Vote ya gaes
Aku butuh vote dari kalian.
Jakarta 2018
Paras rupawan nya berhasil menarik perhatian seluruh pengunjung club. Rahangnya yang tegas dan dua kancing kemeja atasnya yang terbuka berhasil membuat para wanita meneteskan air liurnya.
Sedari tadi dia hanya duduk, kemudian meneguk wiski yang ada di gelas mungilnya dengan frustasi. Anehnya malam ini, wiski yang dia minum tidak mampu mengurangi rasa stres nya.
Ini bukan kali pertama dia ditinggal menikah oleh gadis yang dia cintai. Dulu ketika dia berusia dua puluh tahun, pacarnya hamil anak orang lain membuat gadis itu terpaksa menikah dengann pria yang telah menghamilinya.
Dia tidak merasakan sakit hati sedikit pun. Bahkan dia datang ke acara pernikahan gadis itu. Mengucapkan selamat dan memberikan hadiah yang cukup mahal dan bermanfaat untuk anaknya nanti. Stroller bayi bermerek Dior yang harganya puluhan juta rela dia berikan kepada mantan yang sudah selingkuh di belakangnya itu. Dan hasilnya tidak ada rasa sakit hati yang cukup mendalam karena penghianatan itu.
Namun, ketika usianya sudah menginjak 30 tahun dan gadis yang dicintainya tanpa gadis itu tahu perasaannya yang sangat mendalam ini akan menikah dengan pria lain berhasil membuatnya patah hati.
"Selamat malam Nona. Mau minum apa malam ini?"
Satu pengunjung baru datang, dengan keadaan mata sembab dan lingkar mata yang begitu hitam.
"Wiski."
Suara lembut itu berhasil menarik kesadaran pria itu. Wiski yang lama-kelamaan membuatnya hilang kesadaran terhalau dengan cukup keras oleh suara lembut yang sangat dikenalnya itu.
Iris hijaunya melirik gadis yang terhalang oleh wanita yang sedari tadi bergelayut manja di lengannya. Pria itu pun menghempaskan tangan wanita itu dan memberikan kode kepada wanita itu agar pergi dari sampingnya.
Jantungnya berdetak dengan cepat saat berhasil melihat dengan jelas wajah gadis itu. Dunia terasa berhenti. Pengaruh wiski membuatnya ingin sekali memeluk gadis itu, namun kewarasannya dan cinta kepada gadis itu yang membuat dia berhenti melalukan hal gila itu.
Pria itu hanya berpindah duduk agar berada tepat di samping gadis itu.
Waiters yang sedang menuangkan wiski ke dalam gelas itu menyadari pergerakan pria itu. Dia hanya tersenyum tipis dan meninggalkan keduanya.
Semerbak harum ceri melingkupi seluruh penciuman pria itu. Dia memejamkan kedua matanya untuk menikmati sensasi yang menyenangkan ini. Rasanya dia ingin menghirup aroma ini dengan rakus. Meletakkan kepalanya di ceruk leher gadis itu dan menghisap semua wangi yang ada di tubuh gadis itu.
Namun, lagi-lagi kewarasannya menuntunnya agar tidak melakukan hal bejat seperti itu.
"Tolong satu botol lagi," ucap gadis itu yang membuat pria itu membulatkan kedua matanya.
"Hei, kau sudah minum satu botol," tegurnya dengan suara tegas yang membuat gadis itu menatapnya dengan pandangan kesal.
Keadaan gadis itu sangat berantakan. Rambut cokelatnya tidak tertata dengan baik, wajahnya penuh dengan air mata. Lingkaran matanya menghitam mungkin karena eyeliner yang luntur akibat air mata.
"Jo?"
Jonathan tersenyum tipis, lalu tangan kanannya memberikan aba-aba kepada waiters agar tidak membawa satu botol wiski yang akan membuat kesadaran gadis itu hilang.
"Kau sedang apa di sini Mikaila. Tempat ini tidak cocok untukmu," ucap Jonathan.
Mikaila berdecih pelan lalu memutar badannya menjadi menghadap ke panggung DJ.
