Malam itu tanpa sengaja Anggun menemukan sebuah ponsel berwarna gold di jok motor milik Reno. Saat itu, Anggun yang baru saja memarkirkan kendaraannya melihat Reno yang lupa menguncinya.
Di bawah tumpukan jas hujan, sebuah ponsel yang sangat dikenal oleh Anggun itu tersimpan dengan rapi.
"Ini kan ...."
Anggun kembali mengingat saat 6 tahun silam, ia pernah memberikan Reno sebuah ponsel pintar berwarna gold keluaran terbaru dengan harga yang fantastis. Ponsel itu pernah hilang, saat ia dan Reno masih tinggal di sebuah ruko sederhana milik seorang temannya.
"Ini kan ponsel Mas Reno yang hilang dulu waktu di ruko kan. Kok?!" gumam Anggun.
"Kenapa dia berbohong?"
Anggun pun mulai curiga. Ia pun memeriksa ponsel smart itu dengan seksama dan detail hingga saat membuka sebuah aplikasi chat, masih terpampang nyata sebuah chat yang diberi nama 'Halimah'.
[Mas, kamu udah pulang ke rumah ya?]
[Mas, mau sampai kapan sih kita main petak umpet begini. Kenapa kamu nggak jujur aja? Aku capek loh, 5 tahun jadi istri simpanan kamu!]
Anggun menahan perihnya dalam tangis.Sebuab kenyataan pahit kini ada di depan matanya. Netra itu mengeluarkan bulir bening yang tak sanggup dibendungnya lagi.
"Jadi selama ini Mas Reno mengkhianati aku?" ucap Anggun.
Anggun pun kembali mencari tahu lebih. Ia pun menyimpan nomor yang diberi label Halimah itu. Setelah semua chat ia screenshot, Anggun pun mengembalikan ponsel itu ke tempat semula agar suaminya tak curiga.
"Anggun, kamu udah pulang?" teriak Reno dari dalam rumah. Anggun pun panik dan langsung bergegas menjauhi motor Reno itu. Ia pun menyeka airmatanya.
"Mas, kamu udah pulang?" tanya Anggun tersenyum saat Reno menghampirinya di bagasi samping rumah.
"Baru kok. Ya udah, kamu beres-beres dulu ya. Nanti kita makan bareng. Kebetulan aku beliin makanan kesukaan kamu tuh," ucap Reno.
Pekerjaan Anggun dan Reno memang terkadang menyita waktu. Walau jarang memasak, Anggun dan Reno tetap saling memahami itu adalah bagian resikonya. Bahkan tak jarang, Reno membeli makanan di luar atau sekadar membuatkan Anggun nasi goreng buatannya sendiri.
Anggun pun berjalan masuk ke dalam kamarnya dan membersihkan badannya sebelum ia makan malam bersama.
"Ya Allah, kenapa Mas Reno tega mengkhianati aku? Dia sudah menikah lagi diam-diam di belakangku. Siapa sebenarnya Halimah itu?"
Anggun ingin rasanya menjerit. Tetapi, ia diam. Hanya bisa menangis di dalam kamar mandi dan menyimpannya sendiri. Ia tidak ingin Reno tahu, jika ia sudah mengetahui ponsel yang dulu hilang, ternyata menjadi ponsel rahasia Reno.
"Anggun, Sayang, kita makan yuk!" panggil Reno yang sudah sejak tadi menunggu Anggun di meja makan.
Anggun pun menarik napas panjang. Ia menyeka airmata yang sejak tadi tak berhenti mengalir membasahi wajahnya itu.
"Iya, Mas. Sebentar ya," teriak Anggun dari dalam kamarnya. Anggun pun berjalan keluar dan menghampiri Reno yang sudah menyiapkan semuanya.
"Mas, ini kamu udah siapin semua ya? Wah, kamu tuh pasti kan capek. Biar lain kali aku aja yang buat ya, kan udah jadi tugas aku," ucap Anggun.
"Nggaklah, Sayang. Kita kan berumah tangga berdua. Jadi ya kita sama-sama mengerjakan semuanya," sahut Reno yang mencium tangan istrinya itu.
