Ceburr... Cebuurr.. ceburrr suara Mazana mandi dikamar mandi yang berada di luar rumah dan menikmati suasana sejuknya pagi.
“Mazana, mandinya jangan lama-lama nanti kamu kedinginan.” Seorang ibu berteriak kepada Mazana karena sedang musim dingin dan kamar mandi berada di luar rumah menjadikan air sangat dingin.
“Airnya sangat segar, Ibu.” Mazana tetap mengguyur air dengan pelan-pelan ke tubuhnya yang berkulit putih.
Ibu sedang memasak untuk sarapan dan bekal ayahnya untuk pergi ke sawah. Setiap hari ayahnya pergi ke sawah orang kaya yang ada di desanya. Mereka tidak memiliki sawah sendiri sehingga mereka hidup dengan mengandalkan gaji yang diberikan juragan kaya tersebut.
Mazana bercita-cita menjadi seorang dokter karna di desanya belum ada dokter dia ingin sekali menjadi penolong di desa agar ketika ada yang sakit tidak harus jauh-jauh pergi keluar desa.
Setelah Mazana mandi ia pergi ke meja makan dan sarapan bersama ayah dan ibunya. Dia adalah anak tunggal tidak mempunyai saudara. Ibunya pernah hamil disaat Mazana berumur lima tahun, tetapi itu bukan rejeki mereka akhirnya ibunya keguguran.
“Setelah lulus SMA kamu jadi ingin melanjutkan sekolah kedokteran, Nak?” tanya ayahnya
“Tapi ayah punya uang darimana? Aku ingin sekali melanjutkan sekolah kedokteran tapi aku juga tidak ingin merepotkan ayah dan ibu.”
“Jika memang kamu benar-benar ingin ayah akan usahakan. Toh kamu juga niatnya baik ingin membantu warga di desa.”
“Iya, Nduk. Kamu belajar aja yang giat biar ibu dan ayah yang memikirkan biayanya.”
“Terima kasih ayah ibu. Aku sayang kalian berdua, aku akan terus belajar agar memudahkan aku masuk ke Universitas Kedokteran.”
“Iya sama-sama, lanjut sarapannya dulu jangan banyak bicara.”
Mereka sarapan hingga selesai dan ayahnya berangkat untuk ke sawah, ibunya pergi ke rumah juragan kaya menjadi pembantu di rumahnya dan Mazana pergi ke sekolah.
*****
Sampai di sekolah Mazana langsung masuk ke kelas dan menyapa teman-temanya yang ada di kelas.
“Selamat pagi teman-teman.”
“Pagi.” Jawab teman-temanya.
Mazana menuju ke tempat duduknya dan menunggu bel masuk.
Kring.. kring.. kring.. bel masuk berbunyi semua murid yang berada di luar kelas masuk ke kelas masing-masing dan diikuti para guru yang mengajar di setiap kelas.
Mazana duduk di kelas XII MIPA. Mazana adalah murid terpintar di kelas dan kebetulan hari ini ada sosialisasi dari Universitas Kedokteran. Sambil menunggu pihak Universitas datang semua murid melaksanakan pelajaran seperti biasa terlebih dahulu.
Pihak dari Universitas Kedokteran sudah datang dan mereka langsung menuju ke ruang guru untuk mendiskusikan apa yang akan disampaikan kepada para murid. Setelah mendiskusikan dengan kepala sekolah, kepala sekolah menyetujui semua yang akan disampaikan dan menyukai semua fasilitas dari universitas tersebut. Kepala sekolah memberikan instruksi kepada semua murid kelas XII MIPA maupun IPS untuk berkumpul di lapangan untuk mengikuti sosialisasi dari Universitas Kedokteran.
Mazana tampak sangat senang dia sangat bersemangat dan bergegas untuk segera ke lapangan dan duduk di posisi paling depan.
Setelah semua murid sudah berkumpul salah satu dari pihak Universitas mulai menyampaikan apa yang menjadi tujuan mereka.
“Selamat pagi, Adik-adik.”
“Pagi.” Jawab semua murid serentak.
“Perkenalkan nama saya Alzeco, saya dari Universitas Kedokteran. Bagaimana dengan kalian apa ada yang ingin menjadi Dokter?”
Beberapa siswa mangacungkan tangan dan begitupun Mazana.
“Yang mau jadi perawat?”
Beberapa siswa juga mengacungkan tangannya.
