Wanita paruh baya itu perlahan membuka kelopak matanya. Dahinya mengerut saat cahaya terang saling menyerbu. Pemandangan pertama yang dilihatnya adalah sebuah langit-langit rumah dengan lampu gantung berbahan kristal. Sementara itu, tubuhnya kini terbaring di atas sofa dalam kondisi kepala yang terasa begitu pening.
Beliau mencoba bangkit. Sampai akhirnya beliau menyadari sebuah benda yang ada di genggamannya. Benda tersebut merupakan stik golf milik suaminya. Namun, hal yang membuatnya terkejut adalah saat beliau melihat noda darah pada ujung stik tersebut. Beliau pun menoleh ke sana kemari dan seketika perhatiannya tertuju kepada sosok sang suami yang tergeletak di tengah ruang tamu dengan kepala berlumuran darah. Sementara itu, kondisi pintu utama rumah mereka juga terbuka cukup lebar.
Di saat yang sama, dua orang petugas keamanan yang biasa bertugas menjaga area komplek, seketika datang dan terkejut melihat keadaan rumah tersebut. Perhatian mereka lantas teralihkan kepada sosok wanita paruh baya tadi yang masih terbujur kaku sambil memegang erat stik golf di tangannya.
“B-Bu Sarena...” Salah seorang petugas keamanan dengan label nama Musa di dadanya, seolah dibuat tidak percaya.
“Bukan!” Wanita yang dipanggil dengan sebutan Bu Sarena itu langsung menggeleng cepat. “Bukan saya pelakunya! Saya serius, Pak!”
Lantas stik golf itu beliau lempar begitu saja.
Sungguh, Bu Sarena bahkan tidak yakin bahwa dirinya sempat memukul sang suami sebelumnya. Bahkan selama hampir 19 tahun pernikahannya, beliau tidak pernah berani melawan apalagi menyakiti suaminya dengan cara sekasar ini. Beliau tidak tahu, bagaimana caranya stik golf itu bisa berada di genggamannya.
Kedua petugas keamanan tadi lantas bergegas menghampiri suami dari Bu Sarena dan memeriksa denyut nadi di lehernya. Namun setelah itu, mereka pun saling tatap penuh arti.
“Pak Duta sudah nggak ada, Pak,” gumam salah seorang petugas keamanan yang kali ini memiliki label nama Fahri di dadanya.
Pak Musa pun menghampiri Bu Sarena yang terlihat kebingungan.
“Bu Sarena, sebenarnya saya kemari karena mendapat laporan dari warga kalau mereka sempat mendengar keributan di rumah ini. Dan secara kebetulan, tadi juga saya melihat Bu Sarena memegang stik golf yang berlumuran darah. Apa Bu Sarena benar-benar melakukan itu kepada Pak Duta?”
Bu Sarena terdiam. Beliau sendiri merasa aneh. Karena seingatnya, beliau memang sempat beradu mulut dengan sang suami. Namun, bukankah seharusnya dirinya yang menjadi korban? Karena Bu Sarena ingat jelas ketika sang suami menamparnya, menjambaknya, menggeret tubuhnya, hingga menendang kepalanya dan menyebabkan dirinya pingsan seperti tadi. Bu Sarena sama sekali tidak merasa dirinya menyentuh stik golf, apalagi sampai berpikir untuk menghabisi nyawa sang suami menggunakan benda tersebut.
“Ini aneh, Pak! Ini pasti ada yang nggak beres!” komentar Bu Sarena.
“Aneh gimana? Sudah jelas-jelas saya melihat dengan mata kepala saya kalau Bu Sarena pegang stik golf itu,” sahut Pak Musa yang merasa tak habis pikir. Sementara Pak Fahri kini terlihat sibuk menghubungi seseorang di luar sana.
“Saya memang pegang stiknya. Tapi bukan berarti saya yang melakukannya!” Bu Sarena masih bersikeras.
“Terus kalau bukan Ibu, siapa pelakunya? Apa ada orang lain di rumah ini?” Pak Musa kembali bertanya.
“Itu dia, Pak. Saya juga nggak tahu. Saya ini baru sadar dari pingsan dan stik golf itu tiba-tiba ada di tangan saya!”
“Pingsan? Kenapa Ibu bisa pingsan?” Pak Musa semakin penasaran.
“Saya sempat bertengkar sama suami saya dan beliau menendang kepala saya sampai saya nggak sadarkan diri. Tapi pas saya bangun, semuanya tiba-tiba seperti ini.”
Pak Musa menghela napas. “Jadi maksud Ibu, Pak Duta dibunuh sama hantu?”
Bu Sarena terdiam. Bersamaan dengan itu, Pak Fahri pun masuk dan menghampiri keduanya.
“Saya sudah telepon ambulance sekaligus polisi untuk mengusut kasus ini,” ucap Pak Fahri yang membuat Bu Sarena kini hanya bisa menangis pasrah.
Apakah beliau benar-benar akan ditahan oleh polisi atas apa yang bahkan tidak pernah beliau lakukan sama sekali? Siapa pelaku sesungguhnya? Apa motif orang tersebut menghabisi nyawa sang suami? Semua pertanyaan itu seketika bermunculan di dalam kepala Bu Sarena.