyi, menari, menulis dan berkhayal, yaa itu kesukaanku.


Aku memiliki bola mata berwarna coklat, kulitku sawo matang dan rambutku bergelombang se bahu.


Banyak orang memanggilku dengan sebutan “Mita si gula jawa”, kata mereka sih karena aku manis, cantik dan lucu. Haha aku hanya bercanda.


Tapi aku bahagia dengan hidupku dan aku selalu bersyukur atas segalanya. Walaupun kehidupan tak seindah yang aku bayangkan tapi aku tetap bersyukur.


Kini aku telah mengikhlaskan perpisahan ini dan kepergianmu, aku berharap yang terbaik untuk kita berdua. Aku mencintaimu Swasta.


Inilah diriku, dan inilah kisahku.


***


Flashback


“Ini tanggal......dua...” Sorakku


“Mamah hari ini tanggal 02, yeey.” Aku berlari menuju mamahku yang sedang memasak.


“Jangan lari-lari begitu, nanti kamu jatuh.” Ucap mamahku


“hehe.” Aku tersenyum bahagia.


“Iya mamah tau kok, hari ini anak mamah berulang tahun kan?”


“Iya mah.” Ucapku dengan semangat


Hari ini adalah hari yang spesial untukku karena hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-16. Keluargaku sangat antusias dalam merayakan ulang tahunku.


Berhubung aku sedang cuti sekolah, jadi aku merayakan ulang tahunku di rumah nenek yang ada di Jawa Barat. Rasanya bahagia sekali, sudah lama juga aku tidak pergi ke rumah nenek. Terakhir kali aku kesana saat aku masih berumur 8 tahun.


Kami berangkat dari rumah tepat jam 6 pagi dan menggunakan mobil milik sendiri. Ayahku yang mengemudikan mobil itu.


Di sepanjang perjalanan aku melihat pemandangan yang indah, sampai sorot mataku melihat seorang pria memakai kaos berwarna coklat sedang berlari dengan sangat kencang masuk kedalam area pepohonan.


Aku agak aneh melihatnya, kenapa ada pria yang berlari ke arah pepohonan itu, kenapa dia pergi kesana? Aku bertanya dalam hatiku. Tetapi aku tidak terlalu memperdulikan pria itu, mungkin saja dia adalah penduduk sini.


Di tengah perjalanan kami berhenti di sebuah warung yang berada di pinggir hutan dan jauh dari perkotaan. Kami berhenti disini hanya untuk beristirahat dan buang air kecil. Aku dan keluargaku duduk di sebuah kursi yang ada di warung itu sambil menikmati secangkir kopi dan teh.


Setelah aku menghabiskan teh ku. Aku berniat untuk mengambil foto sebagai kenang-kenangan karena pemandangannya sungguh indah. Hanya saja tidak ada pemukiman disekitar sini, yang ada hanya pepohonan yang menjulang tinggi.


Aku meminta kakakku untuk memfotoku.


“Mba, nyambat fotokena oh.” (dalam bahasa jawa yang artinya “Kak tolong fotoin dong”) Kataku.


“Mene kamerane.” (bahasa jawa “Sini kameranya”)


“Kie mba” (bahasa jawa “Ini kak”). Aku memberikan kameraku.


Saat aku sedang asik berfoto, tiba-tiba terdengar suara tembakan yang sangat keras.


Duarrr........Duarrrr.....


Aku dan keluargaku seketika panik dan mencari sumber suara itu. Dan ternyata suara itu berasal dari belakang kakakku yang sedang memfotoku.


Seketika aku langsung menutup telinga dan mataku. Sayup-sayup aku mendengar suara orang yang menyuruhku pergi.


“Awas!.....Cepat menyingkir dan lari dari sini.”


Aku mendengar suara itu, tapi aku tidak bisa melakukan apapun. Karena tubuhku bergetar saking takutnya. Bahkan aku tidak bisa menggerakkan badanku, aku hanya diam mematung ditengah jalan. Untuk membuka matapun susah. Tapi aku berusaha untuk membuka mataku dan melihat apa yang terjadi.


