Prasangka Tak Berjarak

Prasangka Tak Berjarak

Sigit Harjianto

0

Pagi itu sebelum berangkat sekolah, aku mendengar bahwa telah terjadi kasus pembunuhan yang berlokasi di sekolah Nusa Mandiri. Ya, itu adalah sekolahku.

telah terjadi pembunuhan yang menewaskan seorang pria…….

Berita tersebut langsung menyebar ke seluruh kota, namun aku tak menghiraukannya. Aku lebih memilih bersiap-siap untuk pergi sekolah menggunakan sepeda kesayanganku, daripada harus mendengarkan berita yang tidak penting seperti itu.

Aku bernama Zayn merupakan siswa sekolah Nusa Mandiri. Aku anak sebatang kara, ayahku pergi meninggalkanku dan ibuku telah meninggal 6 tahun yang lalu.

Aku memiliki teman bernama Bren, dia orang yang selalu membantuku ketika aku sedang kesusahan. Bren tidak tinggi tapi tidak pendek, dia sama seperti orang ras asia tenggara. Bren anak orang kaya, bapaknya seorang pengusaha dan ibunya seorang dokter. Bren memiliki keinginan pergi ke Amerika dan mengunjungi white house.

Aku sampai di sekolah tepat sebelum bell berbunyi yang menggetarkan satu sekolah.

Kriing jam pelajaran akan segera dimulai…….

Itu adalah suara yang membuat aku dan Bren lari secepat kilat untuk masuk ke dalam kelas, kebetulan aku dan Bren satu kelas. Sekolahku bisa dikatakan adalah sekolah unggulan di kota ini , jadi kedisiplinan siswanya sangat diperhatikan. Saat masuk, aku disambut oleh wali kelas ku yang bernama Bu Ningsih.

“Zayn dan Bren kenapa kalian terlambat?”

“maaf bu telat, tadi kami bangun kesiangan”

“oh yaudah sekarang kalian duduk, tapi jangan diulangi lagi ya”

“baik bu siap”

Kriing saatnya istirahat…….

Aku menemui temanku Bren dan bertanya mengenai kasus pembunuhan yang jasad nya ditemukan di dalam sekolah.

Sebelumnya sekolahku memiliki beberapa gedung yaitu gedung 1, gedung 2 ,dan gedung 3. Gedung 1 adalah gedung yang biasa dipakai untuk proses belajar mengajar tak lupa juga ruang guru berada di gedung 1. Sedangkan gedung 2 adalah gedung yang difokuskan untuk olahraga, didalamnya terdapat lapangan basket atau voli. Dan yang terakhir adalah gedung 3, gedung 3 merupakan gedung yang ditujukan untuk acara seperti seminar dan acara yang lainnya, didalamnya terdapat panggung yang besar untuk kepentingan acara.

“ Bren kok kita gak libur sih, padahal kan ada kasus pembunuhan di sekolah ini?”

“kamu bertanya? kamu bertanya-tanya?”

“serius Bren, cepet dah kasih tau!”

“iya iya nih, mungkin karena sekolah kita unggulan kepala sekolah gak berani untuk meliburkan para siswanya dan menganggap bahwa kasus tersebut adalah kasus yang sepele”

“ bisa jadi juga sih tapi kok ada yang aneh ya….”

“ hush jangan mikir yang aneh aneh”

“ kuy lah ke kantin, udah laper nih”

“ ayolah let’s go”

Aku dan Bren menuju kantin yang berada di sebelah gedung 3 dengan melewati tempat ditemukannya jasad pembunuhan yaitu antara gedung 2 dan 3. Masih terlihat garis batas yang dipasang oleh pihak kepolisian.

Masih terlihat juga beberapa anggota polisi yang masih menyelidiki tempat kejadian perkara, mencari barang bukti atau yang lainnya. Sampai di kantin aku duduk dan memesan semangkuk soto mie. Disampingku Bren duduk dengan baik dan dia memesan sepiring nasi goreng. Tapi tidak jauh dari kami terlihat sesosok orang yang mencurigakan.

