Positively Marriage

Positively Marriage

penulismalamminggu

0

"Hai..., kenalkan namaku Kella. Adik manis sekaligus calon istri baik hati dan berbudi luhurnya Mas Distra ganteng..."

Ekspresi ceria dan wajah tolol dari gadis berusia 11 tahun itu nyatanya tak berubah dari ketika pertama kali keduanya bertemu, dan menjadi satu-satunya hal yang ingin sekali Distra lenyapkan dari ingatan masa kecilnya kalau saja ia mampu dan bisa. 

Namun kenyataannya, selama kurang lebih lima tahun lamanya, Distra harus terus hidup tersiksa karena tetangga barunya yang super berisik itu.

"Maaf, tapi Distra nggak suka sama cewek jelek." Ujar cowok tampan itu pelan, mencoba menolak dengan cara halus dan sopan. Meskipun punya attention span yang pendek seperti Ayahnya, Distra selalu berusaha untuk lebih bersabar dan menekan ke bar-baran dalam dirinya. Oleh karena demikian, meskipun ia tidak suka, Distra harus tetap sopan sebagai anak cowok nomor satunya Mama Maya.

"Yeayyy!! Untung aja kata Ayah Kella ini cewek paling cantik sedunia..., kayak prinses Raisa. Mas Distra ganteng pasti jatuh cinta dong sama Kella..."

Anak laki-laki berwajah tampan cenderung pendiam tersebut hanya bisa bungkam. Faktanya Kella memang cantiknya kebangetan, meskipun rambutnya dikuncir tinggi-tinggi seperti tugu Monas. Akan tetapi, semua hal-hal cantik dan manis yang ada dalam penampilan Kella itu tidak membuat Distra luluh hatinya dan terkesan. 

Biarpun cantik, Distra tidak suka dengan yang tolol maksimal seperti Kella.

"Tapi kamu bodoh. Cewek cantik kalau bodoh itu nggak berguna. Jangan dekat-dekat saya. Distra nggak mau ketularan penyakit bodoh." Distra pun dengan cepat refleks mendorong keras tubuh mungil Kella yang ada sangat dekat dengan dirinya, hingga tubuh gadis perempuan itu limbung lalu terjatuh di lantai granit kediaman keluarga Aeros.

Secara terang-terangan akhirnya Distra mengungkapkan penolakan dan isi pikirannya. Masa bodoh dengan kehadiran kedua orang tuanya dan orang tua Kella.

"Mas Distra, kok adik manisnya didorong. Ayo minta maaf, dibantuin lagi berdiri."

Suara lembut yang berasal dari Mamanya--Maya, membuat Distra mau tak mau akhirnya membantu Kella. Tetapi dengan satu catatan, ia tak akan meminta maaf. Nggak ada ceritanya cowok tampan dan pintar sepertinya meminta maaf duluan sama cewek bodoh.

Dengan tatapan kebencian yang berapi-api, Distra melihat gadis kecil dengan mata berkaca-kaca itu tampak kesulitan menahan tangis dihadapannya. Terlebih lagi, gadis yang menyadari bahwa sedari tadi mendapatkan tatapan menghunus dari Distra tersebut malah berusaha tersenyum lembut yang malah terlihat menyedihkan di mata Distra.

Kella bodoh!

Umpat Distra dalam kepalanya. "Dasar nggak tahu malu. Sudah ditolak bukannya, menyerah malah semakin banyak tingkah." oceh Distra pelan sebelum berteriak kecil kembali,

"Cepetan bangun!"

Perintah Distra kecil seraya mengulurkan sedikit tangannya. 

Habis ini ia harus cuci tangan dan pakai hand sanitizer agar virus bodoh tidak menjangkitinya.

Anak perempuan bersurai hitam panjang tersebut lagi-lagi tersenyum semakin lebar, memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. 