Saat aku berusaha untuk membuka mataku aku melihat dua orang pria paruh baya berseragam hitam membawa senjata tajam dan pistol menuju kearahku. Salah satu pria paruh baya itu mengarahkan pistolnya kearahku dan bersiap untuk menembak.


“Duarr....Duarr....”


“Ayo ikut aku.”


Seorang pria menarik tanganku dari belakang, dan membawaku berlari bersamanya. Untung saja tembakkan itu tidak mengenaiku. Tapi tetap saja dua pria paruh baya itu masih mengikutiku. Aku dan pria ini terus berlari menjauh dari jalan.


Kami terus berlari sampai dua pria itu tertinggal jauh. Saat aku sedang menoleh kebelakang untuk mengetahui bagaimana keadaan keluargaku, tiba-tiba aku terjatuh dengan sangat keras dan membuat kakiku terluka cukup parah.


Brukkk......


“Awwhhh....” Ucapku meringis kesakitan.


“ushh... Kamu tidak apa-apa?” Tanya pria itu.


“Lihatlah kakiku berdarah!! Kamu menarikku terlalu kencang.” Tegasku.


“Aku minta maaf, aku tidak tahu kalau kamu akan terjatuh. Saat ini nyawa kita yang paling penting, ayo kita harus pergi dari sini.” Ucapnya.


“Aku sudah tidak sanggup untuk berlari lagi.” Rengekku.


“Baiklah kita bersembunyi di balik batu dan semak-semak itu agar mereka tidak melihat kita.” Ucapnya.


Kita memutuskan untuk bersembunyi dibalik batu dan semak-semak sampai semuanya aman.


Keadaan pun seketika hening. Kakiku pun terasa semakin sakit bahkan semakin banyak darah yang keluar.


“Darahnya semakin banyak, aww..” Ucapku.


“Apa yang mau kamu lakukan?” Tanyaku, aku terkejut saat dia membuka bajunya.


“Kamu tidak perlu takut, aku tidak akan melakukan apapun.” Ucapnya sambil mendekat padaku.


Aku agak mundur ke belakang karena aku takut dia akan melakukan sesuatu padaku.


“Sini kakimu.” Dia menarik kakiku dengan perlahan, lalu dia mengikatkan bajunya ke kakiku yang terluka.


“Awww.... sakit.”


“Tahan....” Ucapnya.


“Dengan begini bisa membantu agar darahmu tidak keluar banyak.” Jelasnya.


“Terimaksih. Maafkan aku juga sudah berpikir yang macam-macam.” Ucapku sambil tersenyum menoleh ke arahnya yang sedang duduk di sampingku.


Dia hanya mengangguk saja tanpa tersenyum atau mengucap satu katapun.


Keadaan pun kembali hening, tiba-tiba terdengar suara keresek-keresek (bunyi dedaunan yang diinjak). Kami panik dan mencari sumber suara itu. Sumber suara itu berasal dari arah jalan yang kami lalui tadi, suara itu adalah langkah kaki orang. Dan ternyata itu adalah suara langkah kaki dua orang penjahat itu.


“Dimana kalian bersembunyi? Cepat periksa tempat ini.” Ucap salah satu penjahat itu.


“Hush..Hush...Diam jangan berisik.” Ucapnya sambil memelukku dan menutup mulutku. Kepalaku menyentuh dadanya sehingga aku dapat mendengar suara detak jantungnya yang cepat begitupun detak jantungku. Posisi kami terus seperti ini sampai penjahat itu pergi.


“Bos sepertinya mereka tidak ada disini.”


“Kamu sudah memeriksanya dengan benar?”


“Sudah bos, mungkin mereka sudah pergi jauh.”


“Ya sudahlah ayo kita pergi, kita akan tangkap mereka lagi nanti.”


“Kali ini kamu bisa lolos dariku, tapi aku janji suatu saat aku akan menangkap dan membunuhmu!!” Ucap salah seorang penjahat itu.