Pembalasan untuk Keluarga Toxic

Pembalasan untuk Keluarga Toxic

Lariaa

0

"Bagaimana para saksi?" Penghulu bertanya setelah pembacaan ijab qabul.


" SAH.....  " terdengar suara para hadirin yang menyaksikan pernikahan April dan Alex.


" Alhamdulillah " April bersyukur karena acara pernikahannya dengan Alex berjalan dengan lancar.


" April menyambut uluran tangan Alex dan mencium punggung tangan sang suami dengan khitmad. Setelah itu Alex mengecup kening sang Istri disaksikan oleh orang ramai.


Setelah acara ijab qabul selesai, dilanjutkan dengan resepsi sederhana yang diadakan di halaman rumah orang tua April.


April dan Alex kini tengah duduk di pelaminan. Hiasan resepsi yang begitu bagus dan tamu undangan yang ramai melengkapi kebahagiaan April dan Alex.


"Selamat ya Bu Salma, semoga pernikahan April dan Alex ini menjadi keluarga yang SAMAWA." Ucap Bu Intan pada ibunya April.


Bu Intan adalah salah satu tetangga Bu Salma yang dulunya pernah berteman dengan mertuanya April saat ini.


"Terima kasih atas doa dan kehadirannya ya Bu Intan" Sambut bu Salma sambil berjabat tangan dengan bu Intan.


"Sama-sama bu. Semoga April betah ya bu, jadi menantunya bu dinda nanti." Perkataan bu Intan yang ambigu membuat bu Salma jadi penasaran.


"Memangnya kenapa ya bu Intan?" Tanya bu Salma penasaran.


"Eh... gapapa kok bu. Maaf bu, saya mau kesana dulu menemani suami saya." Jawab bu Intan  menunjuk ke arah suaminya dan meninggalkan bu Salma.


Bu Salma yang masih dalam mode penasaran mengangguk sambil menatap kepergian bu Intan.


"Bu.... ibu kenapa melamun?" Tegur pak Hasim pada bu Salma.


"Itu loh pak, tadi bu Intan bilang semoga April betah jadi menantunya bu Dinda. Ibu tidak mengerti apa maksud bu Intan pak."  Jelas bu Salma pada sang suami.


"Sudah bu. Jangan berfikir yang aneh-aneh. Lihat tuh bu, April sedang bahagia dengan pernikahannya."  Nasihat pak Hasim pada bu Salma.


"Iya pak iya. Ibu loh hanya penasaran saja." Jawab bu Salma lagi.


"Hayuk kita kedepan lagi menyambut para undangan bu. Dari pada ibu lemas penasaran berdiri disini." Ajak pak Hasil sambil menggandeng tangan sang istri.


"Iya pak. Nanti saha ibu tanyakan lagi pada bu Intan."  Bu Salma berjalan mengikuti pak Hasim namun masih penasaran dengan ucapan bu Intan.


Di atas pelaminan, April dan alex tersenyum bahagia melihat para tamu undangan yang hadir. Pernikahan ini adalah momen yang sangat mereka nantikan.


April dan Alex menjalin hubungan asmara selama 6 bulan belakangan. Melihat tekad dan perjuangan Alex untuk mendapatkan cinta April, akhirnya April menerima lamaran dari Alex.


April merupakan anak tunggal dari bu Salma dan pak Hasim. Dengan menekuni pekerjaan sebagai petani, pak Hasim dan bu Salma berhasil menyekolahkan April hingga bergelar sarjana.


Tepat pukul 21.00 acara resepsi telah selesai, tidak ada tamu undangan yang datang lagi. Yang tersisa hanya keluarga dari pihak Alex dan April.


Mereka semua berkumpul di ruang tamu rumah ibu Salma.


" Alhamdulillah acaranya berjalan dengan lancar ya bu" ucap April pada ibunya.


"Iya Alhamdulillah Pril. Semua tamu undangan juga suka dengan makanan yang kita suguhkan." Jawab bu Salma dengan rasa syukur.


"O iya bu Salma. Kami sekeluarga pamit pulang ya bu. Sudah malam juga." Ucap bu Dinda sambil berdiri untuk segera pulang.