"Kamu capek banget ya? Kayaknya wajah kamu lelah deh. Ya udah, makan dulu ya. Habis makan, aku pijitin kamu ya," ucap Reno yang langsung menyuapi Anggun malam itu.
Ingin rasanya Anggun menjerit. Ingin memaki laki-laki yang ada dihadapannya itu. Sebuah sikap yang manis dan sangat terkesan sebagai suami terbaik tetapi ... Dia sudah berkhianat di belakang istrinya.
"Hebat sekali kamu, Mas. Kamu ternyata nggak berubah. Tetap jadi Reno, seorang pria yang tidak bisa hidup dengan satu wanita," gumam Anggun dalam hatinya.
Anggun tetap berusaha tersenyum, walau hatinya begitu sakit. Entah kata apa yang pantas menggambarkan bagaimana hancurnya hati Anggun.
Setelah makan malam usai, seperti biasa Reno pun mengajak Anggun menonton acara favorit mereka di ruang tamu. Saat itu, Reno bahkan sudah menyiapkan secangkir kopi sambil memijit tubuh Anggun yang terlihat lelah.
"Kenapa kamu begini, Mas? Apa sebenarnya yang terjadi? Sikap kamu nggak berubah, hingga aku nyaris tidak mengetahui pengkhianatan kamu," batin Anggun.
Sikap manis yang ditunjukkan Reno saat berada di dalam rumah, membuatnya sangat pintar menyimpan rahasia pernikahan sirinya bersama seorang wanita bernama Halimah.
"Aku harus bisa mencari tahu, siapa Halimah sebenarnya," kata Anggun dalam hatinya.
"Saat ini, aku akan ikuti semua permainan sandiwara kamu ini, Mas. Kalau nanti aku sudah dapat semua buktinya, lihat saja ya, Mas. Aku nggak akan tinggal diam."
.................
Reno pagi itu seperti biasanya membuatkan sarapan untuk Anggun dan dirinya. Sebuah roti bakar dan segelas teh hangat menjadi pilihan Reno pagi itu.
"Sayang, nih, kamu makan dulu ya. Ohya, nanti malam aku agak telat ya pulang kantornya. Soalnya mau mampir ke tempat Ini dulu," ujar Reno tersenyum.
Senyum kepalsuan Reno itu dibalas dengan senyum kepalsuan juga dari Anggun. Sejak mengetahui pengkhianatan Reno, Anggun mulai bersikap cuek. Walau belum mempunyai cukup bukti, chat itu sudah membuktikan jika suaminya itu sudah membagi hati.
Setelah sarapan, Reno pun langsung berangkat ke kantor. Sedangkan Anggun memilih tinggal sebentar karena menunggu kabar dari Vino,sahabat baik Anggun sejak kecil.
Anggun pun kembali mengambil gawainya dan membuka pesan yang tadi dikirimkannya pada Vino. Tak lama, balasan yang ditunggu Anggun pun datang.
[Kita ketemu aja ya. Banyak hal yang harus kutanyakan, sebelum kucari tahu semuanya. Kamu tenang dulu, jangan bertindak gegabah.]
[Ok. Kita ketemu di cafe biasa ya jam makan siang. Thanks, Vin.]
Akankah Anggun berhasil mendapatkan semua bukti pengkhianatan Reno dan pembalasan terbaik apa untuk lelaki seperti Reno?
-----
Anggun kini mengikuti permainan Reno. Ia tetap diam dan seolah tidak mengetahui semua kebohongan Reno. Anggun ingin menyelidiki semuanya. Semua kebohongan Reno yang belum diketahuinya.
"Kita lihat saja, siapa yang akan jadi pemenangnya," gumam Anggun.
Pagi itu, seperti biasanya, Anggun menyiapkan sarapan untuk suaminya sebelum Reno berangkat kerja. Ia menyusun dengan rapih secangkir teh manis dan nasi goreng seafood kesukaan Reno. Di meja makan juga tersedia roti dengan beberapa jenis selai pilihan.
"Mas, Mas, sarapan dulu, yuk. Nanti kamu telat loh ke kantor," panggil Anggun.
"Iya, Sayang. Sebentar ya," teriak Reno.