Gadis itu seperti terhipnotis oleh musik yang sedang dimainkan oleh DJ. Sedikit demi sedikit tubuhnya ikut bergerak mengikuti irama musik. Biasanya Mikaila tidak percaya diri untuk bergoyang di depan umum seperti ini. Hanya saja kali ini berbeda. Wiski yang sudah berada di dalam tubuhnya berhasil membangkitkan sisi kepercayaan dirinya.
"Kau mau ke mana Mikaila?"
Jo kalang kabut ketika Mikaila turun dari tempat duduknya dan berjalan ke lantai dansa. Gadis itu tidak takut untuk bergabung dengan sekelompok manusia yang sedang hilang kewarasan dan berjoget dengan riang di tengah sana. Pria itu tidak akan membiarkan salah satu manusia brengsek itu menyentuh gadisnya. Jo sangat mencintai Mikaila dan gadis yang sudah berhasil mematahkan hatinya adalah Mikaila.
Bulan depan Mikaila akan menikah dengan Ragan Odrian, CEO dari perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi yang tentu saja milik keluarga Ragan itu sendiri. Kabar itu dia ketahui saat Jo berusaha untuk memberanikan diri untuk mengenalkan dirinya kepada Mikaila. Namun, semuanya sudah terlambat. Info itu sudah terdengar ke dalam rumahnya dari mulut ibunya sendiri.
Jika dibandingkan dengan Ragan dia bukan siapa-siapa. Jo menjadi CEO karena direkrut oleh pamannya untuk mengelola usaha pamannya itu. Perusahaan Jo bergerak dibidang penyedia bahan makanan. Minimarket yang dikelola oleh perusahaannya sudah memiliki 16 ribu cabang yang tersebar di Indonesia.
Sedangkan Ragan, cabang perusahaannya sudah ada di seluruh dunia. Bahkan perusahaan Ragan sudah memajukan Indonesia dengan menciptakan ponsel Android yang bisa dipakai oleh berbagai kalangan.
Maka dari itu Jo tidak berani untuk merebut Mikaila dari Ragan. Karena Jo sangat yakin jika Ragan mampu membahagiakan Mikaila.
"Hei kau harus pulang sekarang juga," ujar Jo kepada Mikaila yang sedang memutar tubuhnya.
Gadis itu tidak mendengarkan omongan Jo. Dia begitu menikmati musik jedag jedug yang diputar oleh DJ. Sesekali dia melompat dengan senyuman lebar dan kembali terdiam ketika melihat Jo berada di depannya.
"Jo..." ujarnya dengan suara rendah.
Mikaila mendekat kepasa Jo, mengikis jarak diantara mereka. Menempel dengan sempurna yang berhasil membuat napas Jo tertahan. Tangan mungilnya mengalun dengan indah di leher pria itu, wajahnya menatap pria itu dengan tatapan lekat.
"Kalau dia bisa selingkuh, aku juga bisa bukan?"
Jo tertegun dengan pertanyaan Mikaila. Dia semakin terkaget-kaget ketika bibir tipis itu menempel di bibir tebalnya. Tangannya yang bebas berusaha menjauhkan tubuh mungil itu, namun Jo malah salah sasaran dengann menyentuh bokong kecil milik gadis itu.
Tidak mau ditolak oleh Jo. Bibir tipis itu mengigit dengan kencang bibir bawah milik pria itu membuat Jo mau tidak mau membuka bibirnya dengan lebar.
Pria itu tidak bisa menolak. Nasi sudah menjadi bubur. Jo hanya perlu mengikuti alur permainan gadis itu bukan? Maka dari itu, Jo membalas lumatan kecil itu dengan lebih brutal. Dia menyesap bibir tipis itu dengan kuat dan meremas kedua bokong kecil itu dengan keras.
Lantai dansa pun semakin panas saat kedua manusia berbeda jenis kelamin itu saling membalas ciuman satu sama lain dengan gairah yang membara.
Dirasa membutuhkan oksigen untuk bernapas kedua bibir seksi itu pun terlepas. Jo memandang Mikaila dengan penuh damba. Jika bisa dia ingin membawa gadis itu ke atas ranjangnya dan menghabiskan malam yang panas ini dengan penuh cinta.
"Bawa aku Jo. Bawa aku ke tempat mana pun yang kamu mau."