"Game terus... "
"Ya, ialah HP no 1" dengan santai sambil main game.
Padahal saya mau bercerita dan banyak hal yang saya tanya, tapi pertanyaan saya diacuhkannya saja. Karena dia lebih fokus dengan hp. Saya sendiri merasa sedih dan sering menyalahkan diri saya sendiri...
Dalam hati saya berkata "mungkinkah saya salah dapat jodoh? Apakah dia menyesal menikah sama saya yang miskin dan jelek ini? Atau dia punya idaman perempuan lain yang jauh lebih sempurna? "
Semenjak itu saya mulai berpikir apakah saya punya masadepan dan bisa maju kehidupan kami?
Saya cemas melihat perilakunya.
Saya seorang guru tenaga honorer di kampung saya dan suami perangkat desa dikampungnya. Jadi kami beda kampung tempat kerja...
Kalau libur saya ke kampung suami dan kadang suami ke kampung saya. Begitu juga kalau tidak ada libur, kami bisa ijin.
Selama hampir 1 tahun pernikahan, Tuhan belum mengijinkan kami memiliki anak dan selama itu juga saya berusaha ikut Tes Cpns. Kesana kemari saya naik motor sendiri dari kampung saya sampai Kabupaten. Pernah saya minta tolong sama suami... Entah dia itu malas antar saya kesana-kemari atau apa? Dia tidak terlalu merespon. "Mungkin suami tidak mendukung saya kerja. "
Saya mulai sedih dan sayapun menangis...
"Nasip ku menikah dengan dia yang tidak perduli denganku"
HP suami berdering...
"Hallo. Kenapa? Ia, saya kesana"
Dengan tergesa-gesa suami saya langsung beranjak dari tempat duduknya. Tanpa sepatah katapun untuk saya dia ambil kunci motor dari lemari dan langsung pergi tanpa memberitahu arah maupun tujuannya.
Karena waktu itu libur sekolah jadi saya berada dikampung suami. Pekerjaan saya selama dikampung suami membersihkan rumah, lingkungan rumah, masak, nyuci piring & cuci pakaian. Kami berdua suami tinggal dirumah mertua yang lama. Daripada rumah rusak karena tidak diurus jadinya untuk sementara, sebelum kami punya rumah sendiri kami tinggal dirumah itu saja. Kalau tinggal di kost banyak biaya & tinggal 1 atap sama orangtua maupun mertua tidak mungkin juga, karena kami sudah menikah.
Saya nelpon suami tidak diangkatnya padahal biasanya HP tidak pernah jauh dari dia. Jadinya sore itu karena saya merasa jenuh... Sayapun jalan-jalan sendiri pakai motor beat saya, sambil beli jajan, beli ikan, sayur & menghirup udara segar.
"Melihat orang lain jalan-jalan sama anak dan istrinya. Lah saya sering sendiri bahkan sering ditinggal sendirian dirumah. "
Datang lagi melow nya saya setelah melihat kebahagiaan orang yang punya anak...
"Kapan Tuhan mengijinkan saya punya anak?"
Sedih lagi...
Tiba-tiba tante panggil saya dari warung.
"Beli sayur"
"Sayur apa? "
"Pakis"
"Berapa harga seikat? "
"5 ribu saja... Ambil saja semuanya sisa 2 ikat saja ini" Sambil tertawa.
"Ah... 1 ikat saja te. Kalau 2 kebanyakan"
Setelah membeli pakis saya langsung pulang. Sampai dirumah melihat suami masih belum pulang. Merasa tidak ada kegiatan saya memasak saja dan selesai memasak saya mandi. Karena harinya sudah sore...
Selesai saya mandi bahkan sudah pakai baju tidur.
Brum... Brum... Suara motor suami datang.
Suami masuk rumah langsung masuk kamar dan main HP. Saya tanpa bertanya ini itu langsung kedapur saja...
"Lebih baik makan biar tidak error pikiran"
Saya makan sendiri tanpa menawarkan untuk suami. Saya terkejut tiba-tiba dia ada dibelakang saya...
"Makan tidak saling menawarkan"
"Lah... Saya pikir kamu kenyang makan HP"
"Jangan begitu juga nah... Ayo siapin makanannya. Aku lapar... "
Karena suami saya mau makan juga jadi saya siapin makanan. Tanpa basa-basi saya yang sudah merasa lapar juga langsung duduk dilantai. Saya berdoa untuk makanan saya sendiri, karena suami masih fokus dengan HP. Jadinya saya duluan saja makan.
