Susahnya Ujian Pernikahan Dibawah 5 Tahun

Susahnya Ujian Pernikahan Dibawah 5 Tahun

RetnoSulis

0

"Cuy, itu kayanya temen lo waktu SMA dulu deh. Siapa namanya? Rizky?" Adik gue pun langsung menunjuk orang yang dituju.

Gue yang belum sadar siapa yang dimaksud hanya terus mengarahkan pandangan kearah orang itu yang baru saja menaiki eskalator dari arah bawah. Setelah jarak antara gue dan lelaki itu sudah dekat, gue pun baru bisa memastikan siapa yang dimaksud. Namun, entah kenapa gue gak bisa menyapa langsung lelaki itu. Karena lelaki itu adalah cowok yang gue suka selama sekolah dulu. Karena dia cowok idaman satu sekolah jadi gue gak pernah bisa mengungkapkan sedikitpun perasaan gue, bahkan untuk mengobrol saja gue udah grogi berat.

"Kok lo gak panggil tuh cowok? Itu temen lo kan yang pernah sekali main kerumah sama pacarnya Vanny yang buluk itu?" Adik gue bingung melihat gue hanya kaku melihat cowok itu.

"Grogi gue dek, dia kan cowok yang gue taksir dulu," gue pun menjawab dan langsung menoleh keatas, dimana cowok itu langsung menghilang.

Setelah kejadian itu gue mulai kepo-kepo tentang kehidupan cowok itu lagi. Cowok yang setiap memanggil nama gue, gue akan selalu senang dan loncat-loncat seperti orang gila. Cowok yang selalu bikin gue senang di wa sama dia, walaupun isi wa-nya hanya ingin meminta contekan. Cowok yang selalu senyum, walaupun gue memasang wajah jutek, hanya untuk menghilangkan grogi disaat ada dia.

Gue kepo ke IG, tapi ternyata gue gak menemukan profil IG yang cocok dengan dia, gue beralih kepo ke FB. Ternyata ada teman gue yang berteman dengan FB cowok ini, akhirnya gue memberanikan diri untuk Add FB-nya hanya sekedar untuk mengintip tentang kehidupannya sekarang. Maklum, setelah lulus dari sekolah gue benar-benar gak ada kontak dia sama sekali, jangankan medsos-nya nomer handphone-nya saja gue gak punya. Setelah beberapa hari menunggu konfirm dari dia, akhirnya gue senang bukan kepalang karena dia meng-konfirm FB gue. Setelah hampir tiga hari berteman dengan dia di FB tanpa pergerakan apa-apa, akhirnya di hari keempat gue memberanikan diri untuk kirim pesan ke dia.

(Hallo Ki? Gimana Kabarnya? Masih inget sama gue gak?)

Sehari menunggu, akhirnya ke-esokannya baru dibalas

(Hallo Can, Alhamdulilah kabar gue baik. Kabar lo sendiri gimana)

(Masih aja lo panggil gue dengan sebutan itu, padahal udah 8 tahun loh kita gak kabar-kabar :)

(Masih lah, kan itu panggilan sayang gue ke lo)

(Bisa aja)

(Lo kerja dimana sekarang Can?)

(Gue kerja didaerah Daan Mogot. Lo sekarang kerja dimana?)

(Gue kerja di store New Balance di Mall Karawaci)

(Oh, berarti waktu itu gue ngelihat lo di Karawaci benar lo deh kayanya)

(Masa? Lo ngelihat gue dimana?)

(Di Eskalator lantai 2. Gue mau turun dari lantai 3 sedangkan lo mau naik ke lantai 3)

(Masa? Kapan lo ketemu gue? Kok lo gak panggil gue?)

(Minggu kemarin, gue mau panggil tapi gue takut bukan lo)

(Kalo lo gak panggil mana gue tahu kalo itu lo apa bukan. Terus lo ngapain di Karawaci)

(Gue kemarin lagi servis laptop gue dilantai 3)

(Sendiri lo kesininya?)

(Sama adik gue, justru adik gue yang ngenalin lo duluan)

(Masa sih, adik lo masih inget aja sama gue. Padahal udah lama kan gue gak main kerumah lo lagi)

(Gak tahu tuh gue aja gak tahu kalo bukan dia yang ngelihat)

(Oh ya Can, gue minta nomer lo dong. Gue gak punya kontak lo sama sekali semenjak lulus sekolah)

(081294225693 Nih nomer gue Ki)

(Oke, gue save ya... 081396522492 ini nomer gue Can. Lo save ya)

(Oke)

Dan obrolan kita pun berhenti sampai sini.