"Jangan ngadi-ngadi deh, Mil!" Ceri yang bosan dengan cerita Mili yang itu-itu terus. Mulai protes juga pada akhirnya.
"Suaranya." Mili memejamkan matanya sembari berkhayal.
"Suara doang, gak jamin dia ganteng," protes Ceri.
"Lo tau gak? cuma dia yang bisa nemenin kegundahan gue, Cer."
"Menghayal aja lo, ah."
"Emang, tiap malam dia siaran?"
"Iya!"
"Pantes aja malam gue telepon, maen reject aja, Lo." Ceri melotot.
"Hehehehe." Mili cuma nyengir.
"Suara dia, bikin hati gue adem, Cer. Lembut. Pasti romantis orangnya."
"Belum tentu, semua penyiar radio emang kudu cakep dan merdu suaranya." Ceri yang sembari baca-baca buku paket lama-lama kesel sama Mili. Yang diomongin penyiar misterius itu terus.
"Tapi gue yakin, Cer. Dia orangnya ganteng. Dan, romantisssss." Mili segera meninggalkan Ceri yang baca buku. Karena di kelasnya ada ulangan harian.
"Belajar aja, lu," ucap Mili sebelum jauh dari Ceri. Ceri dengan cekatan melempar pensil yang ada di atas mejanya.
Mereka memang tidak satu kelas. Mili anak IPA, sedangkan Ceri Anak IPS.
"Pinter tapi, o'on," gerutu Ceri.
Mili merupakan salah satu murid berprestasi di sekolahnya. Karena ia suka menyendiri. Ya, radio yang suka menemaninya belajar. Hingga ia bisa mengenal sebuah gelombang radio. Lalu terbiasa mendengarkan dengan rutin penyiar yang bersuara lembut. Dengan acara special curhatan.
"Masih dengan Angga di sini. Yang bakalan nemenin kalian semua hingga tertidur lelap. Angga akan muterin lagu-lagu bertemakan cinta. Just stay tuned gaes. Selamat mendengarkan."
Suara musik romantis langsung mengalun merdu. Seolah si pemutarnya tau banget lagu yang pas buat para pendengarnya.
Mili tersipu mendengarkan alunannya. Serasa itu lagu untuknya dari sang penyiar. Duh, GR amat si Mili.
"Itu tadi lagu special buat kamu yang lagi kangen sama si doi."
kembali suara si penyiar terdengar di sela akhir lagu. Mata Mili mulai mengantuk tertidur.
"Saatnya Angga mohon undur diri, selamat tidur dan mimpi indah untuk kawula muda di sana. Keep stay tuned gaes di 1001 FM. Byeee."
Awalnya Mili tidak sengaja saat di mobil papa Radio itu menyala biasanya. Lagu kesukaan Mili sedang mengalun. Setelah lagunya selesai, suara penyiar bernama Angga terdengar. Biasanya hari Minggu pasti Angga ini cuap-cuap. Duet dengan penyiar cewek.
Mili biasa saja. Lama-lama ia selalu dengar di mobil papa. Lalu Mili coba mencari gelombangnya di radio yang ada di handphonenya. Dengan memakai earphone Mili mendengarkannya. Kadang sampai ketiduran.
Makanya, sejak saat itu Mili jadi kebiasaan setiap malam sebelum tidur atau sambil belajar pasti dengerin Angga siaran.
Kalau pagi Minggu itu hanya memutarkan lagu-lagu yang sedang trendi saja. Sedangkan malam hari, barulah Angga siaran curhatan. Pas banget sama hati Mili yang lagi kesepian.
Mana pernah Mili absen buat dengerin Angga siaran. Di sekolah sudah penat dengan pelajaran, malamnya dengerin Angga siaran.
"Makanya, lo datengin ke studionya lah, Mil."
"Gue gak berani, Cer."
"Menurut gue sih dia umurnya jauh di atas kita. Mungkin udah 20-an, Cer."
"Darimana lo tau, hei?"
"Nebak aja. Lagian kedengaran dari suaranya."
"Duh, nebak dari suara lagi ni anak." Ceri geleng-geleng kepala.
"Gue pengen sih kapan-kapan ke studio radionya. Tapi dia kan adanya malam? mana bisa gue keluar jam segitu?" Mili manyun.
"Iya juga, ya." Ceri kelihatan mikir wajahnya.
"Gue ada akal!"
"Tumben lu, Cer. Punya akal."
"Sialan, lu."
"Punya dong."
