Penyambut Iblis

Penyambut Iblis

Eza

0

Raya terus bungkam. Kedua tangannya diikat pada pegangan kursi, kedua ibu jari kakinya juga sudah hancur setelah dijepit dengan kaki kursi. 


Dia menjerit, lalu pingsan karena tidak bisa menahan rasa sakit. Kemudian setelah siuman, dia tertawa lebar, hingga darah yang sudah memenuhi mulutnya menyembur keluar, hingga mengenai wajah Liam.

Setiap kata yang keluar dari mulut  dan gerakan aneh di atur Liam sedemikian rupa, berharap Raya merasa terancam.


Namun Raya tampak tidak goyah. Dia seperti seekor rusa yang berenang melewati sungai penuh buaya, tidak gentar, tanpa rasa takut, walau sudah tahu kematian akan menghampirinya.


Berkat keberanian dan kegilaan itu Raya, Liam kini mengkombinasikan nada ancaman dengan nada putus asa,


"Tolong aku Raya, cukup katakan dimana kau sembunyikan Dyandra. Setidaknya kau akan keluar dari ruangan ini dengan kedua bola mata yang utuh"


Tawa Raya kemudian berhenti, dia diam, dan untuk sesaat ruangan menjadi hening, padahal sudah berjam-jam ruangan itu dipenuhi jerit kesakitan dan tawa kegilaan.


Mata Raya yang telah memerah karena tidak diberikan waktu untuk tidur selama berhari-hari, kini menatap Liam dengan tajam.


Bibirnya terlihat bergetar seperti ingin mengatakan sesuatu.


Liam membungkukkan tubuhnya dan mulai mendekati wajah Raya. 

Liam memiringkan kepala agar telinga kanannya sedikit mendekati bibir Raya.


Untuk sesaat Liam merasakan sedikit kelegaan didalam hatinya.


"Setelah hampir seminggu kau ku siksa didalam kamarku yang telah kusulap menjadi ruang siksaan, akhirnya kau akan bicara,"  


Liam sangat bersemangat, hingga tanpa sadar telinga kanannya hanya berjarak beberapa sentimeter dari bibir Raya.


Tapi, 


Kelegaan itu hanya tipuan, Raya tiba-tiba menyerang Liam, dengan sekuat tenaga Dia mengigit telinga Liam.


Liam terkejut, dengan spontan menarik kepalanya. Gigitan Raya merobek telinga Liam. 


Liam menjerit, dia membungkuk, menahan sakit, sembari menekan telinga kanannya dan sesekali meraba, berharap setidaknya 50% dari bagian telinganya masih utuh


Emosi Liam kembali memuncak, tapi dia sadar itu takkan merubah apapun, Sekali lagi Liam bicara dengan nada putus asa,


"Aku hanya ingin tahu Dyandra ada dimana, Apa kau ingin menggigit yang sebelah lagi, kita bisa membuat kesepakatan untuk itu,"


"Padahal aku hanya ingin sedikit menjilat daun telingamu", Seru Raya setelah meludahkan sisa daging telinga Liam.


" Tolong katakan dimana dia,"


Raya melirik ke bagian bawah tubuhnya, dan jari mungilnya yang sedang terikat menunjuk kearah perut.


Keinginan Liam untuk membunuh Raya sekilas melewati pikirannya. Liam bahkan sudah berpikir dimana akan membuang potongan tubuh wanita yang tersiksa itu.


"Mungkin menyebarkan potongan tubuhmu diatas rel kereta api sangat masuk akal"


Suara ketukan pintu dari luar ruangan memotong pembicaraan mereka.


Dengan menahan rasa sakit dan telapak tangan yang sudah penuh darah, Liam berjalan menuju pintu ruangan.


"Sudah hampir 12 jam kau berada didalam, Wanita itu tak akan buka mulut, dia juga tidak takut mati, dia tidak akan menyerahkan Iblis kecil itu."


"Lihat terlingamu, tunjukkan pada ibu...., terlihat sangat buruk, berikan pisau itu, masukklah kerumah, obati itu dan bersihkan tubuhmu."


Liam hanya menunduk, kemudian berjalan menuju ruang tamu.


"Sekarang aku yang ada disini, aku tidak seperti bocah bodoh itu, kita akan bicara baik-baik,"


Raya tersenyum,


"Sudah lama aku tidak melihat wajahmu wanita tua."


Ny. Gloria berjalan mendekati Raya sembari mengambil kursi dan duduk tepat didepannya,


"Ruangan ini sedikit gelap, Aku hampir tidak mengenalimu,"


Ny. Gloria membalas ucapan Raya dengan senyuman. Dia kemudian menundukkan kepala, lalu dengan sekuat tenaga menekan ujung jari jempol kaki Raya yang sudah di hancurkan oleh Liam.


Raya hanya meringis dan sekuat tenaga menahan jeritannya agar tidak terlihat lemah dihadapan Ny. Gloria.


"Masih dengan sifat yang lama Raya, terlihat kuat namun rapuh"

"Dyandra adalah musibah untuk dunia, kau tahu itu, tapi kau masih melindunginya ?"


"Aku sudah menelan iblis itu," Jerit Raya.


"Kalau begitu mari kita lihat, apakah yang kau katakan itu benar."


Ny. Gloria mengeluarkan lipatan kain dari kantung celananya. Kemudian membukanya secara perlahan.


"Jika Iblis itu sudah berada didalam tubuhmu tangkai mawar kering ini akan melelehkanmu jika sedikit saja kau sentuh."


Ny. Gloria melemparkan tangkai mawar kering ke bagian tangan Raya, kemudian dia melangkah mundur, sedikit menjauh. 


Bisa saja ucapan Raya benar maka efek bakar dari kutukan itu bisa saja mengenai dirinya.


Namun tidak terjadi apa-apa.


"Dari awal aku memang berharap kau membual. Jika saja tubuhmu terbakar, sosok asli Iblis pasti akan keluar dan aku belum siap untuk menyambutnya,"


Ny. Gloria kemudian keluar dari ruangan itu dan meninggalkan Raya.