"Jeff ... aku mau cerai!"
Jeff terbangun dari mimpi buruknya dengan kepala yang pening, gorden kamarnya yang terbuka membuat Jeff tahu bahwa ia terbangun di tengah malam dengan langit gelap dan lampu berpendar remang. Tangannya bergerak spontan memegang kepalanya yang sakit seperti dihantam batu besar, nyeri dan berdenyut, namun ingatan tentang mimpi itu membuat Jeff mendenguskan tawa kesal.
"Brengsek!!"
Pukul 8 Jeff sudah berada di ruangan kantornya, dia masih belum fokus sebab mimpinya yang lagi-lagi datang membuat dia tidak bisa memikirkan hal selainnya. Wanita itu telah membuat Jeff tersiksa selama dua tahun terakhir ini dan dengan kurang ajar dia menghilang begitu saja meninggalkan kenangan buruk yang tidak bisa Jeff buang.
"Anda perlu bantuan saya untuk mencari Nyonya?" tanya Hendry. Pertanyaan serupa bukan yang pertama Hendry tawarkan namun Jeff akan tetap memberikan jawaban yang sama.
"Tidak, dia yang memutuskan untuk pergi. Aku tidak mau mengemis atau bahkan mencari tahu tentang hidupnya." Jeff geram, ia merapatkan gigi gerahamnya karena sesungguhnya tawaran Hendry sangat ingin ia terima. Jeff bertengkar dengan isi kepalanya sendiri seakan tengah menilai mana yang lebih kuat untuk membuat Jeff dikendalikan tapi harga dirinya yang tinggi membuat Jeff tidak membiarkan hatinya menguasai.
"Jadwalkan lagi pertemuanku dengan dokter Hans."
Hendry mengeluarkan ipad yang sedari tadi ia sembunyikan di belakang punggungnya, mencatat sesuatu di sana kemudian menghubungi seseorang melalui sambungan telepon. Dokter Hans adalah seorang psikiater yang biasanya Jeff kunjungi dua tahun terakhir sejak Jeff kesulitan tidur dan sering bermimpi buruk yang sama, mimpi saat ia dan Olivia bercerai atau tepatnya saat Olivia mengajukan cerai atas dirinya.
"Sore ini, Anda bisa datang ke kliniknya." Hendry memberi laporan setelah ia berbicara dengan dokter Hans secara langsung. "Padahal Anda bisa menghubunginya sendiri ... sebagai teman."
Jeff mengangkat iris matanya naik menatap Hendry namun kepalanya tidak bergerak sedikitpun. "Dia tidak akan menemuiku kalau aku yang menghubunginya secara pribadi, kau tahu bagaimana menyebalkannya si Hans itu."
"Sayangnya dia dokter yang ditunjuk keluarga," keluh Jeff dengan wajah dinginnya meski dalam hatinya sendiri ia suka setiap waktu konsultasinya dengan Hans karena temannya itu mengerti Jeff dan tahu segala ceritanya sejak pertama lebih dari yang lain.
Hendry mengangguk pelan lalu tersentak dengan ingatan akan pekerjaan yang harusnya ia laporkan juga.
"Brand Clover yang kontraknya akan digantikan oleh brand lain mengajukan banding, mereka meminta untuk bertemu langsung dengan Anda."
"Clover?" Jeff mengulang. "Bukannya penjualan mereka bagus selama periode kemarin?"
"Benar, tapi Nona Marissa ingin memasukan brand miliknya, Anda tahu kalau dia anak dari Tuan Lim jadi—"
Jeff mengangkat tangannya meminta Hendry untuk menghentikan penjelasannya dengan wajah tidak suka. "Hanya karena dia anak dari Direktur Holdings Company jadi dia bisa seenaknya?"
Hendry tahu bahwa ia tidak bisa membantah saat Jeff menjawabnya seperti ini. Perusahaan Jeff mungkin berada dalam naungan keluarga Marissa tapi dia tahu kalau nilai dari perusahaannya tidak akan membuat mereka sanggup bertindak seenaknya. Jeff menjaga hal itu dan dia siap melepaskan siapa pun yang berlaku seenaknya tanpa perasaan rugi.
"Buatkan janji temu dengan penanggung jawab Clover, aku akan memperbarui kontrak mereka."
Nah, kalau sudah begini Hendry akan jadi sasaran dari omelan dan kemarahan Marissa. Ekspresi itu tergambar jelas di wajahnya dengan kentara.
"Biar aku yang bicara dengan Marissa."
Tidak, Hendry tidak senang dengan tawaran Jeff karena itu berarti Jeff akan mengatakan sesuatu yang pedas yang mungkin membuat Ayah dari Marissa tidak terima.
"Tuan, biar saya saja yang bicara dengan Nona Marissa."
Jeff mengambil jas yang ia gantung pada stand hanger merapikannya ketika sudah ia pakai lalu meninggalkan Hendry. "Kalau itu maumu, Hendry."
Bahu Hendry langsung lemas dan wajahnya tertunduk selagi Jeff berjalan menuju pintu keluar hingga atasannya itu memanggil Hendry yang lebih muda setahun darinya untuk ikut menyusul.
