SNAPDOG

SNAPDOG

I Dharma Sutarsa

0

Bandung, November 2022

Aku terbangun di dalam sebuah kasur metal yang dingin. Menusuk-nusuk tubuhku yang telanjang. Napasku sesak, aku seperti terbangun dari dalam sebuah air, rasanya dadaku penuh dengan air. Sesak semakin perih di dadaku. Aku sulit bernafas. Aku memuntahkan cairan lengket dan berlendir dari mulut dan hidungku. Aku terbatuk parah. Tak terhenti.

Aku merasakan pusing yang teramat sangat. Menyerang setiap sisi kepalaku. Aku sempat berpikir dan bertanya aku sedang berada di mana dan apa yang telah terjadi. Mendadak pandanganku menjadi buram dan hitam.

Dan hitam menyeruak ke seluruh pandanganku membuatku seperti hilang dalam pandangan. Menuju jurang yang tak berujung.

........

........

Tetiba aku tersadar kembali. Sesak semakin menyerangku. Seperti timpaan besi dingin seberat satu ton di atas dadaku. Dinginnya membuat batuk berlendir itu kembali menyeruak. Batuk yang membuat paru-paruku meradang. Sakit. Perih.

Aku mencoba melihat ke sekitar. Kanan-kiri. Aku tampak gelisah. Seperti berada di ujung mati. Tapi kenapa begitu sakit. Jika aku memang dikehendaki mati, kenapa begitu sulit.

Pertanyaan demi pertanyaan semakin melayang-layang seperti awan putih di atas kepalaku:

Di mana aku?

Apa yang terjadi padaku?

Tempat apa ini?

Dan ....

Yang terpenting ialah

Siapa aku?

Aku bangkit dari tidur sesak ini. Setengah badanku terasa berat. Aku kembali roboh. Tapi dingin alas tidurku ini bukan main. Dia menusuk kulitku. Seperti berada di atas balok es yang akan mengelupaskan kulitmu saat kau tetiba bangun.

Kucoba kembali untuk bangkit duduk. Dengan agak miring dan susah payah, aku berhasil duduk. Sedikit agak melayang. Pusing. Dunia seolah-olah berputar. Aku melihat ke sekitar. Ini seperti laboratorium, banyak alat-alat medis di sini: pisau, gunting, alat jahit, dan darah membeku di mana-mana.

Aku melihat di depanku ada seonggok manusia yang terbujur. Di belakangku juga ada satu. Kami ini korban apa? Apa ini rumah sakit? Apa terjadi kecelakaan? Apa ini??? Aku geram dan segera mencoba berjalan.

Aku melihat sebuah meja berisi beberapa daftar dan catatan. Aku hendak meraihnya. Aku terjatuh. Lemas rasanya lutut dan kakiku. Sedikit lagi. Aku meraihnya. Aku mulai bisa menangkap kembali catatan itu, dan kuraih saat hendak terjatuh kembali. Aku bangkit dengan menggenggam catatan itu dengan lemas di lenganku.

Aku membaca satu per satu. Di lampiran paling atas aku melihat sebuah foto. Siapa ini? Di depanku ada sebuah cermin. Tak sengaja pandanganku mengarah ke sana. Aku melihat diriku. Aku telanjang. Ada beberapa bagian jahitan di tubuhku. Tangan, kaki, perut, dada, leher, kepala. Aku terlihat sangat buruk. Apa ini?? Apa aku mengalami kecelakaan yang parah?

Aku kembali memfokuskan pandanganku ke arah catatan tadi. Aku membacanya dengan sulit. Melihat satu foto di pojok kiri-atas catatan itu dan kembali melihat ke cermin. Apa ini aku? Ya ini aku? Siapa aku? Aku ini apa? Aku melihat pada kolom nama: ANDRE.

Tetiba, sebuah pintu terbuka, mataku dengan sulit mencoba untuk melihat arah dari suara pintu itu muncul ... seseorang masuk ke dalam ruangan ini, kupikir aku tidak akan menemukan manusia hidup di sini.

Sambil gemetar, badanku mencoba merespons sapaannya, seseorang dengan baju militer muncul di balik punggungku,

"Selamat datang, perkenalkan aku pemimpin di sini, kau Sabre pertama ciptaan kami, SnapDog. Aku Letjen (Purn) Dedi."

Dia berdiri di depanku, aku masih lemas dan sulit untuk berbicara bahkan untuk berdeham sekalipun. Namun, yang patut kusadari adalah, ternyata aku masih hidup.