Pendekar Tak Terkalahkan

Pendekar Tak Terkalahkan

Jhicuyaaa

0

Seribu tahun. Akankah manusia normal bisa mencapai titik tersebut? Rasanya mustahil. Hidup dan mati, adalah pasangan pasti yang tidak terpisahkan.

Pil abadi, sebuah sumber daya buatan manusia itu sendiri. Benarkah mampu untuk menghalau kematian? Jika memang benar adanya, lantas di mana bisa untuk menemukan?

Jalan hidup manusia memang sudah digoreskan. Takdir mengatur sesuai kehendak Sang Pencipta. Manusia hanya bisa berusaha, berupaya untuk melakoni peran dengan baik. Kuasa Tuhan untuk membolak-balik keadaan.

Bukan lagi seribu tahun, melainkan sepuluh ribu tahun.

"Huuhhh ..." suara hembusan napas kasar terlontar dari mulut seorang petapa.

Perlahan kedua mata bening berbinar terlihat dari balik keriputnya kelompok mata yang terbuka.

Seorang pendekar yang mengurung diri di dalam gua rahasia. Gua yang tertutup formasi aneh, memaksanya untuk terpendam begitu lama.

"Sudah saatnya ..." desis pelan suara sang petapa.

Tubuh tua dan ringkih, berdiri bungkuk dengan pakaian lusuh membungkus tubuh nan kurus.

Kraaakkk !!! 

Terdengar suara retakan pada lantai gua batu, manakala kaki sang petapa menapak, berhanjak dari tempat semadi yang ia tempati selama sepuluh ribu tahun.

Kraaakkk !!! Kraaakkk !!!

Semakin jauh langkah terayun, retakan pada lantai pun semakin besar dan menyebar ke seluruh ruangan gua.

Wuusss ... hembusan angin sepoi-sepoi menyapa, membelai wajah dan janggut lebat sang petapa.

"Formasi ini ..." petapa yang sekarang berdiri tegap, menatap lekat pada dinding gua.

Langkah demi langkah yang berlalu, setiap retakan lantai yang terjadi, hembusan angin yang membelai wajah, mengubah tampilan sang petapa.

Tubuhnya yang semula bungkuk, ringkih dan kurus, perlahan kembali pada keadaan semula. Keadaan ketika pertama kali dia memasuki gua. Persis pada keadaan saat sepuluh ribu tahun yang lalu.

Seorang pemuda tampan, berusia tiga puluh tahun. Mengangkat tangannya ke arah dinding gua, menatap pada formasi yang mengurungnya. Saat tangan itu melambai ...

DUUAARRR !!!

Terdengar suara ledakan maha dahsyat seiring hancurnya formasi pengunci dinding gua. Gua pun runtuh.

Guncangan gempa belum juga reda tatkala setitik cahaya yang meluncur keluar dari dalam ledakan gua menapak lembut di atas tanah.

"Huuhhh ... udara yang sangat aku rindukan ..." 

Tidak lain, pemuda gagah nan tampan itu adalah sang petapa tua beberapa saat yang lalu. Namanya Xu Zhu, pimpinan Sekte Jinlong.

"Nyatakah semua ini?" Xu Zhu menengok ke kiri dan kanan. Tiada lagi yang tersisa. Hanyalah hamparan rumput dan padang belukar.

Seperti tersesat di jalan pulang, Xu Zhu merasa asing di rumah sendiri. Bahkan puing-puing pun tiada tersisa. Kemana hilangnya sekte Jinlong nan besar itu?!

"Mengingat formasi yang menyegel dinding gua, nampaknya ada orang yang sengaja mengurungku di dalam. Berniat membunuhku? Akankah semuanya merupakan konspirasi yang terencana?!"

Apa yang telah terjadi? Xu Zhu tidak tahu. Bahkan dia pun tidak mengerti, bagaimana mungkin dia benar tertidur dalam tapa brata selama sepuluh ribu tahun. Tidak masuk diakal mengingat dia hanyalah manusia biasa. Seorang pimpinan Sekte yang berada pada level pemurnian energi (Qi Refining) kenyataan ini tidak berubah hingga sekarang. Tingkat atau level kultivasi rendah yang membuat musuh tertawa.

Langkah Xu Zhu tiba-tiba terhenti. Tertegun beberapa saat kala matanya tanpa sengaja melihat pohon apel dewa yang tumbuh di sisi tebing.

Untuk kemudian ingatan Xu Zhu melayang terbang ke masa lalu.

