Saat Itu Sebelah Sayapku Patah

Saat Itu Sebelah Sayapku Patah

Secarik Channel

0

"Ibu Dini? Bisa dengar suara saya? Ibu Dini?" Ucap Dokter kandungan cemas karna pasien didepannya ridak merespon.

Susah payah Dini membuka matanya, "Dokter sua..mi saya" ucapnya terbata.

"Baik saya panggilkan suaminya ya bu" Dokterpun menyuruh Perawat untuk memanggil suami pasiennya.

Saat itu Galih sedang menahan kantuknya di kursi tunggu sambil mulutnya tak berhenti mengucap doa untuk keselamatan istri dan calon anaknya.

"Suami ibu Dini?" Panggil Perawat.

"Iyya saya" ucap Galih terkejut.

"Bapak, kondisi Ibu Dini sudah lemah, beliau sudah tidak bisa lagi melahirkan secara normal, sekarang jalan satu-satunya adalah operasi, namun meskipun sudah Dokter beri tau ibu dini masih bersikeras ingin melahirkan secara normal, untuk itu saya minta bantuan bapak untuk membujuk ibu dini, karna kasihan juga bayi dalam kandungannya".

"Ba.. baik saya akan bujuk istri saya"

Masuklah Galih ke ruang tempat istrinya berada..

"Sayang?" Ucap galih sambil menyeka peluh di kening istrinya.

Istrinya merespon dengan membuka matanya, dengan mata sendu Galih menatap istrinya "operasi aja ya? Kamu udah cape, kasian juga anak kita ya?"

Permintaan itupun dipenuhi istrinya dengan anggukan "kamu.. diss..sini" Galih memandang Dokter seakan meminta izin lalu dijawab anggukan oleh Dokter.

Perawatpun membawa berkas yg harus di tanda tangani oleh Galih dan istrinya, setelah selesai, dimulailah operasi.

Dalam pengaruh obat bius dini agak berbisik, Galih mendekatkan telinganya pada bibir istrinya.

"Jaga Andini ya kalo aku tidak bisa bertahan"

Berurailah air mata kedua pasangan itu.

"Kamu bisa Din, kamu pasti bisa, bertahan ya sayang". Ucap Galih.

"Dokter.. jantungnya melemah" ucap salah satu suster.

"Ibu Dini, bertahan ya, sebentar lagi anaknya keluar"

"Kamu pasti bisa" ucap Galih sambil menciumi kening istrinya.

Eaaak.....

Tangisan bayi mungil terdengar menggelegar dalam ruangan itu..

Seiring dengan bunyi jantung ibunya yg semakin lemah..

"Sayang liat itu anak kita sangat cantik"

Dini susah payah membuka mata, ia tersenyum, tangannya bergerak seakan ingin memeluk bayinya, dokterpun lalu meletakkan bayi itu dalam dekapannya.

Sambil berurai air mata dini berkata..

" hai.. Andini. . I love you.. soo..so.. much"

Sadar bahwa kondisi istrinya memburuk Galih semakin terisak,

"Dini, kuat ya, kita pasti bisa menemani anak ini sampai dewasa ya?"

Tiba-tiba dekapan dini melemah dan mesin jantung disebelahnya mulai menunjukkan tanda garis lurus, seketika ruangan menjadi gaduh oleh suara bayi menangis dan isakan galih, Perawat langsung sigap mengambil bayi itu, Galih ditenangkan oleh Perawat dan disuruh keluar ruangan,

"Bapak keluar dulu ya, biar dokter coba kasih pertolongan"

"Tolong.. tolong, selamatkan istri saya dokter" terpaksa galih keluar ruangan.

Sambil terus berdoa tidak lama kemudian datanglah mertuanya.

" Galih.. gimana Dini? sudah lahir cucuku?"

Galih tidak menjawab pertanyaan dari ibu mertuanya.

"Galih?, dini gimana?" perasaan Nirna memang sudah tidak tenang semenjak dari rumah, mengetahui bahwa anaknya sedang berjuang melahirkan anak pertamanya dengan kondisi kehamilan yang lemah membuat iya bergegas ke rumah sakit.

Setelah beberapa menit keluarlah Dokter,

"Bagaimana keadaan anak dan cucu saya dokter"

"Cucu ibu, lahir dengan sehat sempurna"

"Alhamdulillah.., kalau anak saya dokter? Bagaimana keadaan Dini"

Dokter menatap nanar pada Galih,

"Mohon maaf, ibu Dini sudah tidak ada"

"Ya Allah.. ya tuhan..." ucap Nirna sambil memegang dadanya kaget.

Galih terduduk dilantai menangis.

Berpelukanlah mereka berdua.

************************************************

Pagi harinya..

"Cantiknya cucuku" ucap Nirna ketika menggendong Andini.

"Bang Galih dan mamah pulang duluan aja mengurus pemakaman, biarkan administrasi Mba Andini aku yang urus" ucap dika.

"Ya sudah mamah dan Galih pulang duluan ya".

"Iya mah" ucap Galih.

Ketika Ibu dan Kakak Iparnya pergi, saat itulah air mata Dika sudah tidak bisa dia tahan, Dika menangis kencang mengingat Kakaknya pergi untuk selama-lamanya.