Salsabila

Salsabila

auaudisini

5

Gadis remaja yang terkekang dengan segala aturan yang dibuat oleh papanya. Salsabila Haniya Putri remaja cantik yang biasa disapa dengan Aca. Aca yang kerap kali melanggar aturan papanya. Tapi pasti akan berakhir dengan amukan dari sang papa.

Orang tua yang tegas dalam mendidik anak anaknya. Juna Alexander sosok papa yang sangat tegas dalam menjalankan kewajibannya sebagai orang tua. Menikah dengan gadis pilihan sang mamanya dulu yang bernama Amira Yulia Putri. 

Walaupun menikah dengan cara perjodohan tidak menutup kemungkinan kedua tidak saling jatuh cinta. Amira yang lebih dulu mencintai sang suami nya dan disusul Juna yang mencintai balik sang istri. Kedua saling melengkapi. Misalnya Juna yang memarahi anaknya habis habisan ada sosok ibu yang baik akan menemai sang anak semalaman. 

Mereka yang mempunyai 3 anak yang dianugrahi oleh tuhan. Anak pertamanya yang bernama Bima Alexander sosok yang begitu dingin. Sangat menuni sikap sang papa tegas dan otoriter.

Membantah Bima bukanlah hal yang baik buat seorang Aca. Membantah Bima akan membuat Aca dalam kesusahan.

Bima yang berumur 19 tahun. Sekarang menempuh kuliah di semester 4 jurusan Manajemen bisnis. Bima juga yang akan melanjutkan bisnis dari Juna. Jurusan kuliah Bima yang memilih adalah Juna. Juna yang menentukan anaknya akan mengambil jurusan apa. Dan syukurlah Bima menerima permintaan Juna. 

Abangnya itu yang begitu disiplin dalam segala hal. Aca sampai kewalahan menaati segala aturan yang diberikan abang sulungnya itu. Sikap Bima yang begitu kaku sangat sulit diajak berinteraksi membuat Aca selalu canggung berada di dekat Bima.

Dan anak kedua dari Juna dan Amiria yang bernama Cakra Alexander. Sikap Cakra yang sedikit bisa diajak bercanda. Berbeda dengan Bima dan Juna hidup mereka berdua penuh keseriusan. 

Cakra yang berumur 18 tahun sekarang berkuliah sama dengan sang abang disemester 2 jurusan akutansi. Dan jurusan Cakrapun ditentukan oleh Juna. Dan menurut Cakra juga tak masalah kalau papanya menentukan jurusan kuliahnya.

Cakra yang bisa Aca ajak sedikit bercanda jika mood dari sang abang baik. Bercerita satu sama lain dalam segala hal yang telah dilalui. Aca yang sering mampir kekamar Cakra setelah pulang sekolah bercerita hal yang Aca alami disekolah. 

Tapi berbeda disaat Cakra dalam mode serius. Jangankan bercanda diajak bicarapun Aca tak sanggup. Cakra akan mudah marah disaat kesibukannya diganggu apalagi dia mengerjakan sesuatu pasti akan sangat serius.

. . . 

Pagi hari ini dimulai dengan sarapan bersama dengan keluarga. Aca yang bersemangat hari ini karna selesai libur panjangnya. Walau hanya berlibur dirumah saja sudah cukup buat Aca menghabiskan waktunya bersama mamanya dan Cakra. Makanya Aca sangat senang hari ini karna bisa bertemu dengan teman temannya lagi. 

Sekarang Aca sudah duduk dikelas 11 jurusan ips. Sama seperti kedua abangnya Aca juga berjurusan ips. Aca dengan senang hati masuk kedalam lift rumahnya. Ada sih tangga cuma itu digunakan disaat keadaan mendesak.

Dan Aca melihat keluarganya sudah berkumpul di meja makan. Aca duduk disamping mama. Didepan Aca sudah duduk dengan tenang Bima dan Cakra. Amira yang mengambilkan roti untuk sang suami yang duduk diujung meja. Aca mengambil beberapa lembar roti dan mengoleskannya dengan selai coklat.

