"Jangan bang, kalau hp saya di ambil nanti saya nggak bisa pulang bang !"
Suara seorang gadis terdengar saat Junod sedang berjalan pulang setelah dari swalayan.
"Ya udah, sebagai gantinya lepasin aja jilbab Lu deh, biar kita bisa lihat keindahan rambut Lu, wangi apa bau asem karena seharian ketutup hijab !" Ucap salah satu dari tiga orang yang menghadang jalan gadis berhijab itu.
"Ya jangan dong bang, aurat tuh nggak boleh di umbar ke orang yang bukan muhrimnya !" Ucap sang gadis.
"Kamu ini kayak ngode aja ya neng, mintak Abang halalin apa gimana sih ? Ha ha ha" ucap pria yang terlihat lebih muda dari kawan nya itu.
Gadis itu menggeleng, "Nggak bang, saya masih sekolah !".
"Udah ah, lama ! Sini tas Lu, kalau nggak mau ngasih. Ya Lu aja sekalian yuk ikut kita seneng-seneng !" Kata pria yang paling gempal.
"Nggak mau !" Sang gadis kembali menggeleng dengan memegangi tas nya dengan erat, "Eh eh, jangan pegang bang, awas awas, jauh-jauh !" Gadis itu teriak histeris saat tangannya hampir terpegang oleh salah satu dari preman kampung itu.
"Ha ha ha, lucu nih bocah ya. Kayak ketemu kuman !" Kata pemuda janggring, yang tadi mencoba memegang tangan sang gadis.
"Hikz, udah bang. Ini aku kasih aja duit tabungan harian ku, lumayan ada 300 ribu. Tapi abang-abang ini jangan ganggu lagi, aku mau pulang !" Sang gadis sudah menangis, karena merasa mulai ketakutan.
"Nggak cukup neng duit segitu buat kita bertiga, tapi kalau kamu aja sih cukup buat kita bertiga. Ya nggak ?" Kata pria paling muda sambil menyeringai.
"Bener banget tuh, jadi jangan kelamaan. Yuk ikut kita aja !"
Mereka sudah semakin mendekat, membuat sang gadis tambah bergetar ketakutan. Sampai sang gadis sudah terpojok di ujung gang sempit itu, Junod baru mendekat.
"Udah lah, tuh bocah masih kecil. Masih aja di gangguin !" Suara dingin Junod mengalihkan perhatian ketiga orang itu.
Bahkan ketiganya kompak melebarkan mata, saat tahu yang di depannya adalah Junod. Anak salah satu orang yang cukup di segani di wilayah itu.
"Eh nak Junod, dari mana malem-malem begini ?" Tanya pria berisi itu, sambil menggaruk tengkuknya.
Junod menaikan sebelah alisnya, "Ini kalian ngpain disini ? Masih demen aja gangguin para cewek lewat, masih belum kapok juga ?".
Tanpa menjawab pertanyaan dari salah satu orang itu, Junod malah membuat ketiganya jadi bertambah ketar ketir.
"Nggak kok, kita cuma nawarin buat nganterin pulang neng cantik ini. Tapi dia nya salah paham, di kira kita mau malakin bawaannya !" Kata pria janggring sambil nyengir kuda lumping.
Junod menatap ketiganya datar, "Ya udah sana pergi, ngapain masih disini kalau cewek nya aja nggak mau di anter pulang !".
"I-iya, kita pulang dulu ya nak Junod. Salam buat Abah di rumah !"
Setelah mengatakan itu, ketiga pria itu pergi kocar-kacir, meninggalkan sang gadis yang melongo menatap Junod yang masih berwajah datar.
Junod menatap sang gadis yang berwajah memelas, dengan jejak air mata di pipinya.
"Lu anak mana ? Kenapa dah malem kayak gini malah lewat gang sempit, nyari masalah aja !" Ucap Junod tanpa perasaan.
"A-aku emang bukan anak sini kak, tadi dari rumah nya temen di sana" tunjuk sang gadis pada salah satu rumah yang masih terlihat di ujung sana.
"Terus, ngapain malah lewat gang ini ?" Tanya Junod lagi.
"Aku mau ke supermarket depan itu, sambil nunggu jemputan kak" ucap sang gadis lirih.
Junod terlihat menghela nafas berat, "Ya udah Ayuk gue anter kesana !" Junod berbalik dan berjalan lebih dulu.
Sang gadis dengan polosnya juga mengekor Junod tanpa banyak tanya, entah mengapa sang gadis merasa Junod pemuda baik-baik. Walaupun bertampang datar, namun sangat tampan.
Saat sampai di supermarket, Junod ingin langsung meninggalkan sang gadis. Namun langkah nya terhenti saat melihat ada mobil yang berhenti di depan mereka.
"Ya Allah Fatimah, kamu ini kemana aja. Abi udah balik dua kali kesini !" Kata pria paruh baya yang baru keluar dari mobilnya.
"Abi !" Gadis yang ternyata bernama Fatimah, menghampiri pria paruh baya dan memeluk nya.
"Hei sayang, kenapa ?" Tanya Abi gadis itu khawatir.
