Satu Kebahagiaan Sejuta Kesedihan

Satu Kebahagiaan Sejuta Kesedihan

Virdth

0

Prang!

Seorang gadis berlari untuk menutup mata dan telinga kedua adiknya saat mendengar suara piring pecah.

"Kak... Mama sama papa berantem lagi?" tanya salah satu adik gadis itu.

Gadis itu menggeleng pelan. "Ssts, kalian tidur aja," bisik gadis itu memeluk erat kedua adiknya.

Gadis itu menggigit bibirnya, menahan isakan yang akan keluar dari mulutnya. "Tuhan, apapun itu, asal jangan keluargaku..." lirihnya pelan.

"Kamu mabuk-mabukan lagi?! Gila kamu! Anak-anakmu butuh makan!" teriak wanita yang terlihat sedang berdebat dengan laki-laki di depannya.

"Ini gara-gara kamu menuruti orang tuamu yang gila itu!" ucap wanita itu terlihat semakin marah.

Plak!

Wanita itu tertoleh ke samping saat laki-laki di depannya menampar dirinya. "Berisik kamu! Itu anak kamu, kamu urus sendirilah!" cecar laki-laki itu.

"Dasar, brengsek!" Wanita itu melempar gelas ke arah laki-laki itu.

Prang!

"Sialan kamu!" Laki-laki itu berjalan mengambil kayu yang ada di sudut ruangan.

Melihat pergerakan laki-laki itu gadis itu melepaskan pelukannya pada adik-adiknya. 

"Kalian tutup mata sama telinga kalian, jangan di buka sampai kakak suruh kalian buka," titahnya yang langsung dituruti oleh adik-adiknya itu.

Laki-laki itu hendak memukul wanita di depannya. Namun, segera dihalangi oleh gadis itu.

Buagh!

Pukulan yang cukup keras mendarat dengan mulus pada badannya yang sudah membiru.

"PAPA MAU BIKIN MAMA MENINGGAL?! PAPA NGGAK PUAS NGEHANCURIN HIDUP AISHA?! PAPA MAU NGEHANCURIN HIDUP ADIK-ADIK AISHA JUGA?!" pekik gadis itu dengan suara bergetar.

"Minggir kamu!" perintah wanita itu.

"Ma?! Gimana cara Aisha minggir?! Mama sama Papa nggak capek berantem terus?! Kalo seandainya Mama dan Papa nggak mau bersama kenapa kalian nikah!" Tubuh gadis itu meluruh ke lantai, ia terisak di lantai yang kini terasa sangat dingin. 

"Ma... Pa... Cukup Aisha, Gerald dan Mira jangan... Mereka masih kecil, mereka butuh kasih sayang kalian," lirih gadis itu memohon.

"Memberi kasih sayang pada mereka? Saya tidak ingin memberikan kasih sayang pada anak b*tch!" ketus laki-laki itu lalu berjalan pergi.

"PA, MEREKA DARAH DAGING PAPA, PAPA JAHAT!!" teriak Aisha. Gadis itu kembali berjalan ke arah adik-adiknya.

"Kalian, kalian harus bahagia," ucap Aisha pada adik-adiknya.

~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~

"Sha, maaf, aku salah," ungkap laki-laki itu memohon pada Aisha.

Aisha menghempaskan tangan laki-laki yang hendak memegangnya itu. "Udah ya, Zo? Ternyata kamu sama br*ngs*knya sama papa aku."

"Sha... Maaf, maafin aku," lirih laki-laki itu memohon.

Aisha menggeleng lalu memalingkan wajahnya. "Anggap aja kita nggak pernah kenal, dan aku nggak pernah suka sama kamu." 

"Dunia... Sekejam ini ya? Kejam banget, sampai aku bingung aku harus apa lagi buat bahagia."

~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~

"Kak berhenti deketin Aisha ya? Aisha masih takut."

"Gue nggak mau, karena gue tulus, Sha. Gue bakalan terus usaha, gue nggak akan berhenti, Sha. Nggak semua orang itu jahat."

"Bohong! Semua orang di dunia itu jahat, sedikitpun nggak ada yang baik!"

"Denger gue baik-baik, gue bakalan berhenti deketin lo kalau lo berhasil bangkit dari fase terburuk lo ini, kita sembuhin trauma lo bareng-bareng ya?"

~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~~•~•~•~

"Kak, Aisha bingung, Aisha ngapain ya di sini? Badan Aisha capek semua, mental Aisha juga hancur, Aisha mau nyerah deh."

"Aisha... Jangan ngomong gitu, kalau badan Aisha capek Aisha istirahat, kalau mental Aisha hancur, ada Kakak. Kakak akan jadi superhero buat kesayangan Kakak!"

"Maaf ya, Kak. Aisha pamit..."


Bersambung....