Semuanya mulai memakan sarapan dengan tenang tanpa mengeluarkan suara. Juna sangat melarang keras berbicara saat makan. Dan selama bertahun tahun anggota keluarga menaati aturan dari Juna. Ini salah satu aturan dari ratusan aturan rumah ini. Dan yang pastinya Juna yang lah membuatnya dan harus ditaati semua orang terutama anak dan istrinya.

Para pelayan dirumah ini pun diberi aturan sesuai dengan porsinya juga. Masion megah Juna ini memiliki banyak pelayan disetiap sudut rumah. Sarapan pagi ini berjalan dengan tenang. Dan berakhir dengan cepat. Aca juga harus segera kesekolah.

Aca berdiri dari kursi menghampiri Juna guna untuk menyalami punggung tangan sang papa. Juna yang mengerti tujuan dari Aca lalu menerima uluran tangan sang anak. Amira sedang berada di dapur entah apa yang dilakukan mamanya sekarang. Aca juga harus berpamitan dengan Amira

Sebelum itu Aca juga salim kepada Bima dan Cakra. Jangan sampai Aca melupakan aturan ini. Setiap mau pergi kemanapun harus salim dulu pada yang lebih tua. Pokoknya setiap bertemu harus diwajibkan menyalami punggung tangan orang yang lebih tua.

"Aku berangkat bareng siapa?" tanya Aca.

"Bareng abang dong." ucap Cakra setengah berteriak.

"Pelankan suaramu Cakra!" tegur Juna. 

"Iyaa pa. Kamu bareng sama abang aja dek." balas Cakra.

"Abang nggak masuk kuliah?"

"Nanti jam 10 dek."

"Ooh gitu. Yaudah kita berangkat sekarang ntar aku telat lagi."

"Kamu nggak mau pamitan sama mama, sayang?" tanya Amira.

"Eh aku lupa." jawan Aca lalu langsng menghampiri sang mama. Mencium punggung tangannya. Dan dibalas kecupan di kening Aca yang di berikan Amira.

"Gapapa sayang. Ini bawa bekalnya mama udah masakin nasi goreng tadi."

"Nggak usah deh ma. Aku nanti pulangnya juga bakalan cepat kok." balas Aca.

"Bawa bekalnya!" tegas Bima.

"Ta-----

"Dek ambil aja deh." potong Cakra. 

Cakra tidak mau adiknya ini mendapat omelan dari abang dan juga papanya. Mereka berdua sudah menatap tajam Aca.

"Yaudah. Makasiii banyak mama ku." ucap Aca lalu mengambil kotak bekalnya yang berada ditangan Amira.

"Iyaa sama sama sayang." balas Amira.

"Aku berangkat dulu ma." ucap Cakra menyalami Amira. Dan diikuti Bima sesudahnya.

Bima dan Cakra sebelumnya sudah menyalami Juna. Bima ada keperluan penting yang harus ia lakukan pagi ini. Makanya akan berbarengan keluar dengan Cakra dan Aca.

Sesampainya diteras rumah Bima menghampiri Cakra dan Aca. Bima orangnya sulit ditebak.

"Gua nebeng." singkat Bima.

"Hah?" balas Cakra yang kebingungan dengan sang abang.

"Gua nebeng sampai kampus." 

"Gua nggak kekampus bg."

"Anterin gue."

"Huft yaudah deh." 

Dengan berat hati Cakra menuruti keinginan sang abang daripada pagi pagi gini sudah mendengar amukannya. Aca hanya diam melihat interaksi keduanya. Aca ditarik Bima untuk duduk dikursi belakang membiarkan Cakra mengemudi sendirian didepan.

Aca yang tidak menolak diajak Bima duduk dibelakang. Cakra yang sudah siap mengemudi dengan Aca dan Bima yang sudah duduk dibelakang. Aca gugup jika sudah berdekatan dengan Bima seperti sekarang. Walaupun Bima fokus pada ponselnya tetapi tetap saja Aca canggung.

Ditengah perjalanan Cakra menggerutu tindakan sepihak dari Bima. Cakrapun tidak bisa menolak semua perintah sang abangnya itu. Menarik Aca untuk duduk bersamanya dan membiarkan Cakra seperti supir.

"Berasa supir gue anjing!" ucap Cakra.

"Bahasanya Cakra!!" tegur Bima.