Sejenak Distra mungkin terpesona dengan senyumnya yang manis, akan tetapi bocah lelaki itu buru-buru mengingatkan dirinya bahwa Kella itu musuhnya. Musuh abadi yang harus ia perangi. Dan setelah Kella kembali menjejak lantai, Distra cepat-cepat menghempaskan tangan mungil Kella. Distra kemudian berjalan angkuh menuju ke tempat dimana orang tuanya berdiri.

"Terimakasih ya Mas Distra ganteng, sudah tolongin Kella. Kella memang lemah dan manja makanya kedorong sedikit langsung jatuh."

Distra hanya menyeringai tipis. Mata tajamnya hanya menatap sinis Kella. "Bagus deh, kalau sadar. Cewek manja."

Kurang lebih seperti inilah gambaran awal pertemuan antara Distra dan Kella si anak tetangga barunya. Setiap hari, tanpa kenal putus asa Kella selalu saja berusaha menempel dan lengket pada Distra.  Namun kebalikannya, Distra selalu bersikap cuek dan acuh. Anak laki-laki itu entah bagaimana caranya akan mati-matian menolak atau bahkan menghancurkan Kella.

***

Saat bumi menari indah diatas porosnya, seketika itu maka sang waktu pun akan silih berganti. 

Distra pikir, setelah hari buruknya, hari bersama Kella terlewati, anak laki-laki tersebut akan terbebas. Ia bisa tumbuh layaknya anak-anak lain yang bahagia. Namun semua itu nyatanya hanyalah imajinasinya saja. Kella ternyata jauh lebih licik dari perkiraannya.

Medusa kecil itu, bukan hanya rumahnya yang berdempetan dengan rumah Distra, ataupun merengek untuk masuk ke sekolah yang sama dengan anak lelaki itu, lebih mengerikan dari semua hal tersebut, ternyata tanggal kelahiran Kella sama dengan Distra. Yang artinya, setiap tahun, Distra harus merayakan hari pertambahan usianya, hari ulang tahunnya bersama-sama dengan Kella. Bersama musuh bebuyutannya.

Menyebalkan!

Apa belum cukup semua penderitaan yang diberikan Kella padanya? Lalu Mama sama Papa juga. Kenapa terus-terusan menempelkan Kella yang jelas-jelas tidak berguna itu pada putranya yang sangat sempurna ini? Apa mereka nggak tahu kalau Distra sangat risih sekali diikuti oleh Kella kemana-mana?

Sungguh, tumbuh bersama dengan seseorang yang bisa dijadikan teman mungkin menjadi sebuah anugerah ataupun keajaiban Tuhan yang patut untuk disyukuri, akan tetapi seorang Kella Atmaja bukanlah sosok teman yang keberadaannya akan selalu dirindukan. Nggak ada seorangpun yang akan merindukan sosok cewek berisik, alay, ceroboh, tolol, dan manja layaknya Kella.

Belum lagi perilaku bar-barnya terhadap Sharin Azalea, anak pembantu di kediamannya yang diam-diam sering Distra perhatikan. Jujur saja, pasti tak ada yang percaya pada Distra jika ia mengatakan jikalau Kella itu selain bodoh, ternyata juga tukang bully. 

Distra memang tidak tahu apa masalahnya, tetapi waktu itu, ia melihat dengan mata kepalanya sendiri jika Kella menyeret Sharin ke gudang belakang rumahnya yang sepi lalu memarahi bahkan mendorong gadis tak bersalah dan tidak tahu apa-apa itu.

Lalu sejak saat itu juga, Distra berkali-kali melihat Kella dan teman-temannya menjahili dan mengintimidasi Sharin. Ya, ternyata Kella yang dielu-elukan Mamanya ternyata tak sebaik dan sepolos itu. 

Kemudian, entah apapun penyebabnya, jika setiap kali terjadi insiden Sharin dipermalukan di sekolah, Distra tahu bahwa dalang dibalik semua hal itu adalah Kella.

Si polos bermuka dua.

***