Anggun pun menyambut kedatangan Reno dengan senyuman. Senyuman yang hangat. Seperti biasanya, walau sesungguhnya di dalam hati Anggun, telah timbul benih-benih kebencian, amarah dan rasa muak.
"Kamu mau sarapan apa, Mas?" tanya Anggun.
"Pagi ini aku mau roti. Tetapi, nanti kamu bawain nasi gorengnya ya. Biar nanti aku bisa makan di kantor sehabis meeting," ucap Reno. Anggun pun mengikuti keinginan Reno.
Setelah memberikan roti dengan selai coklat pada Reno, Anggun pun menyiapkan bekal nasi goreng di kotak Tupperware kesayangannya. Warna hijau.
"Loh, Mas, kok buru-buru sih?" tanya Anggun saat Reno bergegas pergi dan terburu mengambil kotak bekalnya setelah menerima sebuah telepon.
"Iya, Sayang, meeting-nya diubah jam 9 pagi. Aku takut telat. Kamu hati-hati ya. Take care. Miss you," pamit Reno setelah mencium pipi Anggun seperti biasa.
Anggun yang mulai kehilangan kepercayaannya pun tidak percaya jika Reno benar-benar harus meeting pagi. Bisa saja ia janji bertemu wanita selingkuhannya sebelum ke kantor.
"Ya Allah, apa yang harus kulakukan?" gumam Anggun.
Saat hendak mengikuti Reno, Cynthia datang ke rumahnya. Ia datang dalam keadaan wajah memar dan menangis tersedu-sedu hingga Anggun terpaksa membatalkan rencananya.
"Cyn, kamu kenapa sih? Ya udah, masuk yuk," ajak Anggun. Anggun pun memapah sahabatnya sejak kecil itu masuk ke dalam rumah.
Cynthia pun mulai menceritakan semuanya. Ia mendapatkan KDRT dari Romi, suami yang sudah menikahinya 3 tahun lalu. Bahkan menurut wanita berambut panjang sebahu itu, ia bahkan dipaksa melayani para pria yang sudah membayar pada Romi.
"Apa, kamu dijual?" pekik Anggun. Cynthia hanya mengangguk dalam tangisnya.
"Dasar suami nggak tahu diri! Udah nggak nafkahi istri, selingkuh eh sekarang malah KDRT dan mau ngejual kamu? Kita lapor polisi aja, Yuk!" pinta Anggun yang kesal pada Romi karena cerita Cynthia.
"Nggak, Anggun. Gimana kalau dia di penjara? Gimanapun, dia Ayah Amanda. Dia masih kecil," bujuk Cynthia.
Amanda, gadis cilik berusia 2 tahun itu terpaksa harus merasakan pedihnya menjadi anak yang mempunyai keluarga yang tidak utuh. Cynthia hendak menggugat cerai Romi.
"Ya udah, sementara ini kamu tinggal di sini aja ya. Di atas ada kamar kosong. Please, jangan tolak! Aku justru nggak tenang kalau kamu dan Amanda ke mana-mana. Di sini, kalian aman," ujar Anggun yang tidak ingin sahabat kecilnya itu dalam bahaya.
"Reno gimana?" tanya Cynthia.
"Udah, kamu tenang aja ya. Soal Mas Reno, biar aku yang urus. Lagian nggak mungkinlah dia melarang aku ngajak kamu di sini. Apalagi ada Amanda," sahut Anggun tersenyum.
"Makasih ya, Anggun. Kamu emang sahabat terbaik aku," ujar Cynthia. Kedua sahabat itu akhirnya berpelukan.
.................
Mobil yang dikendarai Reno akhirnya berhenti di sebuah komplek perumahan. Di sebuah rumah beraksen American style berwarna hijau-pink. Reno pun turun dari mobil BMW warna hitam kesayangannya itu.
"Sayang, kamu di mana?" panggil Reno saat memasuki rumah yang tak terkunci itu.
"Hei, kamu udah datang, Mas?" sapa Nindya.
Gadis berusia 21 tahun itu kini tengah mengandung. Menginjak 4 bulan. Perutnya pun mulai membuncit. Anak hasil perselingkuhannya dengan Reno di belakang Anggun.