“Kalian dengar ya! Kita Universitas Kedokteran dengan fakultas kesehatan yang lengkap selain prodi Kedokteran ada juga keperawatan, kebidanan, dan farmasi. Untuk kali ini di Universitas kita sedang mengadakan banyak promo pendaftaran. Untuk pendaftaran gelombang pertama ada bonus 50%, untuk pendaftaran gelombang 2 ada bonus 25%, dan untuk pendaftaran gelombang 3 ada bonus 15%. Baik, untuk kalian tadi yang mengacungkan tangan untuk menjadi Dokter apa alasan kalian ingin menjadi Dokter?”
Beberapa siswa-siswi berdiri bergantian dan menyampaikan alasannya ingin menjadi seorang Dokter dan terakhir yang berdiri adalah Mazana.
“Untuk membantu masyarakat yang di desanya belum ada Dokter agar ketika keadaan darurat tidak perlu pergi jauh-jauh untuk ke luar desa.”
“Tepuk tangan untuk adik satu ini, siapa namanya?”
“Mazana.”
“Wah keinginan kamu keren ya. Jadi, jangan jadikan cita-cita sebagai alasan agar memiliki gaji besar dan tidak kepanasan. Kali ini kakak akan membagikan brosur untuk kalian tunjukkan kepada orang tua kalian masing-masing jika berminat. Jika ada yang berminat langsung hubungi kepala sekolah saja biar nanti kepala sekolah melapor kepada pihak Universitas.”
“Siap, Kak.” Jawab siswa-siswi serentak.
Para mahasiswa membagi brosur kepada para murid sampai semua murid mendapatkan brosur.
“Semua sudah dapat brosur?” tanya Alzeco.
“Sudah.” Semua siswa serentak menjawab dan mereka hanya peduli kepada brosur tidak memperdulikan Alzeco di depan.
“Hallo? Adik-adik? Bacanya nanti saja ya di kelas masing-masing.” Tapi tidak ada yang menyaut.
Kepala sekolah maju dan berdiri di samping Alzeco, semua murid langsung menghadap ke depan dan menyimpan brosur.
“Baik karena tugas kakak di sini sudah selesai kakak mohon pamit dan mohon maaf jika ada salah kata atau menyinggung hati kalian.” Alzeco pamit dan bersalaman dengan dengan kepala sekolah dan keluar dari kawasan sekolah.
“Untuk para murid dimohon untuk kembali ke kelas masing-masing karena masih ada jam pelajaran satu jam.” Kepala sekolah mengintruksikan untuk kembali ke kelas masing-masing.
Semua murid kembali ke kelas masing-masing tanpa banyak bicara dan melanjutkan pelajaran yang tadi terputus akibat adanya sosialisasi.
****
Alzeco adalah seorang mahasiswa kedokteran anak dari juragan kaya yang setiap bulan menggaji orang tua Mazana. Dia bersekolah di Universitas Kedokteran karena dia ingin membangun klinik di desanya. Dia tidak ingin hanya sekedar membuat klinik dan memperkerjakan orang. Dia ingin membangun sebuah klinik yang benar-berkualitas.
Karena hari ini kegiatan hanya bersosialisasi dia langsung pulang ke rumah tidak kembalo ke kampus bersama temannya.
“Aku pulang dulu, ya.”
“Oh iya hati-hati.” Jawab teman-temanya.
“Oke, kalian juga hati-hati.”
Sampai di rumah Alzeco langsung masuk dan ganti baju. Setelah ganti baju ia belajar.
Ibunya Mazana mengantar pakaian yang habis di cuci ke kamar Alzeco. Saat di kamar Alzeco dia melihat ada buku yang terjatuh yaitu buku kedokteran milik Alzeco.
“Tuan apakah buku kedokteran seperti ini mahal?”
“Enggak, Bi. Itu fasilitas dari universitas.”
“Ooh boleh saya pinjam satu hari, Tuan?”
“Untuk apa, Bi?”
“Hehe anak saya, Tuan.”
“Bawa aja tapi dijaga baik-baik ya, Bi.”
“I-iya terima kasih, Tuan.”
“Iya.”
Ibu Mazana keluar dan membawa buku tadi dan menyimpannya di tas.
“Mazana pasti senang melihat buku ini.” Ibunya sangat senang karena bisa menunjukkan buku kedokteran kepada anaknya. Walaupun hanya sebentar setidaknya anaknya bisa mengambil sedikit pengetahuan dari buku itu untuk awal untuk memulai cita-citanya.liskanan dari buku itu untuk awal untuk memulai cita-citanya.