Fatimah menguraikan pelukan, "Tadi Fatimah di gangguin preman bi, untungnya ada kakak itu yang nolongin !" Tunjuk Fatimah pada Junod.
Pria paruh baya itu pun menyipitkan matanya kearah Junod, merasa tak asing dengan wajah pemuda itu.
"Kamu anak nya Abah Ridwan bukan ya ?" Tanya nya.
"Iya pak, bapak kenal Abah saya ?" Tanya Junod sopan.
Pria paruh baya itu tersenyum senang, "Abah kamu teman dekat saya, sering berkunjung juga ke pondok pesantren saya di Bandung !".
Junod mengernyit, "Apa bapak yang bernama Abi Ganjar ? Pemilik pondok pesantren Barokah ?" Tanya Junod memastikan.
"Iya, kamu kan pernah ikut Abah mu ke pondok pesantren saya kan ?" Tanya Ganjar lagi dengan senang, karena putrinya telah di tolong oleh pemuda yang dirinya tau jelas latar belakangnya.
"Iya, pernah pak !" Jawab Junod.
"Abah kamu bagaimana, sehat ? Sudah lama kita tak bertemu !" Tanya Ganjar.
"Alhamdulillah sehat, Ayuk kalau emang bapak mau bertemu Abah" tawar Junod, yang ternyata mendapatkan anggukan dari Ganjar.
Junod masuk kedalam mobil Ganjar, karena memang tadi dia tak membawa kendaraan. Ganjar dan Junod terlibat obrolan ringan, tanpa mereka sadari jika sedari tadi ada seorang gadis yang selalu menatap Junod lekat.
Fatimah. Gadis manis dan Solehah itu seperti lupa akan dosa zina mata, dia tak melepaskan pandangannya dari wajah Junod. Mungkin inilah yang namanya cinta pandangan pertama.
Sungguh melenakan sekali cinta dunia ini ya.
"Assalamualaikum Abah !" Ucap salam Junod sambil memasuki rumah nya.
"Walaikumsalam, lama amat kamu Nod. Katanya ke supermarket kok berjam-jam" gerutu sang Abah yang bernama Ridwan.
"Ada tamu bah !" Ucap Junod lagi, membuat tatapan sang Abah yang tadinya fokus pada buku bacaan nya jadi mendongak.
"Masyaallah Ganjar ! Kok bisa kamu sampai disini nggak ngabarin dulu !" Ridwan bangkit, dan langsung menghampiri temannya itu, dan memeluknya.
"Ini aku juga nggak sengaja ketemu anak mu, dia tadi nolongin anak gadis ku yang katanya di ganggu preman di jalan !" Jawab Ganjar sesaat setelah rangkulan mereka terlepas. "Loh, di gangguin dimana Nod ?" Tanya Ridwan, karena dirinya yakin jika Junod tak membawa kendaraan.
Itu berarti gadis temannya ini di ganggu di sekitar sini kan.
"Di gang sempit itu loh bah, biasa lah disana kan suka ada yang jail !" Ucap Junod santai.
"Siapa yang udah berani gangguan anak nya Ganjar ini !" Ucap Ridwan geram.
"Dudung cs bah !" Kata Junod.
"Hoo.. mintak di kasih pelajaran lagi itu anak ya ! Tenang nak, mulai sekarang kamu nggak akan ada yang berani gangguin lagi !" Kata Ridwan yakin.
Dan mulai malam itu lah, Fatimah yang sudah kenal dengan ibu dari Junod jadi sering mampir ke rumah Ridwan. Beralasan mampir habis dari rumah temannya, dan menunggu jemputan sang Abi disana.
Jelas gelagat putrinya mampu di baca oleh Ganjar, setelah dua bulan memperhatikan anak gadisnya, dan yakin kalau anak itu terlihat jatuh cinta dengan anak temannya.
Ganjar memutuskan untuk mengatakan hal itu kepada Ridwan, dan siapa sangka jika sambutan Ridwan sangat baik. Dirinya langsung memutuskan menjodohkan keduanya.
Lebih tak menyangka nya lagi, Junod menerima dengan tanpa paksaan perjodohan itu. Karena dirinya bilang, jika jaman sekarang susah mencari wanita seperti Fatimah.
Yang tak mengumbar aurat dimana-mana mengikuti jaman, dan tak menjadikan hijab nya juga sebagai ajang tren belaka. Fatimah terlihat benar-benar baik dan lugu.
Dari sana lah pertunangan itu terjadi, tapi Junod dan Fatimah jelas tak di lepaskan berdua. Itu hanya untuk mengikat mereka, tanpa memberikan jarak keduanya mendekat.
Jangan jadikan setatus pertunangan jadi ajang maksiat, itu benar-benar melenceng dari norma adat.
Pernikahan mereka akan di langsung kan setelah Fatimah lulus sekolah, karena memang saat ini gadis itu masih kelas 2 SMA. Beda satu tahun dari Junod.
Bagaimana kisah mereka ?
Junod yang terkenal sangat dingin di antara teman-temannya, jarang berbicara dan tak pernah berdekatan dengan lawan jenis langsung mempunyai hubungan khusus dengan seorang wanita yang jelas cantik dan Solehah.