Jeff, usianya menginjak 30 tahun sekarang ini dan dia masih belum memiliki keinginan untuk menikah lagi sejak perceraiannya dengan Olivia dua tahun lalu meskipun santer terdengar gosip bahwa ia dan Marissa memiliki hubungan spesial karena sering terlihat bersama namun Jeff tidak pernah menganggapnya benar dan menanggapi gosipnya, dia bukan artis dan gosip semacam itu tidak mempengaruhi urusan pekerjaannya.
Papanya Marissa mungkin menginginkan Jeff juga, siapa yang tidak tertarik dengan pria seperti Jeff? Selain tampan dan mapan, Jeff juga seorang pebisnis andal seolah dia dilahirkan untuk posisi tersebut. Meski sebenarnya Jeff adalah orang yang sulit untuk didekati juga, sering bertemu banyak orang membuatnya sulit percaya kepada siapapun.
"Jam berapa janji dengan dokter Hans?" Jeff memijat ujung alisnya yang terasa berdenyut ketika Hendry mengendalikan laju kendaraan yang ia bawa.
"Anda bisa pergi setelah rapat dengan kantor pusat. Tuan," jawab Hendry sambil melirik Jeff melalui spion kaca tengah.
"Kamu bisa pulang setelah rapat ini, Hendry. Aku bisa membawa mobil sendiri."
Ketika Jeff memutuskan untuk pergi sendiri itu berarti dia akan pulang ke rumah lamanya, rumah yang dulu dia tempati dengan istrinya namun sejak perceraian keduanya Jeff meninggalkan rumah itu dan membeli rumah baru yang lebih besar, Jeff seperti tengah membandingkan rumah lamanya dengan yang baru dan membuktikan bahwa hidupnya baik-baik saja kepada semua orang tapi nyatanya rumah barunya tidak memberikan Jeff rasa yang sama dengan rumah di mana ia dan Olivia pernah tinggal.
"Anda akan pulang?" Hendry dan Jeff tahu maksud dari kata pulang yang Hendry pertanyakan.
"Setelah bertemu Hans."
Hendry melirik bosnya melalui kaca spion lagi selagi Jeff menyandarkan salah satu sikunya pada pintu mobil dan memejamkan mata.
"Jangan menawarkan aku untuk mencarinya lagi, Hendry."
Asisten Jeff itu terhenyak mendengar Jeff yang seolah mengetahui isi hatinya, kalimat serupa hampir keluar dari mulutnya namun Hendry tahan seperti menunggu momen yang tepat.
Waktu hampir gelap selepas Jeff menemui Hans di kliniknya, pria yang adalah temannya itu sudah tahu apa yang ingin Jeff ceritakan kepadanya karena ini bukan kali pertama dan sama halnya dengan Jeff, Hans juga tidak pernah merubah jawabannya kepada temannya itu. Jeff tahu bahwa Hans akan menyarankan dirinya untuk menemui Olivia setiap kali mimpi buruknya muncul tetapi dia tetap akan bercerita kepada Hans hanya untuk membuat perasaannya lebih lega.
"Gue bilang kayak gini bukan sebagai temen lo, tapi sebagai dokter kepada pasiennya."
Helaan napas Jeff terasa begitu berat saat ia mematikan mesin mobilnya di depan rumah, setiap inci dari rumah ini memiliki jejak Olivia dan juga sentuhan wanita itu bahkan setiap kali pintunya terbuka, Jeff masih membayangkan bahwa itu adalah mantan istrinya yang menyambut kedatangan Jeff seperti yang dia lakukan dulu setiap kali Jeff pulang kantor tapi nyatanya bukan.
Ponsel yang Jeff letakan di dashboard mobilnya bergetar ketika pria dengan setelan jasnya yang masih rapi tersebut hendak keluar dari mobil, ia merogohnya dengan malas namun merasa bersyukur karena hampir saja Jeff melupakan benda penting tersebut.
Hendry, nama asistennya itu tertera pada layar dan satu-satunya hal yang membuat Hendry meneleponnya di waktu istirahat Jeff adalah pekerjaan yang mendesak.
"Ada masalah apa?" tanya Jeff tanpa basa basi.
"Tuan ...." Hening sejenak, Jeff bisa merasakan keraguan pada ujung lidah Hendry. "Ini mengenai Brand Clover ...."
"Hendry. Kita bicarakan ini besok, aku tidak suka kamu mengganggu waktu istirahatku hanya karena urusan perusahaan rekanan seperti ini."
Panggilannya hampir dimatikan saat Jeff berusaha menjauhkan layar ponselnya dari telinga namun Hendry menghentikannya.
"Nyonya Olivia ... Nyonya Olivia adalah penanggung jawab Clover."
Tangan Jeff mengepal hingga buku jarinya memutih, ia tidak menjawab informasi yang Hendry berikan dan Hendry tahu bosnya akan bersikap begitu.
"Olivia yang kita kenal, maksudku apakah kita memikirkan orang yang sama?"
"Benar, Tuan. Nyonya Olivia Allan. Dia penanggung jawab Clover."
Bagaimana bisa kesempatan semacam ini datang kepada Jeff, wanita yang mencampakkan dirinya, orang yang tidak ingin dia temui dan nama yang menyebabkan mimpi buruknya selama ini sekarang ada di Indonesia?