Sahabatku Musuh dalam Selimut

Sahabatku Musuh dalam Selimut

YeniSartika

0

Namaku adalah Zahra Adila. Aku bekerja disalah satu perusahaan terkemuka di kota ini. Aku tinggal bertiga saja dirumah ini. Hanya aku, suamiku dan juga anakku satu-satunya yaitu, Zidane Angkasa. Sedangkan para Art ku, mereka akan pulang kerumah mereka masing-masing bila sudah menjelang petang.

***

Ting..tong..Ting..tong...

Hari ini adalah hari Minggu. Jadi, sudah menjadi kebiasaanku dan juga suamiku jika kami akan bangun lebih siang dari biasanya.

"Sayang! tolong kamu lihat dulu siapa yang datang? Ucap mas Damar sambil mencolek lenganku.

"Hmmmm, baiklah." Ucapku malas. Tapi walaupun begitu, aku tetap bangun dan berjalan menuruni tangga menuju pintu depan rumahku.

Aku terkejut setelah membuka pintu dan melihat siapa orang yang sedang berdiri disana. Dia adalah Adisty Nirwana, sahabatku sewaktu jaman kuliah dulu. Dia datang tidak sendiri, tetapi bersama dua orang anaknya yang masih kecil.

"Adisty ini kamu? Ya ampun aku enggak nyangka kalau kita bisa ketemu lagi seperti ini. Kamu apa kabar." Tanya Zahra pada sahabatnya.

"Kabarku kurang baik, makanya aku datang kemari. Zahra bolehkah aku dan anakku masuk kedalam rumahmu?"

"Oh, tentu saja! Maaf ya, aku sampai belum mempersilahkanmu masuk dan duduk kedalam. Soalnya, aku senang sekali kita bisa berjumpa lagi. Ayo! Kita masuk kedalam." 

Setelah Adisty dan kedua anaknya duduk diruang tamu, Zahra bergegas kedapur untuk membuat minuman dan menyuguhkan kue kering yang tadi malam baru saja dibelinya.

"Maaf ya, cuma alakadarnya saja. Soalnya, aku baru saja bangun tidur." Ucap Zahra merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa. Ini sudah lebih dari cukup buat kami."

"Zahra, ngomong-ngomong rumah kamu kok sepi sih? Orang-orang pada kemana semua?"

"Suami dan anakku masih tidur. Biasanya jika hari libur begini, kami akan tidur lagi setelah shalat subuh. Tapi gak sampai kebablasan juga sih, paling juga cuma sampai jam 8-9 saja."

"Ooo. begini Zahra, Sebenarnya aku mau minta tolong sama kamu. Apa kamu bisa mencarikan aku pekerjaan? 

"Maksud kamu." Tanya Zahra 

"Sebenarnya begini. Aku baru saja bercerai dengan suamiku. Suamiku selingkuh dan menikah dengan selingkuhannya tanpa sepengetahuanku. Bukan itu saja, semenjak dia menikah lagi, dia jadi kasar dan juga sudah lupa pada kewajibannya untuk menafkahi kami. Karena lelah hidup seperti itu, akhirnya aku memilih bercerai dan membawa kedua anakku pindah dari rumah itu. Dikota ini, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Ayah dan ibuku sudah meninggal, hanya kamu harapanku satu-satunya. Tolong aku Zahra, tolong beri aku pekerjaan. Aku sudah tidak tau akan pergi kemana? Aku sudah tidak punya uang dan tempat tinggal." 

Saat ini diruangan itu hanya ada Zahra dan juga Adisty. Sementara kedua anak Adisty, sedang bermain dilain tempat. 

Zahra yang mendengar cerita dari Adisty merasa iba. Apa lagi, Adisty membawa dua anaknya yang masih kecil-kecil. Sungguh hari kecil Zahra, terenyuh mendengarnya.

"Baiklah, aku akan memberikan pekerjaan padamu. Kamu membawa izajah kamukan? Kebetulan perusahaan tempatku bekerja sedang membutuhkan karyawan.

"Tidak! Izajah ku masih ditahan oleh mantan suamiku. Dia menahannya, karena aku ngotot minta pisah padanya. Karena katanya, dia tidak mau menceraikanku. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan istri barunya.

"Kalau tanpa ijazah aku bingung harus menempatkanmu dimana? Soalnya kalau diperusahaan harus ada ijazah."

"Ya kau benar. Bagaimana kalau aku bekerja dirumahmu saja? Kalau aku bekerja denganmu tidak usah pakai ijazah kan? Masalah gaji, kamu tidak usah hawatir. Aku tidak minta bayaran yang mahal. Yang penting anak-anakku sudah bisa makan saja sudah cukup. Kau bisa mempekerjakan aku kan Zahra?

"Bukannya aku tidak mau menerimamu bekerja disini. Tapi aku sudah punya dua orang yang biasa membantuku mengurus rumah ini."

"Yah sayang sekali. Jika kau tidak bisa menerimaku bekerja disini, berarti kami tidak bisa makan."

Mendengar perkataan Adisty, Zahra menjadi merasa bersalah.

"Ya sudah, aku akan menerimamu bekerja disini.  Tapi maaf, apa kau mau tinggal dibelakang rumah ini. Soalnya kamar disini, sudah penuh."

"Benarkah aku diterima bekerja disini? Aku akan tinggal dimana saja, asal kamu mau menerimaku bekerja dirumahmu." Ucap Adisty, sambil memeluk Zahra.

Tapi Zahra tidak tau, jika saat ini Adisty sedang tersenyum sinis dibelakangnya.