Subuh itu kabut tipis masih menyelimuti desa Sinar maju. Hawa dingin yang menusuk tulang membuat penduduk desa semakin larut dalam tidurnya.
Dari kejauhan terdengar sayup-sayup azan subuh berkumandang, gemanya membahana memenuhi langit desa tersebut. Menembus setiap dinding dan celah jendela-jendela rumah warga yang tenang di peraduanya.
Didalam sebuah rumah di ujung desa. Seorang wanita paruh baya tengah di sibukan dengan aktifitasnya. Sepagi itu Dewi telah memulai kegiatanya dari mulai menyapu, mengepel, hingga memasak makanan untuk suami serta anak-anaknya.
Dewi memang tergolong wanita yang rajin. Setiap pagi dia selalu bangun pukul 04:00 pagi jadi wajar saja bila suaminya bangun semua pekerjaanya telah usai.
"Pak bangun Pak ... Sudah azan subuh, Bapak gak kemesjid?" tanya Dewi membangunkan suaminya Pak Samsul.
Pak samsul pun menggeliat dari tidurnya dan mengusap matanya agar bisa terbuka dengan sempurna.
"Sudah jam berapa Bu?" tanya nya.
"Sudah jam lima Pak, bapak mau ke mesjid tidak?" ulang Dewi.
"Iya Bu. Bapak mau wudhu dulu, " jawab Pak Samsul lalu bangkit dan pergih menuju kamar mandi.
Pak Samsul memang orang yang terbilang rajin beribadah walaupun dia aparat pemerintahan desa dia tidak pernah sombong atau merendahkan orang lain.
Kini Pak Samsul sudah siap dengan kopiah dan sajadah yang melingkar dilehernya. Namun saat hendak berangkat ke mesjid dia melihat istrinya yang hanya tiduran saja di atas kasur. Melihat itu ia pun mengajak Dewi ikut serta pergih ke masjid.
"Bu ... Gak ikut kemesjid sama Bapak?" tanya nya.
"Gak lah Pak. Ibu solat dirumah aja."
"Ya udah Bu Bapak berangkat dulu ya. Asalamualaikum, " pamit pak samsul.
"Waalaikumsalam."
Pak Samsul tidak tau apakah istrinya itu benar-benar sholat atau tidak di rumah. Setiap Pak Samsul mengajaknya ke mesjid ada saja alas yang di berikan Dewi padanya.
"Ibu sholat di rumah saja Pak."
"Nanti ibu nyusul Pak."
Seperti itu lah Dewi, jika di ajak melakukan ibadah selalu ogah-ogahan.
Kini Dewi melanjutkan aktifitas seperti biasa. Menyiram bunga serta tanaman obat yang dia tanam di halaman depan rumahnya, ada jahe, kunyit, kencur, dan masih banyak lagi. Sekarang sudah jam 06:30 pasti sebentar lagi tukang sayur akan segera datang.
Walaupun hanya melihat-lihat atau sekedar membeli tomat, Dewi akan menyempatkan waktu mendatangi tukang sayur keliling di desanya. Untuk apa lagi jika bukan bergosip atau menguncing orang bersama ibu-ibu kampung. Hampir semua warga pernah diguncingi nya.
"Yur ... Sayur ibu-ibu. Monggo di beli, di beli, " teriak Jaka tukang sayur keliling.
Para ibu-ibu pun berbondonga-bondong mendatangi tukang sayur. Dewi yang melihat itu turut mendekati tukang sayur, walaupun hanya membeli tomat dia tak menyia-nyiakan acara kumpulnya ibu-ibu kampung.
"Eh ibu-ibu pada beli sayur ya, " sapa Dewi.
"Iya nih Bu dewi, di rumah sudah gak punya stok sayuran lagi, " jawab Bu Tutik.
"Ibu-ibu udah pada tau belom. Itu Ani katanya suka muntah-muntah lo beberapa hari ini, " seru Dewi menyebar gosip anak gadis tetangganya.
"Masa si Bu, mungkin dia masuk angin kali, " timpal Sari.
"Ya gak mungkin lah masuk angin sampai berhari-hari. Apa lagi dia itu kan suka keluar malam, " ucapan Dewi memancing fikiran-fikiran buruk para tetangga.
"Mungkin dia hamil kali Bu ..." sambung Dewi yang di tatap heran oleh para ibu-ibu.
Bersambung ....