Perempuan kedua

Perempuan kedua

el Putri

0

"Maaf, Maaf aku nggak sengaja," 

Ucapan maaf dari seorang Pria yang tidak sengaja menabrakku.

Karena ulahnya  koperku lepas dari tanganku tak hanya itu beberapa barang oleh-oleh yang aku bawa jatuh semua.

"Maaf, maaf kalau kata maaf berguna untuk apa ada po....lisi." 

Aku tidak melanjutkan marahku ketika aku melihat wajahnya yang tampan dengan senyum yang menggoda.

Entah mengapa kedua bola mataku ini tak ingin lepas darinya, menurutku ini adalah pemandangan yang sangat indah lebih indah dari gunung dan sekitarnya.

Dia yang merasa bersalah memunguti barangku yang berceceran kemudian memberikannya kepadaku.

"Sekali lagi aku minta maaf," katanya dengan senyuman yang mampu membuat jiwa jombloku meronta ingin keluar.

"Iya, maaf diterima," sahutku.

Itulah pertemuan kami yang pertama, aku berharap kalau kami akan bertemu lagi di lain kesempatan.

Sebulan sudah berlalu, tapi kami tidak pernah ketemu lagi, aku sangat berharap kalau aku dengannya akan bertemu lagi.

Kelihatannya Tuhan mengabulkan doaku, malam itu waktu aku menghadiri sebuah acara tak sengaja aku melihatnya.

Hatiku sangat girang, akhrinya aku bisa bertemu dengan pria asing di Bandara waktu itu.

Astaga, melihatnya memakai pakaian formal membuat aku semakin terpikat, untuk kedua kalinya aku jatuh cinta dengannya.

Tuhan, bolehkah aku kurang ajar sedikit. Aku ingin memilikinya, aku ingin menjadi tulang rusuknya, menjadi pendamping serta Ibu dari anak-anaknya.

Waktu itu saat aku mengambil minum, tak sengaja kami berpapasan, kali ini aku tidak akan membuang kesempatan lagi.

"Kita bertemu lagi," kataku sambil tersenyum semanis mungkin.

"Iya," sahutnya.

"Ada yang bilang kalau bertemu secara tidak sengaja kedua kali itu tandanya berjodoh," selorohku yang membuatnya tertawa.

Kulihat dia menggelengkan kepala, mungkin menurutnya aku ini ada-ada saja.

Aku dan dia saling mengobrol dan saling memperkenalkan diri masing-masing. Dari obrolan kami aku tau kalau dia ternyata bukan asli kota ini, dia bekerja sebagai Manager di sebuah perusahaan yang cukup besar.

Semenjak pertemuan kami malam itu, kami semakin dekat karena memang dia tidak memiliki siapa-siapa di kota ini, dia juga menyewa apartemen untuk tempat tinggalnya yang kebetulan apartemennya tak jauh dari rumahku.

Aku dan dia sudah sangat dekat tapi dia tak kunjung menyatakan cintanya sehingga membuat aku ingin mundur.

"Mas, ayo kita makan malam bersama."

Aku mengajaknya untuk makan malam bersama, sekalian ada yang ingin aku bicarakan dengannya.

Memang aku yang lebih terlihat mengejar dia daripada dia mengejar aku, setiap obrolan di chat selalu aku yang mulai.

Awalnya aku mengira dia tidak tertarik padaku sehingga aku ingin menjauhinya tapi saat makan malam itu, dirinya malah melarangku untuk menjauhinya, dia bilang jika dia sangat tertarik padaku bahkan dia mengungkapkan perasaannya.

"I Love you," 

Tiga kata yang mampu membuat aku bak disambar petir, aku terbengong menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Arini," Dia memanggil namaku.

Panggilannya membuat aku tersadar, aku yang sangat senang memintanya untuk mengulangi tiga kata ajaib yang membuat aku ke awan.

"I Love You Arini," 

Duh, ingin sekali aku melonjak girang, malam ini aku benar-benar senang dan benar-benar bahagia.

"I Love You Too mas Ilham,"

Tanpa basa-basi aku langsung menerima cintanya, aku tidak memiliki pikiran apapun karena yang aku tahu kini dia mencintaiku.

Tiga bulan telah berlalu, hubungan kami makin dekat lagi, kami selalu bersama bahkan tak jarang dia menginap di rumahku.

Hal ini membuat warga sekitar rumahku memanggilku untuk menghadap ke kantor kelurahan, aku berusaha menjelaskan jika kami tidak melakukan apa-apa tapi mereka tetapi tidak percaya.

Mas Ilham yang tahu aku dipanggil oleh warga, berusaha ikut menjelaskan, akhirnya dia memutuskan untuk menikahiku malam itu juga.

"Saya akan menikahi Arini malam ini juga," katanya dengan lantang.

Tentu menikah di bawah tangan adalah pilihan satu-satunya, karena untuk menikah secara negara kami harus melengkapi surat-surat terlebih dahulu.

Aku masih tidak percaya, kalau malam ini aku dengannya akan menikah.

"Kamu kenapa terlihat murung?" Tanya Ilham.

"Tidak suka ya menikah denganku," sambungnya.

Sontak aku langsung menggelengkan kepala, aku sangat mencintainya bagaimana bisa aku tidak suka menikah dengannya.

"Aku senang sekali mas karena bisa menikah denganmu," kataku.

Aku dan mas Ilham hanya berpakaian ala kadarnya, aku yang hanya sebatang kara di dunia ini meminta warga untuk mencarikan wali hakim untukku.

Tak berselang lama, beberapa warga yang akan menjadi saksi pun mulai datang, tinggal menunggu Pak ustadnya saja.

Setelah pak ustad datang, beliau langsung menikahkan kami, meski hanya nikah di bawah tangan namun acara pernikahan kami sangat khidmat.

"Sah," 

"sah,"

Kata sah terucap dari mulut beberapa warga yang telah menjadi saksi.

Setelah warga dan Pak ustad pulang, aku dan Mas Ilham pergi ke kamar, kami ingin melakukan ritual malam pertama kali.

"Kamu sudah siap untuk malam pertama kita?