" Bren liat deh kesana" sambil memberi kode

" itu orang kok mencurigakan sih"

" emang kek gitu, itu nama nya pak Tedy penjaga kebun sekolah. Dia memang orang yang dingin dan aneh. Dia suka menyendiri orang-orang menjauhi dia karena sikapnya "

Pak Tedy berdiri lesu sambil melihatku dengan tatapan yang tajam. Dia memandangku seakan ingin berbicara kepadaku, tapi aku tak berani untuk membalas tatapannya dan segera pergi ke kelas.

“ Bren cepat Bren makannya ”

“ emang kenapa sih Za? “

“ perasaan gue gak enak nih, cepetan “

“ iya iya, ayo kita balik ke kelas “

Aku dan Bren kembali ke kelas, tanpa kuceritakan hal yang telah terjadi.

Jam pelajaran telah habis, silahkan pulang

Bell pulang sekolah telah berbunyi, yang menggetarkan seluruh kelas yang ada. Para murid bergegas menuju gerbang sekolah, untuk menikmati udara bebas. Seperti biasa aku dan Bren pulang bersama, karena rumah kita satu arah. Saat ingin ke pintu gerbang sekolah, terlihat pak Tedy yang menatapku dengan tatapan aneh.

“ Bren bisa cepetan gak jalannya “

“ emang kenapa za?”

“ noh lo liat, kok dia menatap kita dengan aneh ya? ”

“ dah jangan dibahas cuy, biarin aja”

Aku dan Bren meneruskan perjalanan pulang hingga seseorang menculik kita berdua dan memasukan kita kedalam sebuah mobil van berwarna hitam. Didalam kita melihat beberapa orang yang berpakaian serba hitam dan menggunakan jam tangan. Dia bertanya mengenai kasus pembunuhan yang terjadi di sekolahku.

“ ada apa ini?” aku bertanya dengan panik

“ kenapa kalian menculik kami?” tanya Bren dengan takut

“ perkenalkan saya Cris polisi metro kota yang menangani kasus pembunuhan di sekolah kalian, saya ingin mengajak kerjasama dalam mengungkap kasus itu. Tenang kalian akan diberi imbalan Zayn kau akan dipertemukan oleh ayahmu dan Bren akan mendapatkan hadiah mengunjungi white house. Gimana apakah kalian mau? “

“ gimana ya, kami ini masih SMA tidak mengerti apa apa tentang investigasi “ jawabku

“ tenang kalian nanti akan dibekali oleh senjata untuk melindungi diri kalian “

“ gimana nih Zayn, kita terima apa nggak? “ Bren bertanya dengan takut

“ oke baik, mungkin yang kita bisa bantu adalah menemukan petunjuk bukan menemukan pelakunya “

“ iya tidak apa apa, tapi saya harap kalian bisa menjaga rahasia ini dengan baik ya?”

“ oke pak baik” jawab bersama sama

Hari berganti tapi tak berlaku pada misteri ini. Aku menyiapkan perlengkapan sekolah tak lupa menyiapkan senjata berupa pisau kecil untuk melindungi diri. Aku bersepedah ke sekolah sembari memikirkan langkah apa yang harus ku ambil, dan hari ini aku tidak berangkat bersama Bren. Sebelum masuk gerbang sekolah aku melihat di samping tembok luar depan kebun sekolah terlihat pak Tedy yang melihatku dengan tatapan mengerikan tapi aku tak berani membalas tatapan itu dan memilih untuk masuk kesekolah saja.

“ itu apaan tuh, pak Tedy kok liatin gua kek gitu ya serem amat. Dah lah lewatin aja gak usah di pikirin ” dalam hatiku

Aku berjalan di lorong sekolah dan baru ingat bahwa ka memiliki tugas untuk mencari petunjuk kasus pembunuhan bersama Bren, langsung aku menemui Bren untuk mengajaknya mencari petunjuk tersebut.

Aku sampai dikelas sebelum bell berbunyi dan langsung mencari Bren, terlihat Bren sedang melamun memikirkan sesuatu yang menakutkan.

“Bren lo kenapa, kok kelihatan gelisah ?”