"Iyaa. Lo bikin gua kesel aja sih bg. Bawa mobil sendiri apa salahnya sih?"

"Males."

Membuat Cakra semakin frustasi dengan sikap Bima. Ingin melemparkan Bima sekarang juga ditengah danau yang dalam.

"Gimana liburannya?" tanya Bima dingin.

Aca yang tidak sadar bahwa Bima sekarang bicara padanya. Aca sedari tadi fokus dengan chat temannya digrup tanpa memperhatikan pertanyaan Bima.

"Salsabila!!"

"Ehhh iyaa bg." balas Aca.

"Kamu nggak dengar pertanyaan abang tadi?" tanya Bima dingin menatap tajam Aca.

"Ma-aff bg." 

"Siniin ponselnya!" 

"Iyaa." ucap Aca menyerahkan ponselnya pada Bima. Bima yang melihat sebentar ponsel Aca lalu mengantonginya. 

Mampus!

"Pulang sekolah minta ponselnya sama abang." tegas Bima.

"Iyaa."

Aca kesal dengan keputusan sepihak dari Bima tapi Acapun tak bisa membantah abang sulungnya. Lebih baik tadi Aca cuma berangkat bareng Cakra tanpa adanya Bima.

"Abang nggak suka diabaikan!" ucap Bima dingin.

"Iyaa maaf bg." balas Aca.

"Hmm."

"Pada kenapa sih kalian berdua ribut mulu?" tanya Cakra.

"Aku salah bg." jawab Aca

"Abang kamu itu aja yang ribet Ca." 

"Cakra!" tegur Bima.

"Maaf becanda doang kali."

"Gua nggak suka jadi bahan becandaan lo!"

"Hmm nggak gitu lagii gua."

"Nyetir aja yang bener." 

"Iyaaa".

Tak terasa akhirnya Aca pun keluar dari masalah kecanggungan ini. Setibanya dihalaman sekolah Aca segera menyalami punggung tangan kedua abangnya dan langsung keluar mobil.

Berlari dikoridor membuat Aca jadi pusat perhatian. Aca yang bodo amat tetap melanjutkan larinya menuju kelas. 

Disekolahan ini 3 thn bersama teman yang sama dan kelas yang sama. Makanya Aca tidak kebingunan mencari kelas dan temannya.

Dan sesampainya dikelas Aca duduk dikursi yang selama setahun kemarin ia duduki. Dan disebelah Aca sudah ada temannya yang bernama Ningning teman satu satunya Aca. Ningning lah tau semua permasalahan Aca dan ketoxic kan keluarganya. 

Mereka sudah berteman sejak lama. Mungkin bisa dibilang waktu Aca dan Ningning tk mereka juga bertetangga. Sekitar 8 rumah dari rumah Aca. 

Makanya Ningning tau semua tabiat keluarga Aca dan begitu juga sebaliknya Acapun tau bagaimana keluarga Ningning. 

Ningning si anak tunggal yang sering ditinggal kerja oleh kedua orang tuanya. Ningning sering kesepian didalam rumah besarnya itu. Kedua orang tua yang gila kerja. Berduanya saling melengkapi dan memberi support satu sama lain. Ningning yang terganggu karna kedatangan Aca. Aca mengganggu acara membacanya pagi ini. 

"Kenapa Ca?" tanya Ningning.

"Lo tau nggak Ning, tadi gue diantar abang abang gue. Lu tau kan seberapa canggungnya gue dekat sama si Bima itu. Dan malahan dia duduk sebelahan gue." gerutu Aca.

"Trus?"

"Ya gue kesel aja gitu. Mana ponsel gue juga disita sama si Bima sakti itu lagi. Masa gara gara sepele diambil ponsel gue. Gue cuma liat liat chat grup aja sampai nggak dengar omongan dia. Dan langsung aja dia ngomong gini siniin ponselnya! Kesel gue Ning."

"Yaudah sabar beb kuu. Ntar juga dibalikin tuh." 

"Katanya ntar pulang sekolah boleh minta ponselnya. Untung aja gue masih megang ponsel lama ini."

"Lu punya ponsel maksudnya?"

"Ponsel khusus buat nelpon doang Ning dibeliin papa. Gue lupa kasih tau lu."

"Ooh yaudah. Bagi no nya?"