"Biarkan aku menanam biji apel dewa ini, dengan demikian di masa depan akan memanennya di alam nyata ..."

"Hua Xiang, semangatmu begitu tinggi. Bahkan dalamnya lautan terpatahkan oleh keyakinanmu!" Xu Zhu tersenyum seraya berjalan mendekat.

Hua Xiang adalah murid utama yang amat setia berada di sisi Xu Zhu. Hubungan mereka begitu dekat, bahkan rela mengorbankan hidup satu sama lain.

"Guru, aku sudah menanamnya dan pastikan kau akan memetik hasilnya di sini ..." seraya menunjuk pada titik penanaman, Hua Xiang berbalik badan dengan senyum semanis madu merekah di bibirnya.

Sambil menenteng keranjang berisi buah apel dewa yang baru mereka petik dari alam ilusi, Xu Zhu mendekat lalu menyodorkan buah itu pada Hua Xiang, "kau bisa makan sepuasnya sekarang. Dan nanti jika tanamanmu berhasil, maka aku janji akan memetik dan memakannya langsung di sini."

"Terima kasih, guru adalah yang terbaik." Hua Xiang membungkuk sopan.

"A aa ... apa yang aku pikirkan?!" Xu Zhu menelan ludah. Nyatanya terasa ada sesuatu yang menusuk ulu hatinya kala mengenang hal itu.

Sekarang ... setelah sepuluh ribu tahun, begitu mirip bahkan sama persis seperti apel dewa alam ilusi kala itu, tanaman apel dewa di hadapan Xu Zhu berbuah dengan lebat. Di dunia nyata, seperti yang Hua Xiang katakan.

Xu Zhu mengangkat tangan kanannya, dan seketika buah di atas pohon bergerak menghampiri, menuruti keinginan dalam hati Xu Zhu. Memetik dan memakannya secara langsung, di tempat itu, seperti janjinya pada Hua Xiang.

"Apa pun konspirasi yang ada di belakang semua ini. Bagaimana pun sulitnya, apa pun resikonya, jika berkesempatan, Hua Xiang ... aku akan berusaha untuk temukan dirimu. Meski itu hanyalah arca ataupun pusara."

"Atau jika benar reinkarnasi itu ada ... meski harus mengabdi, berkorban apa pun, rasanya sebanding jika untuk bisa kita bersama seperti dulu lagi."

Setelah lidahnya hambar tanpa rasa selama sepuluh ribu tahun terkurung dalam gua, gigitan pertama yang Xu Zhu rasakan ialah seperti kenangan indah bersama sang murid tersayangnya. Hua Xiang.

"Hmm ... sisa energi sekte masih tersisa, aku bisa merasakannya," Xu Zhu menoleh ke arah kaki bukit. "Sepertinya ada yang coba menggertak penerusku ... tentu saja, semuanya sekarang tergantung padaku."

Datang dari masa lalu, tiada ingatan yang memudar, Xu Zhu melangkah untuk melanjutkan hidupnya.

Pecahkan konspirasi yang coba habisi nyawanya lalu balas dendam, ataukah lebih dulu coba untuk temukan keberadaan Hua Xiang? Reinkarnasinya? Xu Zhu belum tahu dari mana akan memulai.

Pastinya Xu Zhu perlu cari tahu akan hal yang terjadi kala dia terkubur di dalam gua. Kehancuran yang terjadi pada dunia, rasanya ada yang janggal.

Kejadian sepuluh ribu tahun terakhir. Sejarah. Mungkinkah akan ditemukan apa yang Xu Zhu cari? Atau ... justru dia akan menjalani kehidupan yang benar-benar baru?!



°°°

"Ohhh sshhh mmhhh ..." terdengar suara lenguhan penuh kenikmatan.

"Yaah, yaaa ... nikmat sekali sayang, terusss ..." suara serak dan berat dari seorang lelaki mengiringi.

Sepasang sejoli yang dimabuk cinta, nampak tengah memadu kasih. Mengabaikan norma dan adat. Bercum*bu rayu penuh gelora.

Plaakk! Tamparan keras lagi-lagi mendarat di bokong si perempuan. Membuatnya semakin memacu semangat untuk terus bergoyang, mengulek, menelan dan memasukkan rudal keras si pria ke dalam liang gua miliknya.

"Aku hampir sampai, sayang ... oohhh ..." kepala wanita itu mendongak seraya mempercepat goyangan pinggulnya.