“eh iya Zayn gua gak kenapa napa, cuman tadi pas mau masuk gerbang sekolah kok pak Tedy ngeliatin gue kayak serem banget “

“ oh gua kira tadi gua doang yang ngalamin, ternyata lu juga ngeliat. emang aneh banget tuh pak Tedy, gimana kalau pertama kita telusuri pak Tedy? gua curiga sama dia ”

“ boleh tuh, tapi gue takut kenapa-kenapa “

“ tenang kita ini cuma mencari petunjuk bukan pelaku, jadi tenang aja “

“oke baik, kita mulai dari pulang sekolah ini ya “

“ siap Bren “

Jam pelajaran telah habis, silahkan pulang

Aku menyiapkan beberapa barang untuk keperluan nanti, tak lupa mengingatkan Bren akan investigasi. Awal aku ragu, tapi ini semua untuk kepentingan sekolah agar kasus pembunuhan cepat selesai. Aku mulai dengan hembusan nafas keraguan, tapi ini semua harus dilakukan.

" fiuhhh, semoga tidak terjadi apa apa" dalam hatiku

" Zayn, weh ayo kita mulai. Biar cepat selesai"

Aku dan Bren pergi mengawali investigasi dengan mencari tahu tentang pak Tedy. Yang kutahu pak Tedy biasa berada di taman. Dia senang merawat tanaman di kebun sekolah pada waktu pagi dan sore hari.

Aku dan Bren berangkat menuju kebun sekolah secara diam-diam tanpa ada seorangpun yang tahu. Terlihat dari kejauhan pak Tedy berada di sudut kebun, sambil menggali sesuatu dengan sebuah linggis panjang.

Aku dan Bren bersembunyi di semak-semak, kemudian pak Tedy terlihat memasukan sesuatu kedalam lubang yang telah digali. Disitu pak Tedy terlihat mencurigakan karena gerak geriknya yang aneh.

"Bren liat deh kok pak Tedy aneh sih gerak gerik nya "

"mana? "

"itu loh tuh liat, dia lagi gali emang mau ngubur apaan?"

"mana gue tau"

"eh iya juga, tapi lu liat dah kok aneh "

"aneh kenapa "

" itu liat tangannya pak Tedy kok ada darah sih"

“ mana coba…. lah iya kok berdarah sih”

kita terus melihat gerak gerik pak Tedy hingga pak Tedy pergi meninggalkan tempat itu dan pulang dari sekolah. Sontak kami berdua langsung mengecek tempat itu.

“ ayo Bren kita bongkar lubang yang tadi pak Tedy buat”

“ ayo ayo”

“ lah kok ini ada kepala ayam sih “

“ mana?, mana?”

“ itu “ sambil menunjuk ke arah lubang

aku dan Bren terheran heran melihat semua yang ada di dalam lubang itu. terlihat kepala ayam yang baru dipotong karena kelihatan masih segar dan masih utuh tertimbun didalam tanah.

“ Bren lu kepikiran kalau pak Tedy seorang psikopat gak?”

“ eh jangan berprasangka buruk "

" eh iya sorry"

Aku dan Bren melanjutkan investasi dengan memeriksa sebuah rumah kecil yang berada di sudut utara kiri kebun sekolah, rumah tersebut adalah sebuah gudang yang digunakan sebagai tempat kerja pak Tedy dan penyimpanan untuk kebutuhan kebun sekolah.

Sambil masuk, aku mengamati sekitar untuk lebih tau tentang ruangan ini. Aku dan Bren sampai di sebuah meja yang terlihat seperti meja kerja pak Tedy, aku memeriksa meja itu sementara Bren mengawasi lingkungan sekitar.

Aku menemukan beberapa kertas yang bertuliskan "tagihan hutang atas nama bapak Tedy". Aku terus mencari cari hingga membuka beberapa laci meja kerja pak Tedy. Aku terkejut menemukan foto kepala sekolah yang bertuliskan tersangka, aku memfotonya sebagai bukti yang akan ku berikan kepada pihak kepolisian.

“ Zay, udah belum geledahnya?”

“belum, dikit lagi. emang kenapa?”

“ gua liat ada orang yang menuju kesini”

“yang bener lu?”