"Besok deh gue kasih tau no nya. Kata sibima cuma boleh simpan no abang dan orang tua doang."

"Ooh okee dehh."

"Sorry yaa beb."

"Santaiii."

"Tapi kan gue tetap kesel aja Ning. Bima main ambil ponsel gue aja. Dan semoga aja nanti pulang sekolah di balikin sama dia."

"Semoga aja Ca."

"Anjing kau Bima."

"Nggak boleh ngomong gitu Ca. Dosa loh ngatain abang lo sendiri."

"Huffttt."

"Yaudah jangan badmood mulu dong. Lo nggak kangen apa sama gue?" tanya Ningning.

"WOII IYAA LAHH." teriak Aca lantang.

"Jelas lah gue kangen banget sama lo Ning." balas Aca.

"Peluk dong gue."

Aca langsung memeluk Ningning dengan erat. Karna masalah dengan Bima, Aca melupakan sahabatnya ini. Betapa kangennya Aca dengan Ningning. Selama liburan mereka sama sekali tidak berkomunikasi. 

Sudah jelas ponsel Aca disimpan sang papa.

"Kenapa lo nggak bisa dihubungin sih Ca?" tanya Ningning melepaskan pelukan.

"Lo tau lahh bapak Juna yang terhormat mengambil ponsel gue. Katanya liburan nggak boleh pake ponsel."

"Ada ada aja tuh bokap lo."

"Ya begituh lah Ning. Kek nggak tau bokap gue aja."

"Jelas lah gue tau. Berapa lama gue dekat sama lo. Semua tabiat keluarga lo gue tau Aca."

"Tuh kan pinter."

"Pinter dong. Ngomong ngomong liburan kemana bun?"

"Lo mau tau gue liburan kemana?"

"Iyaa Aca."

"Gue liburan di masion megah milik Tuan Juna Alexander yang terhormat. Gue dikurung disana. Katanya kek gini Nggak ada liburan. Diam dirumah aja. Papa banyak kerjaan. Begitulah katanya dan dengan terpaksa dan berat hati gue ngeiyaiin perintah tuan juna."

"Anjirt ngerii ya tuan juna itu."

"Ngerii sangat Ning."

"Bosan tuh gue dirumah terus kek lo."

"Gue juga bosan lah Ning. Tapi mau gimana lagi gue nggak bisa nolak perintah papa. Dan untungnya bg cakra dan mama selalu nemein gue dirumah."

"Hmm syukur lahh beb."

"Hmm capek gue ngomong Ning. Dah diam aja lagii."

"Siap tuan putri."

. . .

Mungkin hari ini adalah hari pertama sekolah ditahun ajaran baru. Jadi teman Aca membuat acara kecil kecilan di rooftop sekolah. 

Sepulang sekolah nanti kita akan mengadakan acara makan makan gitu. Beberapa teman cowo dikelas Aca sudah membeli beberapa makanan ringan. 

Aca sebenarnya ingin ikut bergabung dengan temannya yang lain. Tapi takut tidak diizinkan oleh Bima ataupun Cakra. Karna aturannya Aca harus segera pulang kalau sudah waktu jam pulang sekolah.

Aca sudah menolaknya agar tidak ikut nanti pulang sekolah tapi temannya terus terusan memaksa Aca. 

Seperti sekarang Aca sudah berdiri di pintu kelas hendak pulang tapi tangan Aca langsung ditahan oleh salah satu teman ceweknya. 

"Aca gue nggak mau tau lo harus ikut gabung sama acara hari ini!" tegas teman Aca yang diketahui namanya Putri.

"Put gue nggak bisa kalau hari ini. Acaranya mendadak banget jadi gue belum sempat izin" ucap Aca.

"Apa gunanya ponsel lo?"

"Gimana ya?"

"Dah gue nggak mau tau lo ikut gue sekarang!" tegas Putri lalu menarik tangan Aca menuju rooftop. 

"Put biarin gue jalan bareng Ningning aja deh. Janji gue nggak bakal kabur." 

"Hmm yaudah deh. Ning awasin di jangan sampai kabur." balas Putri.

"Iyaa Put." jawab Ningning.

Tangan Aca sudah dilepaskan oleh Putri. Aca lalu mengandeng tangan Ningning mengajaknya jalan berdua ke rooftop.