"Kamu udah siap? Kita berangkat ke rumah sakit sekarang ya. Aku mau lihat, gimana perkembangan anak kita," ujar Reno sambil mencium perut Nindya yang mulai besar itu.
"Udah."
Reno pun menggandeng mesra Nindya masuk ke dalam mobilnya. Ia memang tidak ingin terjadi sesuatu pada calon bayinya. Sudah lama ia menginginkan seorang anak. Tetapi, hampir 6 tahun menikah dengan Anggun, ia belum juga kunjung hamil.
Reno pun langsung meluncur menuju sebuah rumah sakit yang tidak jauh dari komplek perumahan Nindya tinggal. Reno tidak ingin jejak pengkhianatan itu diketahui oleh Anggun. Anggun bisa saja melakukan apapun, bahkan membunuhnya dan juga Nindya.
Tidak butuh lama, mobil yang dikendarai Reno akhirnya sampai di pelataran parkiran rumah sakit. Saat hendak turun dari mobilnya, Nindya pun mencegah Reno.
"Mas, mau sampai kapan kita begini? Aku tuh istri kamu. Tetapi, kayak simpanan kamu aja. Ingat loh, Mas, aku ini sedang mengandung darah daging kamu. Harusnya kamu itu lebih mengutamakan aku daripada si Anggun, perempuan mandul itu!" pekik. Nindya.
Reno langsung menoleh ke arah Nindya. Wajahnya terlihat penuh amarah pada istri sirinya itu. Ia tidak suka saat Anggun dicap sebagai wanita mandul. Bagaimanapun, Anggun istrinya yang sah.
"Eh, dengar ya! Jangan sekali lagi kamu bilang dia wanita mandul!" bentak Reno.
Nindya pun kaget. Ia tidak menyangka jika akan membuat Reno semarah itu. Nindya pun menunduk. Ia berusaha menahan tangisnya.
"Udah. Kita ke sini buat cek kehamilan kamu. Nggak usah drama. Ayo, kita masuk. Aku juga harus cepat ke kantor. Banyak kerjaan," pekik Reno yang langsung turun dari mobilnya. Nindya pun menyusul.
"Ibu Nindya," panggil seorang perawat yang mempersilakan Nindya masuk.
"Aku tunggu di sini aja."
Reno yang masih kesal akhirnya membiarkan begitu saja Nindya masuk seorang diri. Namun, setelah emosinya mereda, Reno pun memutuskan masuk ke dalam ruangan dokter. Terlihat, Nindya sedang diperiksa.
"Gimana keadaan istri dan anak saya, Dok?" tanya Reno.
"Alhamdulillah, baik. Cuma saya sarankan, sebaiknya Ibu jangan terlalu capek dan stres ya. Takut menganggu perkembangan janinnya," ucap dokter.
"Baik, Dok."
Setelah mendapat resep, Nindya dan Reno akhirnya keluar ruangan. Nindya yang sepertinya masih marah langsung pergi begitu saja. Reno pun memutuskan menebus obatnya ke apotik lebih dulu.
20 menit kemudian
Setelah mengambil obat, Reno pun bergegas kembali ke mobil. Dari kejauhan, ia melihat Nindya sedang berbicara dengan seorang pria dengan setelan jas rapih. Entah siapa pria itu. Reno pun bergegas menghampiri Nindya.
"Nindya!" teriak Reno membuat Nindya dan pria itu langsung menoleh. Kali ini, justru mata Reno yang terbelalak saat melihat sosok pria yang diduganya sebagai selingkuhan Nindya.
"Pras?"
"Reno?"
"Mas, Mas kenal sama Mas Pras?" tanya Nindya.
"Ya kenallah. Dia ini kan sahabat aku sejak SMP. Eh, tunggu deh. Kalian, sudah kenal?" tanya Pras.
"Dia suami aku, Mas," sahut Nindya membuat Pras langsung meradang.
"Lu mengkhianati Anggun?" pekik Pras menarik krah baju Reno.
Reno diam rak berkutik
Siapakah Pras? Akankah Anggun mengetahui kedok Reno?
bersambung ....