"Iya besan. Sering- sering mampir kemari ya besan." Bu salma ikut berdiri dan juga pak Hasim.


"Bu, minta makanan dong bu. Buat kita besok pagi!" Bisik Hilda pada bu Dinda.


Hilda adalah kakak dari Alex yang telah menikah dengan Hilman 4 tahun yang lalu. Memimta makanan adalah kebiasaan Hilda jika dia melihat ada banyak makanan di rumah saudara maupun temannya.


"Kamu ini bikin malu ibu aja Hilda!" Hardik bu Dinda.


" Gapapa bu Dinda. Lagian disini kan banyak makanan hidangan resepsi tadi. Kalaupun kami makan juga tak akan habis karena masih banyak." Bu Salma yang mendengar ucapan bu Hilda langsung angkat bicara.


"Waduh.... maaf ya bu Salma, saya jadi malu." Bu Dinda menunduk dan mencubit lengan Hilda yang berdiri tepat disampingnya.


"Sakit bu.... bu Salma aja ga keberatan kok. Makasi ya bu Salma" ucap Hilda tanpa rasa malu.


"Iya Hilda sama-sama. Sebentar saya ambilkan dulu ya." Bu Salma berlalu ke dapur diiringi oleh April.


Bu Salma membungkus masing-masing hidangan kedalam plastik. Ada soto ayam, sate ayam, tauco, ikan goreng, capcai, dan gulai ayam. April juga ikut membantu bu Salma memgemas makanan tersebut untuk dibawa sang mertua.


Setelah semua selesai April dan bu Salma membawa semuanya kedepan. Ada 2 kantong kresek makanan yang diberikan pada keluarga Alex.


"Ini bu Dinda" bu Salma mengulurkan 2 kantong makanan itu pada bu Dinda.


Hilda yang melihat hal itu langsung bergegas mengambilnya.


"Oh iya bu. Makasi banyak ya bu" ucap Hilda dengan senyum puas.


"Sama-sama Hilda. Jangan lupa nanti dipanaskan dulu ya" jawab bu Salma lagi.


"Tenang saja bu. Itu mah ga perlu diingetin saya juga paham" tukas Hilda.


"Hus.. Mbak... kamu bikin malu aja." Kini Indri ikut bersuara mengingatkan kakaknya.


"Sudah-sudah. Lebih baik kita pulang sekarang" potong bu Dinda sebelum Hilda menjawab perkataan sang adik.


Bu salma dan pak Hasim hanya tersenyum mendengarkan mereka. Lain hal dengan April yang merasa resah dengan tingah iparnya.


"Bu Salma, pak Hasim kami pamit pulang dulu. Terima kasih makanannya." Bu Dinda mencolek Hildan dan Indri agar bersalaman dengan keluarga April.


"Iya bu. Hati-hati di jalan ya bu" balas bu Salma sambil bersalaman dengan keluarga Alex.


Akhirnya bu Dinda, Hilda, Indri, Hilman dan cucunya pulang. Mereka pulang dengan mobil suami Hilda yang bernama Hilman.


Sepanjang perjalanan mereka sibuk dengan obrolan mengenai tingkah Hilda yang meminta makanan pada orang tua April.


"Kamu bikin ibu malu saja Hilda. Bisa ga sih, ga pakai acara minta makanan segala." Gerutu bu Dinda.


"Ibu ini ih.. Makanannya kan enak bu. Lagian tadi aku liat masih ada banyak, makanya aku minta daripada terbuang kan mubazir bu..." jawab Hilda santai tanpa beban.


"Tapi ga gitu juga kali mbak. Kita kan baru aja berbesanan dengan keluarga mbak April. Masa baru besanan udah nunjukin taringnya sih" Indri ikut menyalahkan Hilda. Namun Hilman hanya diam saja seakan dia menyetujui kelakuan istrinya.


"Halah.. timbang minta makanan aja gengsi. Awas ya kamu Indri, kamu ga boleh makan makanan ini" ancam Hilda.


"Ga bisa gitu dong. Kan tadi ibunya mbak April ngasih banyak. Harus d bagi dua dong, satu kantong untuk mbak dan satunya untuk aku dan ibu" sanggah Indri tak terima.


BERSAMBUNG...