Ningning yang mengerti kecemasan sahabatnya saat ini. Aca pasti gelisah karna pasti tidak diizinkan keluarganya.

"Ning ini gimana? Gue belum izin?" tanya Aca.

"Gue juga nggak tau Ca." jawab Ningning.

"Apa gue pulang aja ya Ca?"

"Kalau lo pulang pasti bakal buat teman teman kecewa Ca."

"Jadi gue harus gimana dong? Apa gue izin dulu?"

"Nggak usah izin aja deh. Gue jamin lu nggak bakal diizinin. Gabung aja bentar sama kita trus setengah jam lagi lo pulang."

"Gitu aja?"

"Ya setengah jam doang telat pulang kan gapapa juga Ca."

"Yaudah dehh."

Aca hanya bisa pasrah sekarang. Mengikuti saran dari Ningning saja. Setengah jam tidak akan membuat abangnya marah besar juga pikir Aca.

Aca mengikuti acara ini dengan senang. Begitu juga temannya yang lain. Kita makan makan bareng. Ada juga yang nyanyi berjoget. Dan masih banyak lagi aktivitas yang dilakukan teman sekelasnya ini.

Aca dan Ningning hanya menonton kegiatan temannya. Aca ada perasaan cemas sekarang. Ini sudah satu jam lebih Aca disini. Tadi hendak pulang tapi langsung ditahan oleh temannya. Dan berakhir Aca tetap disini. 

Cuaca siang ini cukup mendukung. Tidak panas juga membuat acara makan makan menjadi lebih seru. 

Terlalu asik menikmati acara, tiba tiba ponsel disaku rok Aca berbunyi menandakan ada panggilan masuk. 

Aca yang segera mengambilnya dan meminta izin ke Ningning untuk mengangkat telpon dulu. Setelah mendapat anggukan dari Ningning, Aca menuruni tangga guna menjawab panggilan telpon ini.

Aca sudah menduga kalau akan ditelpon oleh abangnya. Dengan tangan yang gemetar Aca mengangkat telpon.

"Assalamualaikum bg."

"Waalaikumsalam. Dimana?"

"Masih dise-kolah bg."

"Ngapain masih disekolah, hah?! Ini udah lewat sejam dari waktu pulang sekolah kamu Aca!"

"Aca ikut acara teman dulu disekolah bg. Maaf."

"Acara?"

"Acara makan makan gitu dirooftop."

"Pinter!! Berani banget kamu sekarang!! Pulang sekolah nggak langsung pulang malah ikutan acara nggak jelas!"

"Maaf."

"Nggak ada maaf maaf Ca!"

"Abang, Aca minta maaf."

"Sejam lebih kamu buat sopir menunggu didepan sekolah kamu Ca. Kalau pak sopirnya nggak nelpon abang tadi mungkin kamu kebablasan mainnya sampe malam."

"Nggak bakal sampe malam kok bg."

"Pulang sekarang!"

"Bentar lagi Aca pulang kok bg."

"Acaa!! Abang bilang pulang sekarang!"

"Bg."

"Mau abang seret?!"

"Nggak mau bg."

"Yaudah pulang sekarang!"

"Ini Aca mau pulang kok. Izin teman dulu."

"Alasan!! Tunggu abang disekolah!"

"Aca pulang sama pak so--

"Tunggu abang disekolah Ca! Kamu emang pengen abang seret!"

"Enggak bg."

"Tunggu abang 5 menit lagi. Jangan coba coba buat kabur Aca!"

"Iyaa."

"Kamu kalau nggak diginiiin nggak bakal ngerti!"

"Maaf."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam bg."

Bima mematikan panggilan telponnya. Aca dibuat tidak berkutik oleh Bima. Apalagi Bima yang akan menjemput Aca sekarang. 

Mampus.

Aca mengirim pesan pada Ningning bahwa Bima akan menjemputnya. Aca tidak sempat berpamitan dengan temannya. Terlalu takut dengan Bima yang akan menyeretnya pulang.

Aca tidak mau temannya melihat Bima yang menyeret Aca pulang. Pasti Aca akan sangat malu bila temannya melihat. Aca berlari menuju pos.