Siapkah Kau Untuk Jatuh Cinta, Lagi

Siapkah Kau Untuk Jatuh Cinta, Lagi

Elfamayasari

0

"Na, nikah, yuk," ucap Arsenio pada Aruna sambil memperhatikan perubahan ekspresi di wajah sahabatnya.


"Nikah sama aku? Kamu kesambet apa? Kok, tiba-tiba ngajakin aku nikah. Emang nggak ada cewek lain yang mau nerima lamaran kamu?" jawab Aruna terkejut mendengar pertanyaan Arsenio.  


"Cewek yang mau nikah sama aku tuh banyak. Tapi sekarang dan untuk selamanya, aku cuma mau nikah sama kamu." Arsenio tersenyum bangga. 


"Kita udah sahabatan lama, kayaknya aneh deh kalau jadi pasangan, jadi pacar aja aneh apalagi suami istri," kata Aruna berusaha mengelak. 


"Justru karena kita udah sahabatan lama, udah tahu kejelekan dan kebaikan masing-masing, bahkan kita punya banyak rahasia yang hanya kita berdua yang tahu. Tapi ada satu hal yang nggak kamu ceritain ke aku. Hal itu yang bikin kamu nggak mau punya pacar atau nikah sampe sekarang." Arsenio menunggu jawaban Aruna dengan ekspresi penasaran. 


"Tahu dari mana, kamu? Pasti dari Erita, ya? Aku inget kalau aku cuma cerita ke dia aja. Tapi nggak apa-apa sih. Buatku punya pacar sekarang itu udah nggak penting lagi." 


"Terus, kalau nikah, gimana? Penting atau nggak?"


"Hmm, kayaknya nggak juga."


"Sebegitu dalam trauma yang kamu rasain. Maaf sebagai sahabat selama ini aku nggak tahu. Kamu pengen sembuh atau ngilangin trauma kamu nggak? Kalau kamu mau, aku mau bantu. Bahkan kalau kamu nggak mau, aku mau bantu kamu buat ngilangin trauma itu. Kamu pasti menderita selama ini. Kenapa nggak pernah cerita sama aku? Kamu udah nggak percaya lagi sama aku sebagai sahabat?"


"Aku nggak pernah sekali pun lupa kalau kamu sahabatku. Tapi, aku nggak mau kamu kepikiran tentang aku. Kamu juga punya kehidupan sendiri, biarlah yang jadi traumaku aku sendiri yang rasakan. Kamu juga nggak perlu ikut merasa bersalah."


"Tapi aku serius soal mau bantuin kamu ngilangin trauma itu. Makanya, nikah yuk sama aku. Biar aku bisa bareng kamu terus, biar kamu juga cepet ngilangin trauma itu."


"Emang kalau kita nggak nikah, kamu nggak bisa bantu ngilangin trauma itu?"


"Nggak."


"Kenapa?"


"Karena aku cinta sama kamu, dan aku mau orang yang aku cintai bisa hidup normal tanpa trauma masa lalu."


"Lupakan cintamu padaku. Aku takut nggak bisa mencintaimu, aku takut bikin kamu sakit hati." 


"Tapi aku cuma mau kamu, kan tadi aku udah bilang, untuk selamanya. Besok aku mau ngelamar kamu ke orang tuamu. Dandan yang cantik, ya."


"Ya, aku tinggal nolak aja, sih."


"Kalau kamu nolak aku, aku bakalan bilang sesuatu ke orang tua kamu, dan kamu juga nggak bisa ngelak."


"Mau ngomong apa?" ucap Aruna menantang Arsenio. 


"Aku bakal bilang kalo kamu nggak mau nikah," jawab Arsenio tegas. 


"Ya, jangan dong, bisa mati aku dibunuh sama mereka." 


"Ya, biarin aja, itu urusan kamu, kan kamu yang nggak mau nikah. Kalo aku sih mau aja." 


"Dipikir-pikir ucapan kamu ada benarnya juga. Sekarang umur kita 27 tahun. Temen-temen kita banyak yang udah nikah. Udah punya anak malah. Orang tua aku juga nuntut aku cepet-cepet nikah. Tapi, aku nggak mau nikah. Apalagi nikah sama orang yang baru aku kenal sebulan atau dua bulan, kan aku belum kenal banget sama orang itu. Ya, sudah kita nikah aja. Kamu boleh ngelamar aku seminggu lagi. Nanti aku ngomong dulu sama Papa, Mama."


"Ok, deal. Tapi aku pengennya nikah sekali seumur hidup, jadi kita nggak boleh pisah apapun yang terjadi. Seberat apapun masalah yang akan kita hadapi, kita nggak boleh pisah." 


"Ok. Setuju. Asal sama kamu, buatku masalah hidup bisa diselesaikan," jawab Aruna meyakinkan.


"Eh, bentar, tadi kamu nggak mau nikah sama aku, kok sekarang jadi mau?" 


"Ya tadi tiba-tiba inget kalau Papa Mama suka tanya kapan aku nikah. Terus kamu ngajak nikah, ya, sudah. Kalau sama orang lain, ya, mending aku nggak nikah. Pernikahan ini juga kan menguntungkan buat aku." 


"Kamu kira nikah kaya jual beli." 


"Sepertinya begitu." 


Aruna, dengan menikah kamu kan masuk ke fase kehidupan yang lain. Tidak seperti ketika kita bersahabat, akan banyak kerikil tajam yang akan kita lalui, bahkan dengan trauma yang kamu miliki, maka pernikahan ini akan terasa lebih berat. Tapi karena aku menikah denganmu, maka aku akan hadapi semua bersamamu. Asalkan dengan kamu, kata Arsenio dalam hati.