Perasaan geli yang menggelitik, sentuhan yang membara, membuatnya melenguh panjang seraya menggiring aliran hangat yang menyembur di dalam tubuhnya.

"Arrghh!" seperti suara binatang purba seribu tahun, wanita itu berhasil mencapai puncak lalu ambruk memeluk erat kekasihnya.

"Jepitan yang sangat luar biasa sayang, rasanya milikku serasa dipijat. Tapi aku belum puas, aku belum keluar ..." bisik si pria dengan tidak lupa meninggalkan gigitan kecil pada telinga sang kekasih.

Setelah beberapa saat memberi waktu untuk mengatur napas, pria itu kembali mendorong tubuh kekasihnya untuk merubah posisi.

"Besar dan kenyal ... aku sangat suka!" pujinya seraya menyeringai.

Seiring dengan itu, kedua tangannya tidak berhenti bermain dan meremas sepasang daging bulat yang menggantung di dada si wanita.

Sroottt! Sedotan keras ia lakukan berulang kali dan secara bergiliran di kiri dan kanan gunung kembar, memancing ga*irah dan mood kekasihnya untuk kembali memulai pertarungan asmara.

Puas bermain dengan tangan dan lidah, pria itu merubah posisi dengan berada di atas tubuh wanitanya. Mengambil kendali penuh, menguasai permainan dan muncul sebagai pemenang.

"Ayo sayang, masukkan lagi, pusaka milikmu membuat aku mabuk kepayang ..." pinta si wanita dengan penuh harap. Kiranya dia telah kembali terpancing suasana.

"Akan ku jadikan kau ratu di istanaku. Akan ku bawa kau melayang menembus alam dewa dan surga ..." dengan kata manis, pria itu menyeringai seraya memamerkan senjata pusaka kebanggaan miliknya, pusaka yang menuntun si wanita keluar berkali-kali.

Perlahan pria mesum itu mendekat dan mengarahkan pusaka miliknya menghampiri liang surgawi milik sang kekasih yang becek.

"Kepa*rat! Beraninya mengotori tanah milikku, sekarang juga ku kirim kau ke pintu neraka!"

Nuansa romantis penuh cinta yang membara seketika hancur berantakan diterpa badai menggelegar. Suara yang tiba-tiba muncul di dekat mereka.

"A ??? !!!" kaget luar biasa.

Set! Set! Dengan segera keduanya menarik pakaian seadanya untuk menutupi tubuh polos masing-masing.

Seorang pria berpakaian kepala sekte berdiri membelakangi mereka. Terasa aura kebencian setelah menyaksikan apa yang dilakukan sepasang sejoli tersebut.

"Tempat ini adalah wilayah suci, beraninya kalian berbuat kotor. Siapa pun yang menyinggung sekte Jinlong, maka dia pasti mati!"

Lepas bicara dia berbalik badan, kemudian mengangkat tangan kanannya ke arah si pria yang berbuat mesum.

Tingkat kemampuan penyelaras energi, akan tetapi ... belum juga sempat pria mesum tadi berpikir, tiba-tiba saja tubuhnya melayang mendekat menyerahkan lehernya ke dalam genggaman tangan Xu Zhu.

"Namaku Xu Zhu, pemilik sekte Jinlong. Aku beri kau hukuman mati!"

Kraak! Dengan satu remasan, leher pria mesum itu hancur. Memisah paksa ruh dari jasadnya.

"Agh ???" sementara si wanita mesum hanya bisa terperangah. Kekasihnya adalah seorang pendekar dengan level kultivasi yang baru saja mencapai puncak Nascent Soul, bagaimana mungkin bisa dengan mudah dihabisi oleh seorang pemurnian energi (Qi Refining).

"Si ... siapa kau? Mengapa kau begitu kuat?!" tanya wanita tersebut.

"Aku?? Aku adalah malaikat pencabut nyawamu!" selesai bicara, Xu Zhu mengibaskan tangannya.

Seketika muncul cahaya berwarna kuning emas yang meluncur begitu cepat, membelah tubuh si wanita hingga terbelah dua, sebelum beberapa saat kemudian hangus terbakar.

Xu Zhu memicingkan matanya, memandang miris pada bekas bangunan sekte yang nampaknya sudah acap kali digunakan untuk berbuat mesum.

"Aku datang untuk kembali membangun Sekte Jinlong, membawanya pada puncak kejayaan."

"Siapa yang tunduk dan patuh, maka akan hidup makmur. Barang siapa yang menolak, sudah pasti akan binasa!"