Saya ngomong dalam hati "Mau makan... Tapi masih main hp. Bagaimana kelak kalau sudah punya anak"
Suami lebih mementingkan hp saat berada dirumah. Saya istrinya sendiri merasa tidak berarti.
Selesai makan saya langsung membersikan tempat kami makan. Setelah beberapa menit suami langsung ambil handuk dan mandi. Saya pikir setelah mandi suami tidak akan ke mana-mana lagi...
Ternyata dia keluar rumah lagi...
Apa yang membuat suami tak betah dirumah?
Beres-beres sudah...
Masak sudah...
Makan sudah...
Saya kesal sama suami, karena sebelum dia keluar rumah uangnya saya yang ada didompet diambilnya. Padahal uang ditanganku cuma sisa 100 ribu. Itupun aku sisihkan untuk membeli sayur hari berikutnya...
"Ambil duit ku cepat, tapi memberikan uang untukku hanya berani memberi berapa puluh ribu saja. Kalau banyak memberikan uang untuk saya itupun diambilnya kembali."
Pernah suami saya kasih uang 500 ribu untuk saya. Saat itu saya merasa bersyukur sekali itu suami berani memberikan uang sebanyak itu selama dekat dia. Dengan cepat saya simpan duit pemberiannya dan saya tabung di rekening tabungan punya saya.
Lusanya saya tenang-tenang...
Tiba-tiba suami menanyakan duit yang dia kasih.
"Duit yang saya kasih waktu itu masih ada kan? "
"Ada kataku"
"Kamu simpan dimana? "
"Aku tabung... Kalau ditangan uangnya cepat habis"
"Aneh... Uang itu bukan untuk ditabung. Uang itu untuk dipakai sehari-hari... Ya, untuk beli makanan kita berdua" Nadanya tinggi...
"Memangnya kamu tidak memikirkan kehidupan kita untuk kedepan kah? Kita harus nabung walaupun sedikit-sedikit... Karena kita tidak tau kehidupan kita kedepannya. Setidaknya buat jaga-jaga"
"Halah....... Kamu terlalu takut tidak punya duit. Duit itu cari-carian saja"
Mirisnya suami seperti itu ngomongnya. Apakah dia tidak sadar menafkahi istrinya saja bukannya tidak mampu, tapi tidak iklas. Selama menikah malah terbalik...
Seperti saya yang jadi kepala rumahtangga. Yang sering memberikan duit untuk suami saya, membantu bayar kredit saya...
Suami saat dapat gaji selalu bilang buat bayar kredit. Padahal luar dari gaji suami saya banyak pendapatannya dari pekerjaan sampingannya...
Malah banyak pendapatan punya suami saya daripada punya saya. Karena selama ini banyak membantu suami, keperluan saya, kebutuhan saya sering tertunda...
Malah untuk beli pakaian saja saya berpikir "ah boros... Masih banyak juga pakaianku yang lain & masih layak dipakai. "
Untuk perjalanan berurusan saja suami tidak pernah membantu saya dalam hal biaya apapun. Malah suami sering menanyakan gaji saya...
"Kemana saya gajimu? "
"Masalah gaji hasil jerih payahku kamu perduli, tapi kesulitanku tidak pernah kamu tanya"
"Toh duitmu kan duit bersama"
"Duit bersama.... Memangnya selama ini kamu adakah memberikan uang untuk ditabung? Uang yang aku tabung selama ini, itu semua hasil jerih payahku sendiri. Jika kamu mau mengatakan uang bersama, uang pemberianmu juga ada, tapi ini tidak ada"
"Memang seharusnya seperti itu saling membantu"
"Yang seperti itu bukan saling membantu, tapi kamu membodohi saya. Dimana hati dan pikiranmu? Saya selama ini banyak diam baru kali ini saya mengeluarkan unek-unek saya. Orangtuamu saja meminta saya untuk menabung... Katanya persiapan untuk segala melahirkan jika saya hamil. Saya ini perempuan lho & kamu laki-laki... " Nada saya mulai meninggi
"Kamu kan harus membantu saya juga. Saya merasa terbantu juga ada punyamu"
"Ada punyaku!!! Kamu hanya memikirkan duit punya saya saja. Uangku selalu kamu ambil dan tanpa memberi tahu aku terlebih dahulu. Sadar gak kamu... Kamu itu lebih mementingkan rokokmu dan hpmu daripada membeli makanan. Minta tolong beli makanan apa yang terjadi!! Kamu selalu mengutamakan rokokmu"
Selalu merasa kesal selama tinggal dikampung halaman suami. Hari libur pun selesai dan saya pulang kampung.