"Mending kita cari di gugel nama radionya. Pasti ada kan tuh penyiar-penyiarnya di web mereka."
Ceri nyengir. Mili menjentikkan jari tengah dan ibu jarinya.
"Wih! Pinter banget, lo." Mili nepuk-nepuk pundak Ceri.
Dengan angkuh, Ceri membetulkan kerahnya dan mengusap hidungnya.
"Iyalah! Ceriiii!"
Dengan bangganya ia memuji diri sendiri.
"Gue nanti buka di gugel."
Sampai segitunya kepenasaran Mili. Hingga melibatkan ide Ceri. Masuk akal memang.
Saat sedang santai di rumah. Mili mengobrak-abrik internet di laptopnya. Membuka Web milik radio 1001 FM. Dan, ketemu!
Ada nama masing-masing penyiar. Bio data mereka, tugas dan fotonya. Namun sayang. Setelah semua foto dan nama terbuka. Ternyata itu penyiar senior. Yang baru tidak ada di situ.
"Waduh!" Mili lemas. Mendengus.
"Kok gak ada?"
Sudah berapa kali dibuka-buka gak ada satupun nama Angga tertera di sana. Mili tentu saja kecewa.
"Bener-bener misterius."
"Apa mungkin dia menutupi identitasnya?"
"Apa gitu ya penyiar radio?"
Mili berpikir terus. Dengan pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan.
***
"Gimana? ketemu?"
"Boro-boro."
"Hah?" Ceri kaget.
"Gak dapet, Cer."
"Percumalah." Mili nyerah.
"Cuma, gue udah terhibur, Cer. Gak perduli kayak apa orangnya."
"Kalo gitu, lo halu terus dong, Mil?"
"Biarin aja."
"Dia terbaik. Dan nemenin gue tiap malam. Ampe ketiduran."
"Gue jatuh cinta sama dia."
"Astaga! dah gila lo, Mili?" Ceri gemes.
"Terserah lo aja, Cer."
Sejak itu Mili hanya memilih untuk mengikuti jadwal siaran Angga. Dari jam 8 malam hingga jam 10 malam.
Mili malas mencari tau siapa Angga. Yang pasti Angga sudah membuatnya berbunga-bunga. Menemani tiap malam. Rekues lagu. Dengan nama samaran. Bukan Mili.
"OK! sebuah lagu yang diminta oleh Cassandra. Dengan alunan milik Taylor Swift. White Horse. Selamat mendengarkan untuk Cassandra."
Mili tersenyum sendiri. Sambil memejamkan mata. Membayangkan sosok Angga di kepalanya.
Mili memutuskan tidak memakai nama aslinya. Gak tau kenapa. Alasan Mili, pingin saja.
Untuk hal ini, ia tidak beritahu kepada Ceri. Perihal dirinya memakai nama palsu. Ia ingin tau special apa yang diberikan Angga buat seorang Cassandra. Nama yang cantik itu
Menurut Mili. Angga pasti tertarik jika mendengar nama Cassandra. ia akan ngebayangin secantik orangnya.
Padahal Mili itu kutu buku. Kacamata. Culun. Tapi pinter. Jika menyukai cowok, Mili takut buat nunjukin. Jadi cowok itu gak pernah tau kalau disukai Mili.
Beda jauh dengan sahabatnya, Ceri. Serly Natasha. Yang biasa dipanggil Ceri. Sangat fashionable. Cantik juga. Kulit putih bersih. Hanya dia yang mau dekat dengan Mili. Karena Ceri memang ramah dan baik hati. Meski begitu dia gak sombong. Mau berbaur dengan siapapun.
Bahkan ada beberapa teman yang gak nyangka Mili bisa dekat dengan Ceri. Ada yang mengira, dia cuma manfaatin kepintaran Mili saja.
"Daripada lo sama tu penyiar radio gak jelas, mending lo sama Dito."
"Dih, ogah!" tolak Mili.
"Eh, Mil! walau Dito pake kacamata, tapi dia tinggi dan cakep pulak."
"Peratiin baik-baik, Mil. Mukanya manis tau." Ceri memainkan kedua alisnya naik-turun.
"Sekali gak, tetep gak!"
"Dia bukan tipe gue, Ceri."
"Ya udah, sih. Gue kan cuma sedikit saran aja. Kalau lo nolak ya gue gak maksa, Mil."
"Yang penting dia jelas. Bentukannya."
"Gak kayak si penyiar itu."
Mili menghembuskan napasnya kesal.
ceritamu di sini minimal 500 kata