Azkara kini sudah memasuki semester sepuluh, sampai saat ini laki-laki penyuka mie aceh belum menyelesaikan pendidikan sarjana. Entah apa yang membuat laki-laki berusia 24 tahun ini masih betah di kampus.
"Azka, sudah sampai mana skripsimu” ucap Bunda kesal.
“Sudah sepuluh semester, sepupumu Sabrina sudah lulus sarjana Hukum, sedangkan kamu masih menyandang status mahasiswa..” Bunda Azada hanya bisa mengelus dada berhadapan dengan anak sulungnya.
“Azka nggak tahu di bagian mana kesalahan, karena semua masukan dari dosen pembimbingku sudah aku perbaiki..” ujar Azka tersenyum tipis.
“Coba kamu diskusi dengan dosen pembimbingmu, Azka.. Bunda malu setiap ditanya sama nenekmu ‘Cucu pertamaku sudah lulus kuliah kah?’” Azka hanya terdiam menatap ke arah laptop.
“Semuanya butuh proses dan kesabaran, Bun.. Sebentar lagi pasti selesai kok.” ucap Azka asal.
“Bunda ingin kamu selesaikan kuliahmu, setelah itu cari kerja..” titah Bunda tegas.
“Ya Allah masa baru selesai kuliah, disuruh cari kerja Bun..” protes Azkara kesal.
“Terus kamu mau ngapain, orang-orang kalau sudah selesai kuliah mereka mencari kerja, setelah itu nikah..” kata Bunda penuh penekanan.
“Tapi, mau cari kerja dimana, Bun?” tanya balik Azka membuat Bunda naik darah.
“Carilah di kelurahan banyak tuh..” jawab Bunda geram.
“Loh kok di kelurahan, bisa nggak kalau Azka langsung jadi presiden..” Lagi-lagi Bunda hanya bisa sabar menghadapi putra semata wayangnya.
“Bisa menggunakan jalur langit..” ucap Bunda asal.
“Besok aku coba Bun..” Hanya helaan nafas menghadapi anak laki-laki ini.
***
Jam menunjukkan 16.00 sore, rumah Azkara kedatangan tamu. Seluruh adik dan kakak bunda datang dari kota Medan dan Pekanbaru untuk singgah sebentar karena mereka akan berangkat ke Padang. Bunda Azada menyambut baik delapan saudaranya.
“Assalamualaikum, adik kesayanganku, Azada apa kabarmu?” sapa Aziz, kakak pertama Azada.
“Walaikumsalam, alhamdulillah sehat abang gimana kabarnya?” jawab Bunda tersenyum.
“Alhamdulillah sehat, mana suamimu, Azada..” ujar Aziz tersenyum tipis.
“Sebentar lagi pulang, yuk masuk..” ajak Bunda menyambut seluruh kakak dan adiknya.
Bunda Azada adik kedua, memiliki delapan adik diantaranya Anita, Annisa, April, Anton, Andrian, Andini, Alvaro, dan Aqilla. Mereka semua adik Azada yang kini tinggal di Medan, Pekanbaru, Lampung, dan Bandung.
“Oh iya, Azada kamu besok mau ikut kita nggak pulang ke Pincuran, Kab. Tanah Datar, Bukittinggi, Sumatra Barat. Nenek menyuruh kita semua pulang kampung, karena ada yang ingin dibicarakan..” bisik Anita.
“Loh aku kok baru tahu, Nit..” ucap Bunda jujur.
“Nenek mengirim pesan melalui Bang Aziz tadi pagi, makanya kita semua mau pulang, sekalian healing kata anak zaman sekarang..” ujar Annisa tertawa kecil.
“Yuk ikut Uni, kebetulan kita bertiga sedang cuti..” mohon April, Andini, dan Anton memohon.
“Kalian saja berangkat, aku banyak kerjaan. Besok ada janji untuk konseling..” tolak Bunda halus.
“Konselingnya bisa digeser hari, Bun..” ucap Aziz tersenyum tipis.
“Tidak bisa, karena banyak kerjaan yang harus dikerjakan.. Gimana kalau Azkara aja yang ikut.” Usul Bunda.
“Tidak mau, bunda yang diajak oleh paman kenapa aku yang harus ikut..” tolak Azkara.
“Terus kamu mau ngapain di rumah? Cuma tidur, makan, tidur, makan..” protes Bunda geram.
“Aku bisa jalan-jalan ke mall, nonton bioskop, pergi bareng pacar, Bun..” ucap Azkara tertawa.
“Nggak lucu, pokoknya kamu harus ikut pulang kampung..” titah Bunda tegas.
“Jangan dipaksa dong, Bun..” ujar Azkara tak terima.
“Kalau gitu, nggak usah tinggal disini kalau nggak mau turut perintah Bunda..” kata Bunda menahan emosi menghadapi anak sulung.
“Oke, tapi… aku hanya tiga hari saja disana.” Tegas Azkara membuat Bunda naik pitam.
“Enak saja tiga hari, kalau bisa kamu nggak usah pulang ke rumah aja sekalian, tinggal disana..” ucap Bunda sabar bin sabar.
“Kamu nanti berangkat saja sama Sabrina naik pesawat, nanti paman dan bibimu naik mobil..” kata Aziz tersenyum.
“Baiklah, Paman..” ucap Azkara singkat.
“Sekarang kamu beres-beres, jangan begadang besok pagi sudah harus berangkat ke bandara..” perintah Bunda tegas.
***
-BERSAMBUNG-