“ serius gua”

“ dikit lagi nih……….. dah kelar. yuk cabut”

Aku dan Bren segera bersembunyi di semak-semak pinggir rumah itu. Aku dan Bren melihat seseorang yang masuk ke rumah kecil itu dengan gerak gerik yang aneh, seperti nya dia sedang mencari tahu sesuatu. kemudian datang pak Tedy yang menanyakan orang tersebut.

“ pak Bagas, kenapa kesini ada apa ya?”

Aku dan Bren terkejut mendengar itu karena kepala sekolah kami bernama Bagas Putrajaya. Aku dan Bren berbisik.

“ lah kok, pak Bagas kesini ya. Apa jangan jangan…..”

“ hush, jangan kenceng kenceng nanti ketahuan ”

“ iya iya maaf”

Pak Bagas dan pak Tedy melanjutkan perbincangannya

“ nggak…. cuma lagi ngecek taman eh sekalian ngecek rumah ini ”

“ kirain ada apa, kan gak pernah kesini ”

“ pak Tedy saya duluan ya mau pergi ada urusan ”

“ ya ”

Pak Bagas pergi meninggal kan pak Tedy, kemudian pak Tedy terlihat sedang mengambil barang yang tertinggal kemudian pergi kembali. Ini adalah waktu yang tepat untuk pergi dari sini.

" yuk Bren kita pergi dari sini " sambil berbisik

" ayok "

Aku dan Bren berlari menjauhi rumah kecil itu menuju gerbang sekolah. Aku tak ingin seorangpun tau kalau aku sedang menyelidiki kasus pembunuhan itu.

" akhirnya sampai di depan gerbang juga "

" iya Zay alhamdulillah "

" ayuk kita pulang aja, takut kenapa-napa "

" ayolah balik ngeri gua "

Aku dan Bren pulang kerumah masing masing, beristirahat setelah semua yang terjadi. Aku dan Bren berpisah di pertigaan jalan yang memisahkan arah rumah kami.

Aku berjalan perlahan di dalam gelapnya malam, hanya mengandalkan lampu jalan untuk menuntunku pulang ke rumah. Aku merasa kalau ada yang mengikutiku, tapi itu mungkin cuma perasaanku saja. Hari berganti begitu cepat, matahari sudah menampakan cahayanya, dan bulan pergi meninggalkannya.

“ wooaahhh, lah ini sudah jam 7 aja. telaaaaaattttttt! ”

Aku bergegas mandi dan memakai seragam sekolahku. Aku terburu-buru hingga tak sadar kalau aku tersandung pintu.

plaaakkk

“ aaaaaaaaaaa….. ”

braaakkk

“ aduh sakit , tapi yaudah lah gua lagi buru-buru ”

Aku berangkat sekolah dengan sepedah kesanyangan, menembus jalan-jalan kota yang menghadang. Tapi tiba-tiba

“ stoooppp….. ”

ngiiiii tttt…

“ oh pak polisi ”

“ apakah sudah ada barang buktinya? ”

“ sudah pak, tapi cuma ada segini ” sambil menyerahkan barang bukti

“ yasudah terimakasih, tapi kamu tetap mencari barang bukti yang lain ya ”

“ oke pak siap ”

Aku melanjutkan perjalanan dan berharap tidak terlambat datang ke sekolah. Sesampainya di sekolah aku bergegas memarkirkan sepedah di tempat parkir dan berlari memasuki kelas.

“ alhamdulillah untung belum bell ”

Aku berjalan memasuki kelas dengan tenang, seolah sedang menjadi seorang artis ternama. Aku melihat teman-temanku sedang mengerjakan sesuatu.

“ ada apa ini? ada tugas kah? ”

Tidak ada yang menjawab pertanyaanku, aku semakin penasaran dan langsung menghampiri salah satu temanku yang bernama Karl. Dia adalah seorang ketua kelas.

“ Karl lu lagi ngerjain apa? ” sambil berusaha untuk melihatnya

“ hemmm ” sambil memberikan isyarat

“ coba gua liat “

“ haaa…. “ sambil terkejut